Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
TALIBAN tanpa disadari telah memberikan kesempatan wawancara kepada salah satu media Israel. Penguasa Afghanistan itu mengklaim bahwa minoritas--termasuk pria Yahudi terakhir yang tersisa di Afghanistan--tidak akan dianiaya di bawah kekuasaan mereka.
Berbicara kepada lembaga penyiaran negara Israel, Kan, melalui telepon, juru bicara Taliban yang berbasis di Qatar, Suhail Shaheen, memastikan bahwa kelompok minoritas akan aman di Afghanistan. Ini karena ketakutan terus tumbuh bagi kaum minoritas setelah pengambilalihan kelompok militan. Banyak yang tetap skeptis terhadap jaminan kelompok tersebut.
“Kami mengidentifikasi diri kami sebagai saluran berita Kan, tetapi kami tidak menekankan bahwa kami merupakan media Israel," ungkap Roi Kais, reporter dari Kan, yang berbicara dengan Shaheen, dalam laporan wawancara tersebut sebagaimana dikutip Middle East Eye.
Baca juga: Warga Palestina Turut Bantu Padamkan Kebakaran Hutan Israel
Mengakui tidak mengenal orang Yahudi terakhir di Afghanistan, juru bicara Taliban itu mengatakan bahwa ada orang Sikh dan Hindu di negara tersebut yang dapat menikmati kebebasan beragama. Taliban dilaporkan telah terlibat dalam retorika antisemit dan anti-Israel di masa lalu.
Kehadiran Yahudi di Afghanistan dilaporkan berasal dari abad ke-7. Meskipun beberapa ribu orang Yahudi--beberapa mengatakan puluhan ribu--tinggal di Afghanistan pada awal abad ke-20, penganiayaan oleh pemerintah berturut-turut menyebabkan hampir semua dari mereka meninggalkan negara itu. Kini tinggal Zebulon Simentov sebagai satu-satunya perwakilan komunitas pada pertengahan 2000-an.
Simentov--yang menjalankan satu-satunya sinagoga aktif di Kabul--awalnya mengatakan pada April bahwa dia akan meninggalkan Afghanistan untuk bergabung dengan keluarganya di Israel. Namun, menurut media India, Wion, pada Selasa (17/8) dia mengatakan dia tidak akan pergi.
"Saya tidak akan meninggalkan rumah saya. Jika saya pergi, tidak akan ada yang menjaga Sinagoga," katanya. "Saya memiliki kesempatan untuk pergi ke AS tetapi saya menyerah."
Baca juga: Inggris: Dunia Baiknya Beri Kesempatan Taliban untuk Bentuk Pemerintahan Baru
Setelah kembali ke Afghanistan pada 1998, setelah beberapa tahun di Turkmenistan, Simentov dipenjara dan disiksa oleh Taliban yang saat itu menguasai negara. Taliban mempercayainya sebagai mata-mata. (OL-14)
SEDIKITNYA 140 orang tewas di Gaza, Palestina, dalam 24 jam terakhir akibat serangan pasukan rezim Zionis.
INDONESIA dan 22 negara lain menegaskan bahwa cara militer tidak dapat menghasilkan resolusi yang langgeng untuk krisis yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel.
RENCANA Amerika Serikat (AS) untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran yang paling terlindungi kuat dengan bom penghancur bunker akan berhasil karena mereka memiliki kemampuan tersebut.
KOREA Utara secara tegas mengecam serangan udara Israel terhadap Iran yang menjadi pemicu eskalasi di Timteng.
IRAN kemungkinan akan menerima undangan untuk berdialog dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan ingin membahas kemungkinan gencatan senjata dengan Israel.
KOREA Utara (Korut) menyatakan kecaman keras terhadap serangan udara yang dilancarkan Israel ke Iran, sehingga telah memicu konflik terbuka antar kedua negara sejak Jumat (13/6).
AKTIVIS pendidikan Malala Yousafzai meminta para pemimpin Muslim untuk menentang kebijakan represif Taliban di Afghanistan.
MALAYSIA, Indonesia, India, Afghanistan, dan Jepang dengan keras mengutuk serangan Israel terhadap Iran pada Sabtu (26/10). Mereka mengatakan itu sebagai pelanggaran hukum internasional.
PM Malaysia Anwar Ibrahim pada Sabtu (19/10) mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh pasukan Israel. Begitu pun pemerintahan sementara Taliban di Afghanistan.
KELOMPOK ISIS mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri mematikan di Kabul yang menewaskan sedikitnya enam orang.
Secara singkat, syariah merupakan sistem hukum agama yang diambil dari Al-Qur'an sebagai kalam Allah dan Hadis atau perkataan atau tindakan Nabi Muhammad SAW.
Untuk pertama kalinya, di pertemuan Doha III ini, hadir otoritas de facto atau de facto authority (DFA) di Afghanistan, yaitu Taliban.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved