Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Iran, Tiongkok, Rusia Bertemu Bahas Nuklir

Ferdian Ananda Majni
22/7/2025 07:50
Iran, Tiongkok, Rusia Bertemu Bahas Nuklir
Fasilitas nuklir Iran.(Al Jazeera)

IRAN akan menjadi tuan rumah pertemuan trilateral tingkat tinggi dengan Tiongkok dan Rusia pada hari ini waktu setempat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, kemarin, mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut akan berfokus pada program nuklir Iran dan mekanisme pemulihan sanksi PBB.

Baghaei juga mengatakan bahwa Iran akan mengadakan perundingan nuklir dengan Inggris, Prancis, dan Jerman di Istanbul pada Jumat (25/7). Hal ini menyusul peringatan dari ketiga negara Eropa tersebut bahwa kegagalan untuk melanjutkan perundingan akan mengakibatkan sanksi internasional kembali terhadap Iran.

"Pertemuan antara Iran, Inggris, Prancis, dan Jerman akan berlangsung di tingkat wakil menteri luar negeri," kata Baghaei seperti dikutip media pemerintah Iran. Ia menyalahkan negara Eropa itu atas kegagalan kesepakatan nuklir 2015 dan menuduh mereka melanggar komitmen.

Kesepakatan 2015, yang dicapai antara Iran dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB--Inggris, Tiongkok, Prancis, Rusia, dan AS--plus Jerman, memberlakukan pembatasan pada program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi. Namun, kesepakatan itu berantakan pada 2018 ketika AS, selama masa jabatan pertama Donald Trump sebagai presiden, secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut dan menerapkan kembali sanksi-sanksi yang luas.

Negara-negara Eropa berjanji untuk terus mendukung kesepakatan tersebut. Sayangnya, mekanisme yang dimaksudkan untuk mengimbangi sanksi AS itu tidak pernah terwujud secara efektif. 

Karena itu, banyak perusahaan Barat terpaksa keluar dari Iran yang semakin memperdalam krisis ekonomi. "Pihak-pihak Eropa bersalah dan lalai dalam mengimplementasikan perjanjian nuklir tersebut," ucapnya.

Baru-baru ini, para menteri luar negeri negara-negara E3, sebutan bagi negara-negara Eropa tersebut, serta kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mengadakan panggilan telepon mereka pada Kamis (17/7) dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi. Ini merupakan yang perdana sejak Israel dan AS menyerang fasilitas nuklir Iran pada Juni.

E3 telah memperingatkan bahwa mereka akan memulihkan sanksi PBB terhadap Teheran melalui mekanisme snapback pada akhir Agustus jika negosiasi nuklir antara Iran dan AS, yang terhenti sejak sebelum konflik udara Israel-Iran, tidak dilanjutkan atau gagal membuahkan hasil yang bermanfaat.

"Jika UE/E3 ingin berperan, mereka harus bertindak secara bertanggung jawab serta mengesampingkan kebijakan ancaman dan tekanan yang sudah usang, termasuk snapback yang sama sekali tidak memiliki dasar moral dan hukum," ujar Araghchi awal pekan ini. Mekanisme snapback dapat digunakan untuk memulihkan sanksi PBB sebelum resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengesahkan kesepakatan tersebut berakhir pada 18 Oktober.

Baghaei menambahkan Iran baru mulai menjauhkan diri dari perjanjian tersebut sebagai tanggapan atas ketidakpatuhan Barat. "Pengurangan komitmen Iran dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diuraikan dalam perjanjian," katanya. 

Seorang sumber diplomatik Jerman mengatakan pada Minggu (20/7) bahwa E3 melakukan kontak dengan Teheran dan mengatakan Iran tidak boleh diizinkan memperoleh senjata nuklir. "Itulah sebabnya Jerman, Prancis, dan Inggris terus bekerja secara intensif dalam format E3 untuk menemukan solusi diplomatik yang berkelanjutan dan terverifikasi untuk program nuklir Iran," kata sumber tersebut. (AFP/News18/Fer/I-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya