Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PRESIDEN Iran Masoud Pezeshkian secara resmi menyetujui undang-undang yang menghentikan kerja sama negaranya dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk mengaburkan pengawasan terhadap program nuklir Iran yang telah lama menuai kontroversi.
Keputusan ini diumumkan pada Rabu (3/7), sepekan setelah parlemen Iran meloloskan undang-undang tersebut. Iran menuduh IAEA bekerja sama dengan Israel dan membuka jalan bagi serangan terhadap fasilitas nuklirnya—tudingan yang dibantah keras badan pengawas nuklir PBB itu.
Menurut kantor berita resmi IRNA, Pezeshkian telah memerintahkan Organisasi Energi Atom Iran, Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, serta Kementerian Luar Negeri untuk mulai menerapkan undang-undang tersebut. Namun belum jelas kapan dan bagaimana implementasi penuh akan dilakukan.
Langkah ini berpotensi membuka jalan bagi Iran untuk menghidupkan kembali program nuklirnya tanpa pengawasan atau inspeksi dari IAEA. Padahal, sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), Iran berkewajiban mengizinkan pemeriksaan untuk membuktikan bahwa program nuklirnya bersifat damai.
Seorang juru bicara IAEA mengatakan kepada CNN bahwa badan tersebut "menunggu informasi resmi lebih lanjut dari Iran."
Pemerintah Amerika Serikat mengecam keputusan tersebut sebagai “tidak dapat diterima” dan mendesak Iran untuk kembali bekerja sama dengan IAEA tanpa penundaan. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, mengatakan Iran masih memiliki “kesempatan untuk berbalik arah dan memilih jalur damai.”
Jerman menyebut keputusan Pezeshkian sebagai “sinyal yang sangat buruk.” “Solusi diplomatik hanya mungkin jika Iran tetap bekerja sama dengan IAEA,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Martin Giese.
Sementara itu, PBB menyatakan keprihatinannya. Juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, mengulang seruan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres agar Iran tetap menjalin kerja sama dengan badan nuklir dunia tersebut.
Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat tajam pada bulan lalu setelah Israel melancarkan serangan besar-besaran ke berbagai fasilitas nuklir dan tokoh militer Iran. Menyusul serangan itu, AS juga turut meluncurkan serangan pendukung ke situs nuklir Iran di Natanz, Isfahan, dan Fordow.
Iran mengklaim fasilitas nuklirnya rusak parah, namun tetap berkomitmen melanjutkan program pengayaan uranium untuk keperluan “damai.” Minggu lalu, IAEA menyebut Iran masih mampu melanjutkan pengayaan uranium dalam hitungan bulan.
Sebelum serangan terjadi, IAEA telah merilis laporan yang menyatakan tidak bisa lagi memverifikasi bahwa program nuklir Iran sepenuhnya damai. Laporan itu mengungkap bahwa Teheran telah memperkaya uranium hingga mendekati level senjata nuklir, yang memicu kecaman resmi (resolusi) dari IAEA.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, kembali menegaskan bahwa negaranya tidak membangun senjata nuklir, dan menyebut senjata pemusnah massal dilarang dalam Islam.
Iran mulai meningkatkan pengayaan uranium setelah Presiden AS saat itu, Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan nuklir bersejarah yang dibuat di era pemerintahan Barack Obama pada tahun 2018. (CNN/Z-2)
Pandangan pemerintah AS terhadap dampak kerusakan pada tiga situs nuklir utama Iran masih konsisten, dan penilaian tersebut sejauh ini tidak mengalami perubahan.
MENTERI Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez menyebutkan bahwa pemimpin ototritas Israel Benjamin Netanyahu berbohong soal program nuklir damai Iran selama lebih dari 30 tahun.
KEMENTERIAN Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI) menyatakan 12 warga negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dan satu pendamping dari Iran telah tiba di Tanah Air.
OTORITAS Iran pada Senin (30/6) menyatakan bahwa korban tewas akibat serangan Israel selama konflik 12 hari mencapai 935 orang.
IRAN menolak klaim pembenaran AS atas serangan Negeri Paman Sam terhadap fasilitas nuklir Iran yang disebut Washington sebagai pembelaan diri kolektif.
Donald Trump menegaskan bahwa serangan militer yang dilancarkan terhadap fasilitas nuklir Iran pekan lalu telah menyebabkan kerusakan parah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Serangan militer Amerika Serikat (AS) terhadap program nuklir Iran baru-baru ini mungkin tidak menimbulkan kerusakan besar seperti yang telah diklaim secara resmi.
Pemred media Iran Kayhan menuduh Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad, dan menyerukan eksekusi terhadapnya.
Kepala IAEA Rafael Grossi menyatakan serangan AS ke fasilitas nuklir Iran tidak menghancurkan program nuklir negara itu secara total.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa dirinya mengetahui lokasi persembunyian Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, selama konflik 12 hari dengan Israel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved