Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Kandas, Tuntutan Kompensasi Kematian Empat Anak Palestina ke MA Israel

Mediaindonesia.com
25/11/2021 21:35
Kandas, Tuntutan Kompensasi Kematian Empat Anak Palestina ke MA Israel
Dokter Palestina Izzeldin Abuelaish memberikan konferensi pers di Mahkamah Agung Israel di Jerusalem pada 15 November 2021.(AFP/Ahmad Gharabli.)

MAHKAMAH Agung Israel, Rabu (24/11), menolak banding dari seorang dokter Palestina yang meminta kompensasi atas pembunuhan tiga putrinya dan keponakannya selama perang Gaza 2008-2009.

Izzeldin Abuelaish, seorang ginekolog yang sekarang tinggal di Kanada, mengajukan gugatan perdata pada 2010 setelah insiden Januari 2009 yang menewaskan empat wanita muda dengan rentang usia 13 hingga 20 tahun.

Pengadilan tinggi Israel menyebut insiden itu sebagai peristiwa tragis tetapi memutuskan tidak memberikan kompensasi. Dalihnya, undang-undang tersebut memberikan kekebalan substansial kepada negara pada saat konflik.

Baca juga: Palestina Apresiasi Belgia Labeli Produk dari Permukiman Ilegal Israel

"Hati kami tertuju kepada pemohon, paman, dan ayah yang berduka dari tiga gadis yang terbunuh sebelum waktunya," kata pengadilan. "Pada saat yang sama, konsekuensi berat yang menyebabkan pemohon tidak memiliki kompensasi dan solusi dalam proses yang dihadapi."

Abuelaish, yang berbicara bahasa Ibrani dan dididik di Universitas Harvard, bekerja di rumah sakit Israel selama konflik. Kematian tersebut terjadi ketika rumah keluarganya di Gaza terkena tembakan tank Israel. 

Kasus itu mendapat perhatian setelah dia menelepon stasiun televisi Israel tak lama setelah kematian. Tentara Israel mengatakan pihaknya menargetkan gerilyawan Islam di daerah itu di tengah konflik yang dimulai setelah Hamas mengambil alih daerah kantong itu pada 2007.

Baca juga: Erdogan Serukan Negara Muslim Hentikan Penindasan Israel terhadap Palestina

Keluarga Abuelaish selalu dengan tegas menyangkal keberadaan anggota Hamas di rumah tersebut. Berbicara di luar pengadilan Jerusalem pekan lalu saat bandingnya didengar, Abuelaish meminta Israel untuk menunjukkan keberanian moral, etika, dan kemanusiaan untuk mengakui kesalahan.

"Tantangan terbesar di dunia kita ialah tanggung jawab individu. Mereka harus mengatasi ketakutan atau kesombongan atau keserakahan atau penolakan ini. Mereka harus mengakuinya dan saya bertekad," katanya.

Berbicara kepada AFP setelah banding ditolak, pengacara Abuelaish, Hussein Abu Hussein, mengatakan dia telah memberi tahu kliennya bahwa kemenangan hukum tidak mungkin diberikan karena preseden yang ditetapkan dalam kasus Israel serupa. "Tetapi Abuelaish ingin menghabiskan setiap opsi hukum yang mungkin," kata pengacara itu.

Baca juga: Israel Robohkan Rumah Warga Palestina Dekat Jerusalem

Setelah pindah ke Kanada dengan anak-anaknya yang tersisa setelah kematian, Abuelaish menulis buku berjudul Aku Tidak Membenci tentang rekonsiliasi antara Israel dan Palestina. Lahir di kamp pengungsi Jabalia Gaza, dia sekarang mengajar kesehatan masyarakat di Universitas Toronto. Abuelaish mengatakan setiap ganti rugi yang diberikan akan disumbangkan untuk amal dan dia juga meminta permintaan maaf dari Israel atas kematian tersebut. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya