Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Bertolak ke Afghanistan, Menlu AS Bahas Penarikan Pasukan

 Atikah Ishmah Winahyu
16/4/2021 09:36
Bertolak ke Afghanistan, Menlu AS Bahas Penarikan Pasukan
Pasukan mariner AS yang ditugaskn di Kamp Dwyer, Provinsi Helmand, Afghanistan. AS siap menarik semua pasukannya dari Afghanistan.(MANPREET ROMANA / AFP)

MENTERI Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS)  Antony Blinken melakukan kunjungan mendadak ke Afghanistan pada Kamis (15/4).

Blinken menginformasikan para pejabat Afghanistan tentang rencana Washington untuk menarik semua pasukan AS sebelum peringatan 20 tahun serangan 11 September tahun ini.

Penarikan tanpa syarat terjadi meskipun ada kebuntuan dalam pembicaraan damai antara pemberontak dan pemerintah Afghanistan.

Di sisi lain, penariikan pasukan AS dinilia akan mengancam akan meninggalkan kekosongan kekuasaan yang dapat menjerumuskan negara itu pada kekerasan yang lebih dalam.

Blinken bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani serta pejabat senior AS di Kabul dan menjelaskan kepada mereka tentang pengumuman Presiden Joe Biden pada Rabu bahwa dia akan mengakhiri perang selamanya.

"Saya ingin menunjukkan dengan kunjungan saya komitmen berkelanjutan Amerika Serikat kepada Republik Islam ini dan rakyat Afghanistan," kata Blinken setelah bertemu dengan Ghani. "Kemitraan berubah, tetapi kemitraan itu bertahan lama,” imbuhnya.

Pentagon memiliki sekitar 2.500 tentara di Afghanistan dari sekitar 100.000 orang. Ribuan lagi bertugas sebagai bagian dari pasukan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) berkekuatan 9.600 orang, yang akan mundur pada saat yang sama.

Sebelum bertemu dengan Ghani, Blinken mengunjungi kedutaan AS di Kabul dan mengatakan kepada hadirin yang sebagian besar terdiri dari tentara, "Apa yang Anda dan para pendahulu Anda lakukan selama 20 tahun terakhir benar-benar luar biasa."

Penarikan pasukan AS telah menimbulkan kekhawatiran di Afghanistan, di mana warganya hidup dalam ketakutan akan pemboman setiap hari dan pembunuhan yang ditargetkan oleh Taliban.

"Itu bisa membuat kita kehilangan semua yang kita kerjakan dan perjuangkan bersama dalam 20 tahun terakhir dan bisa membahayakan keamanan secara keseluruhan di Afghanistan," kata aktivis hak-hak perempuan yang berbasis di Kabul, Metra Mehran.

Sementara bagi Washington, selama 20 tahun mengerahkan pasukannya di wilayah Afghanistan tercatat lebih dari 2.400 tentara AS tewas dirasa sudah cukup.

"Kami tidak dapat melanjutkan siklus untuk memperpanjang atau memperluas kehadiran militer kami di Afghanistan dengan harapan dapat menciptakan kondisi yang ideal untuk penarikan kami, mengharapkan hasil yang berbeda," kata Biden pada Rabu (14/4).

Penarikan pasukan AS yang tertunda, bahkan hanya dalam empat bulan, telah membuat marah Taliban, yang mengancam akan melanjutkan permusuhan terhadap pasukan AS.

"Jika perjanjian dilanggar dan pasukan asing gagal keluar dari negara kami pada tanggal yang ditentukan, masalah pasti akan bertambah dan mereka yang gagal mematuhi perjanjian akan dimintai pertanggungjawaban," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid di Twitter, Rabu (14/4).

Sementara itu, pasukan militer AS tidak terlibat dalam pertempuran langsung dengan pemberontak sejak perjanjian tahun lalu, tetapi memberikan dukungan udara penting kepada pasukan Afghanistan yang terlibat dalam peperangan sehari-hari.

Setelah panggilan telepon dengan Biden pada Rabu (14/4), Presiden Ghani mengatakan pasukan Afghanistan sepenuhnya mampu mengendalikan negara. (Aiw/Straitstimes/OL-09)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya