Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Pembahasan Nuklir Iran Dilanjutkan September 2021

Nur Aivanni
08/8/2021 09:45
Pembahasan Nuklir Iran Dilanjutkan September 2021
Grafis perjanjian nuklir Iran sejak 2015 yang akan dibahas kembali di bawah presiden terpilih Ebrahim Raisi pada September mendatang.(dok.mi grafis)

IRAN siap untuk melanjutkan pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan kekuatan dunia di bawah Presiden baru Ebrahim Raisi. Pejabat Uni Eropa, pada Sabtu, mengatakan bahwa pertemuan itu dapat berlangsung di Wina mulai awal September.

Pejabat senior, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan negosiator Uni Eropa Enrique Mora menghadiri pengambilan sumpah Raisi di Teheran pada Kamis lalu dan berbicara dengan pejabat Iran yang ditunjuk untuk memimpin pembicaraan nuklir, Hossein Amir-Abdollahian.

Dikatakan pejabat Uni Eropa itu, Amir-Abdollahian seharusnya menjadi menteri luar negeri baru di kabinet Raisi, tetapi itu belum diumumkan.

Dia menambahkan bahwa tidak jelas apakah pembicaraan nuklir akan tetap di bawah tanggung jawab Kementerian Luar Negeri Iran atau diambil alih oleh badan lain, seperti Dewan Keamanan Nasional Iran.

Raisi adalah seorang garis keras yang diharapkan dapat mengkonsolidasikan kekuatan ultrakonservatif selama empat tahun masa jabatannya.

Dia menggantikan Hassan Rouhani yang relatif moderat yang pencapaian penting selama dua periode kepresidenannya adalah perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia: lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman.

Mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan tersebut pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi yang telah mencekik ekonomi Iran yang bergantung pada minyak. Iran menanggapi dengan menarik kembali langkah-langkah yang telah disepakati untuk dipatuhi.

Pembicaraan tentang kesepakatan tersebut telah terjadi sejak April di Wina untuk menemukan cara untuk membawa kedua belah pihak kembali ke kepatuhan penuh.

Putaran terakhir berlangsung pada 20 Juni tanpa tanggal yang ditentukan kapan mereka akan melanjutkan pembicaraan tersebut. Uni Eropa memimpin pertemuan tersebut.

Amerika Serikat mengatakan itu adalah prioritas mendesak untuk membawa Iran kembali ke meja perundingan. Namun ketegangan meningkat, terutama dengan serangan pesawat tak berawak pekan lalu terhadap sebuah kapal tanker yang terkait dengan Israel di lepas pantai Oman yang menewaskan seorang warga Inggris dan seorang Rumania di dalamnya.

Kelompok negara-negara G7 - Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia dan Jepang - menyalahkan serangan itu pada Iran. Teheran pun membantah tuduhan itu.

Keputusan Iran untuk meningkatkan pengayaan uranium dan membatasi akses inspektur PBB ke beberapa fasilitas nuklir telah meresahkan negara-negara Barat.

"Uni Eropa ingin Iran membekukan kegiatan nuklirnya," kata pejabat Uni Eropa, tetapi mengakui Rusia dan Tiongkok tidak mendukung bahasanya pada posisi itu.

Dia menambahkan bahwa pertemuan Mora dengan Amir-Abdollahian sangat bermanfaat, meskipun banyak masalah yang masih belum jelas.

Pejabat Uni Eropa itu mengatakan bahwa Iran mengatakan mereka ingin kembali ke Wina sesegera mungkin, tidak hanya untuk pembicaraan tetapi untuk mencapai kesepakatan. "Mereka ingin sukses," ucapnya.

Dia menambahkan bahwa Iran tidak menyebutkan perubahan posisi mereka dalam pembicaraan itu. Mora, ungkapnya, telah memberitahu Amerika Serikat tentang substansi pembicaraannya dengan Amir-Abdollahian.

"Jika tidak ada kesepakatan, situasi untuk Iran akan jauh lebih buruk," kata pejabat Uni Eropa itu memprediksi. "Kami akan bekerja dengan asumsi kami akan mendapatkan kesepakatan," tandasnya. (AFP/OL-13 )

Baca Juga: Pendiri Google Putuskan jadi Penduduk Selandia Baru



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya