Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
KEPALA Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, menyatakan serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran tidak menghancurkan program nuklir negara tersebut secara total. Ia menegaskan Teheran bisa memulai kembali pengayaan uranium hanya dalam hitungan bulan—bertolak belakang dengan klaim mantan Presiden AS Donald Trump yang menyebut serangan itu “menghancurkan ambisi nuklir Iran selama beberapa dekade.”
Komentar Grossi ini memperkuat laporan awal dari Badan Intelijen Pertahanan (DIA) AS, yang pertama kali diungkap CNN, bahwa serangan udara AS terhadap tiga situs nuklir utama Iran hanya menimbulkan kerusakan sebagian dan kemungkinan besar hanya menunda aktivitas nuklir Iran selama beberapa bulan.
Meski penilaian akhir militer dan intelijen belum dirilis secara resmi, Trump secara berulang menyatakan AS telah "menghancurkan secara total" program nuklir Iran. Namun, pernyataan Grossi menunjukkan Iran masih memiliki kapasitas industri dan teknologi yang cukup untuk menghidupkan kembali programnya kapan saja.
“Telah terjadi kerusakan yang serius, namun bukan kerusakan total,” kata Grossi dalam wawancara dengan CBS Face the Nation. “Mereka masih memiliki kemampuan—dan jika mereka mau, dalam hitungan bulan, mereka bisa mulai memutar sentrifugal dan memproduksi uranium yang diperkaya.”
Grossi juga mengungkapkan IAEA tidak menemukan bukti langsung Iran sedang membuat senjata nuklir sebelum serangan, namun Teheran belum memberikan jawaban atas sejumlah pertanyaan penting yang diajukan badan tersebut selama bertahun-tahun.
“Kami menemukan jejak uranium yang diperkaya di lokasi-lokasi yang bukan merupakan fasilitas resmi,” ujarnya. “Kami sudah bertanya selama bertahun-tahun mengapa uranium itu ada di tempat tersebut, tetapi tidak mendapat jawaban yang kredibel.”
Konflik antara Iran dan Israel meletus dua minggu lalu setelah Israel meluncurkan serangan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, meskipun Teheran bersikukuh bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. AS kemudian bergabung dengan menyerang tiga situs nuklir penting Iran sebelum akhirnya gencatan senjata disepakati.
Meski militer AS telah memberikan beberapa rincian tentang perencanaan serangan tersebut, belum ada bukti baru yang menunjukkan efektivitasnya dalam melumpuhkan program nuklir Iran. Bahkan, menurut laporan The Washington Post, pesan intersepsi dari pejabat senior Iran mengindikasikan dampak serangan jauh di bawah yang mereka perkirakan.
Grossi menyebut ada kemungkinan Iran telah memindahkan sebagian uranium yang diperkaya sebelum lokasi tersebut diserang, sesuatu yang disangkal oleh Trump.
“Masuk akal jika mereka mengatakan akan mengambil langkah perlindungan, dan bisa saja pemindahan itu bagian dari strategi mereka,” ujar Grossi. “Namun kita tidak tahu pasti apakah bahan itu dipindahkan, atau justru ikut hancur dalam serangan tersebut.”
Di tengah ketegangan ini, Iran mengambil langkah serius menuju penghapusan pengawasan internasional atas program nuklirnya. Parlemen Iran meloloskan undang-undang yang menghentikan kerja sama dengan IAEA, sementara Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi menyatakan Iran sedang mempertimbangkan untuk keluar dari Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), yang melarang negara penandatangan memiliki senjata nuklir.
Grossi menyerukan agar akses IAEA ke fasilitas nuklir Iran segera dipulihkan untuk memastikan transparansi dan stabilitas kawasan.
“Kami memiliki pemantauan yang cukup baik dalam hal jumlah sentrifugal dan volume material,” kata Grossi. “Namun, ada aspek lain yang tidak dijelaskan Iran secara terbuka, dan itu yang menjadi kekhawatiran kami.”(CNN/Z-2)
Serangan militer Amerika Serikat (AS) terhadap program nuklir Iran baru-baru ini mungkin tidak menimbulkan kerusakan besar seperti yang telah diklaim secara resmi.
Iran akan melarang Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi, untuk memasuki wilayahnya.
Pemerintahan Donald Trump pertimbangkan insentif besar untuk Iran, termasuk dana US$30 miliar untuk program nuklir sipil dan pelonggaran sanksi.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sebut serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran tidak berdampak signifikan. Ia memperingatka serangan balasan Iran.
Departemen Pertahanan AS membeberkan detail operasi pemboman presisi terhadap tiga situs nuklir Iran, termasuk Fordow.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved