Ukraina Bersikap Netral, Rusia Kurangi Jumlah Pasukan

Cahya Mulyana
30/3/2022 07:10
Ukraina Bersikap Netral, Rusia Kurangi Jumlah Pasukan
Tentara militer Ukraina(AFP/ FADEL SENNA)

PERUNDINGAN Rusia dengan Ukraina yang dilakukan di Turki, pada Selasa (29/3), menghasilkan kesepakatan yang signifikan untuk mencapai perdamaian. Hal itu dilakukan dengan sama-sama menyepakati pengurangan kekuatan pasukan di Kyiv dan Chernihiv dan komitmen status netral.

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin mengatakan kesepakatan itu dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan dalam pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran.

Fomin mengatakan Moskow pada dasarnya ingin mengurangi aktivitas militer ke arah Kyiv dan Chernihiv. Kemudian pihak Ukraina telah bersedia untuk menyetujui status netral.

“Kami menginginkan mekanisme jaminan keamanan internasional, di mana negara-negara penjamin akan bertindak dengan cara yang mirip dengan pasal nomor lima NATO – dan bahkan lebih tegas lagi,” kata David Arakhamia, seorang negosiator Ukraina.

Vladimir Putin dan Volodymyr Zelenskyy

Arakhamia mengatakan pertemuan antara presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Rusia Vladimir Putin kemungkinan akan segera terjadi. Itu sebagai perundingan untuk mencapai perdamaian.

Kemajuan kesepakatan Rusia-Ukraina tersebut menuai banyak pujian dari dunia. Salah satunya Turki melalui Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pembicaraan di Istana Dolmabahce di selat melahirkan kemajuan untuk mencapai kata damai.

Baca juga: Rusia dan Ukraina Bahas Gencatan Senjata

Sementara itu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada para delegasi bahwa mereka memiliki tanggung jawab bersejarah untuk menghentikan pertempuran, dan kemajuan itu akan membuka jalan bagi pertemuan dua pemimpin mereka masing-masing.

Televisi Ukraina mengatakan pertemuan itu dimulai dengan suasana yang dingin serta tidak ada jabat tangan di antara para delegasi. Tidak ada pihak yang mengalah atas tuntutan teritorial Rusia, termasuk Krimea, yang direbut dan dicaplok Moskow pada 2014, dan wilayah Donbas di Ukraina timur, yang diminta Moskow untuk diserahkan kepada separatis pro-Rusia.(Aljazeera/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya