Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Tarif Impor Trump Bikin Konsumen AS Menderita

Ferdian Ananda Majni
12/8/2025 22:35
Tarif Impor Trump Bikin Konsumen AS Menderita
Ilustrasi.(Freepik)

TARIF impor Amerika Serikat (AS) terhadap Tiongkok bersama dengan sejumlah mitra dagang di seluruh dunia mendorong harga barang-barang di perekonomian AS menjadi lebih tinggi. Menurut analisis Goldman Sachs, dampak kenaikan harga saat ini masih terbilang moderat tetapi akan meningkat. 

Hingga Juni, importir AS menanggung 64% biaya tarif, konsumen 22%, dan eksportir asing sisanya. Pada musim gugur, beban konsumen diperkirakan melonjak menjadi 67%, sementara porsi importir turun menjadi 8%.

Dalam catatan riset yang dirilis akhir pekan lalu, analis Goldman, Elsie Peng, mengatakan bahwa bisnis AS menanggung sebagian besar biaya tarif baru yang diberlakukan Trump tahun ini, tetapi hal itu diperkirakan akan berubah seiring waktu. 

Ia memperkirakan tarif menaikkan inflasi inti PCE sebesar 0,2% hingga Juni dan bisa menambah 0,66% lagi pada akhir tahun serta menjaga inflasi di level 3,2%. Tanpa tarif, inflasi diprediksi hanya 2,4%.

Pemilik KAVU True Outdoor Wear di Seattle, Barry Barr, mengaku belum menaikkan harga pada musim gugur meski biaya produksi meningkat akibat tarif tinggi untuk barang dari Tiongkok, India, dan Vietnam. 

Namun, dengan tarif yang kini berlaku penuh, termasuk pajak impor 46% untuk produk Vietnam, ia terpaksa akan menaikkan harga secara tajam dan mungkin melakukan pemutusan hubungan kerja. 

"Sama sekali tidak mungkin saya bisa meraup untung tahun ini dengan menanggung semua tarif ini," katanya seperti dikutip Fiscal Times, Selasa (12/8).

Pendiri La Colombe, Todd Carmichael, menyoroti dampak tarif pada kopi yang kini dikenakan bea masuk 10% sejak April dan mencapai 50% untuk Brasil, pemasok terbesar AS. 

"Brasil memasok sekitar 30% kopi yang dikonsumsi di Amerika Serikat. Jadi ini akan berdampak besar pada harga kopi dan industri di dalam perbatasan AS," katanya. 

Menurutnya, tarif kopi sulit dibenarkan karena AS tidak bisa memproduksinya dalam jumlah besar, sehingga hanya memicu kenaikan harga tanpa menciptakan lapangan kerja baru. (I-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya