Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Latar Belakang Ratu Elizabeth II tidak Pernah Kunjungi Israel

Wisnu Arto Subari
12/12/2024 21:05
Latar Belakang Ratu Elizabeth II tidak Pernah Kunjungi Israel
Ratu Elizabeth.(Al Jazeera)

MESKIPUN telah mengunjungi lebih dari 120 negara dan menempuh perjalanan sejauh satu juta mil selama 70 tahun bertahta, tidak luput dari perhatian bahwa Ratu Elizabeth II tidak pernah mengunjungi Israel. Ia meninggal pada 8 September 2022.

Memang, tidak ada anggota keluarga kerajaan Inggris yang mengunjungi negara itu dalam kapasitas resmi. Baru pada 2018, ketika Pangeran William, cucu ratu, tiba untuk memperingati 70 tahun kemerdekaan Israel yang mengakhiri sesuatu yang tampak bagi banyak orang sebagai boikot tidak resmi.

Alasan yang diberikan untuk penolakan tersebut berkisar dari rasa takut membuat marah negara-negara Teluk Arab yang kaya dan kehilangan kesepakatan perdagangan berikutnyahingga pemberontakan yang dilancarkan terhadap mandat Inggris di Palestina oleh kelompok bersenjata Zionis sebelum deklarasi kemerdekaan Israel pada 1948.

Saat mengunjungi Yordania pada 1984, salah satu dari beberapa kunjungan yang dilakukannya ke Timur Tengah, ratu dilaporkan mengatakan, "Betapa menakutkannya," saat jet tempur Israel melesat di langit saat ia melihat Tepi Barat di kejauhan.

Ratu Nour, istri Raja Hussein dari Yordania, dikatakan telah menjawab, "Mengerikan."

Kemudian, setelah melihat peta yang menunjukkan lokasi permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki, Ratu Elizabeth dikutip mengatakan, "Sungguh peta yang menyedihkan."

Putra tertua ratu, yang menjadi Raja Charles III setelah kematiannya, melakukan kunjungan resmi sebagai Pangeran Wales ke Israel dan Tepi Barat yang diduduki pada Januari 2020. 

Di Jerusalem, ia menyampaikan pidato di Forum Holocaust Dunia untuk menandai peringatan 75 tahun pembebasan kamp kematian Nazi di Auschwitz.

Dalam pidatonya, Charles memperingatkan bahwa pelajaran dari Holocaust masih sangat relevan dan meminta para pemimpin dunia untuk tidak takut dalam menghadapi kepalsuan dan kekerasan.

Dalam perjalanan yang sama, Charles mengunjungi kota Palestina Betlehem dan berdoa untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah. Ia juga mengatakan bahwa ia terkesan oleh energi, kehangatan, dan kemurahan hati yang luar biasa dari orang-orang Palestina.

Namun, Charles telah menghadapi kritik atas komentar yang ditulis dalam surat pribadi kepada seorang teman yang berasal dari 1986, tetapi kemudian dilaporkan pada 2017. Ia menyatakan bahwa masuknya orang-orang Yahudi Eropa asing ke Israel menjadi penyebab konflik yang terus berlanjut antara Israel dan dunia Arab. Ia pun menyatakan rasa frustrasi karena presiden AS tidak mau menghadapi lobi Yahudi di Amerika Serikat.

"Tentu ada presiden AS yang berani untuk berdiri dan menghadapi lobi Yahudi di AS," tulis Charles dalam surat tersebut setelah kunjungan ke Teluk bersama Putri Diana. "Saya mungkin naif, saya kira."

Mengomentari surat tersebut pada 2017, seorang juru bicara Charles mengatakan bahwa surat tersebut tidak menyatakan pandangannya sendiri, melainkan pandangan yang telah ia dengar selama kunjungan baru-baru ini ke Arab Saudi, Qatar, dan Bahrain.

"Selama bertahun-tahun, Pangeran terus mempelajari tema-tema rumit dan sulit yang dirujuknya di sini. Ia telah membangun rekam jejak yang terbukti mendukung komunitas Yahudi dan Arab di seluruh dunia dan memiliki sejarah panjang dalam mempromosikan dialog antar agama dan pemahaman budaya," kata juru bicara tersebut.

Intrik Inggris?

Menulis pada 2012 tentang ratu dan kegagalannya mengunjungi Israel, mantan pemimpin redaksi Haaretz David Landau mengatakan, "Ratu yang luar biasa, berdedikasi, dan berusia 86 tahun ini bukanlah boneka siapa pun. Jika ia ingin mengunjungi negara Yahudi atau meminta salah satu keluarga dekatnya untuk mengunjunginya, ia dapat bersikeras, dan keinginannya terpenuhi."

"Oleh karena itu, kesimpulan yang menyedihkan tetapi tak terelakkan yaitu ia sendiri menjadi bagian dari intrik Inggris yang jahat dan picik untuk menolak Israel dari sisa legitimasi yang dapat mereka berikan atau cegah yaitu kunjungan kerajaan. Ia dapat dan harus membuang hambatan yang tidak menyenangkan ini dan mengakhiri boikot ini."

Mereka yang membela ratu atas tuduhan bias terhadap Israel menunjukkan bahwa selama masa pemerintahannya, ia telah menerima beberapa presiden Israel selama kunjungan mereka ke Inggris, termasuk Ephraim Katzir, Chaim Herzog, dan Ezer Weizman, dan menganugerahkan gelar bangsawan kehormatan kepada mantan presiden Israel Shimon Peres.

Selama acara sarapan komunitas di London pada November, Presiden Israel Isaac Herzog bercanda bahwa ketika ayahnya (Chaim Herzog) bertemu dengan ratu, mereka berdua membahas tentang menjadi keturunan langsung Raja David.

Ratu juga dikenal memiliki hubungan yang kuat dengan komunitas Yahudi Inggris, dengan mengangkat Kepala Rabbi Immanuel Jakobovits dan penggantinya, Jonathan Sacks, menjadi bangsawan dan menganugerahkan gelar bangsawan kepada banyak orang Yahudi Inggris lain.

Selain kunjungan resmi oleh Charles dan William, mendiang suami Ratu, Duke of Edinburgh, mengunjungi Israel pada 1994 untuk menghadiri upacara penghormatan kepada ibunya, Putri Alice, yang dimakamkan di Gereja Maria Magdalena di Jerusalem.

Putri Alice, cicit dari Ratu Victoria yang juga memiliki hubungan pernikahan dengan keluarga kerajaan Yunani, menghabiskan Perang Dunia II di Athena yang diduduki Nazi dan diakui oleh Yad Vashem, Pusat Peringatan Holocaust Sedunia, sebagai salah satu orang benar di antara bangsa-bangsa atas upayanya membantu keluarga Yahudi untuk bersembunyi.

Dengan naiknya cucu Putri Alice ke tahta, banyak orang di Israel kini bertanya-tanya Raja Charles akan menjadi kepala negara Inggris pertama yang mengunjungi negara tersebut atau tidak. (MEE/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya