Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Utusan PBB Tetap Berharap Bisa Kunjungi Myanmar

Nur Aivanni
25/5/2021 08:50
Utusan PBB Tetap Berharap Bisa Kunjungi Myanmar
Utusan khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener.(AFP)

UTUSAN khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener masih berharap untuk mengunjungi negara itu. Dia sudah tujuh minggu menghabiskan waktu di kawasan itu menunggu junta yang melancarkan kudeta pada Februari untuk mengizinkannya masuk.

Dalam pertemuan di Indonesia pada akhir April dengan kepala junta Myanmar,kata diplomat Swiss itu pada konferensi pers virtual di Bangkok, Jenderal Min Aung Hlaing tidak mengatakan bahwa dia tidak ingin berbicara dengannya lagi. Bangkok menjadi tempat utusan PBB tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya sejak awal April.

"Jenderal itu berkata ini bukan waktu yang tepat untuk datang ke Myanmar," katanya. "Itu tadi 'belum', bukan 'tidak'. Jadi saya tidak akan menyerah untuk melanjutkan diskusi ini," ucapnya.

Burgener mengatakan dia akan melakukan perjalanan pada Selasa ke Jepang untuk melakukan pertemuan dengan pejabat di sana.

Saat ditanya tentang hubungannya dengan Tiongkok, pendukung utama Myanmar tetapi dia belum mengunjungi sejak pengangkatannya, utusan itu mengatakan dia terbuka untuk berbicara dengan negara tersebut.

"Ini adalah situasi yang sangat tidak stabil bagi semua orang di kawasan itu dan jelas saya siap untuk berbicara dengan pemerintah Tiongkok di mana pun mereka suka karena saya pikir dialog diperlukan dengan semua negara anggota," katanya.

Saat ditanya tentang rancangan resolusi PBB yang diusulkan oleh Liechtenstein, dan didukung oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang mencakup penangguhan segera semua pengiriman senjata ke Myanmar, utusan itu menyatakan kehati-hatian.

"Saya pikir resolusi harus sangat kuat agar bisa efektif. Tapi yang juga sangat penting adalah menunjukkan persatuan di Majelis Umum," katanya.

Pemungutan suara telah dijadwalkan pada 18 Mei tetapi tiba-tiba ditunda tanpa batas waktu atas perintah Paris, yang didukung oleh Washington dan London, karena kurangnya dukungan dari negara-negara Asia di kawasan itu, kata para diplomat kepada AFP. Sebuah pertemuan dijadwalkan berlangsung pekan ini antara perancang teks dan negara-negara Asia. (AFP/OL-13)

Baca Juga: Militer Tahan Presiden dan PM Mali



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya