Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PSIKOLOG klinis lulusan Universitas Indonesia Phoebe Ramadina mengemukakan bahwa paparan konten negatif di media digital yang berlebihan pada anak dapat mengancam kesehatan mental dan perilakunya.
"Konten negatif yang sering muncul di media digital dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan perilaku anak maupun remaja," kata Phoebe, dikutip Senin (9/6).
Menurut dia, ketika anak terlalu sering melihat konten negatif yang muncul seperti kekerasan mereka bisa menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa atau wajar.
Tidak hanya itu, anak-anak yang terlalu sering melihat standar penampilan, kesuksesan, gaya hidup yang tidak realistis di media sosial
bisa berdampak memengaruhi kesehatan mentalnya seperti merasa rendah diri, tidak percaya diri, bahkan mengalami gangguan citra tubuh atau depresi.
"Anak-anak yang belum matang secara emosional juga bisa kesulitan mengelola emosi mereka, menjadi lebih cemas, impulsif, atau agresif akibat konten yang memprovokasi," ujar dia.
Phoebe mengatakan tidak jarang pula bahwa anak kerap meniru apa yang mereka lihat di dunia maya, apalagi jika tidak ada bimbingan dari orang dewasa.
Hal tersebut bisa mendorong munculnya perilaku menyimpang seperti pergaulan bebas, bullying, atau kenakalan remaja.
Psikolog yang berpraktik di lembaga konsultasi psikologi Personal Growth itu mendorong pentingnya peran aktif orangtua dan lingkungan sekitar untuk mendampingi dan mengedukasi anak dalam memilih dan menyikapi konten digital yang mereka konsumsi.
Dalam menghadapi dampak negatif media digital juga butuh kerja sama antara keluarga, sekolah, dan pemerintah. Phoebe menyarankan saat di rumah orangtua bisa mulai dengan membangun komunikasi yang terbuka dan menjadi pendamping saat anak mengakses media digital.
"Ini bukan soal melarang, tapi membantu anak belajar memilah mana konten yang sehat dan bermanfaat," katanya.
Kemudian saat di sekolah, guru bisa menanamkan pendidikan karakter dan keterampilan sosial-emosional, menyediakan layanan konseling, serta melibatkan siswa dalam kegiatan digital yang positif.
Peran negara, kata Phoebe, juga sangat penting, mulai dari memperkuat regulasi terhadap konten berbahaya, menyelenggarakan kampanye edukasi yang luas, hingga mendukung riset dan layanan psikososial di tingkat komunitas.
"Kolaborasi lintas sektor ini penting untuk menciptakan lingkungan digital yang aman, sehat, dan mendukung tumbuh kembang anak secara
menyeluruh," pungkasnya. (Ant/Z-1)
Merasa seperti sedang diawasi meski sendirian? Pelajari penyebab ilmiah dan pentingnya intervensi dini untuk menjaga kesehatan mental.
Program Mental Ease at Workplaces menjadi komitmen jangka panjang Otsuka Group dalam bidang keberlanjutan sumber daya manusia dan kesejahteraan karyawan.
Banyak yang percaya posisi tidur mencerminkan kondisi emosional atau mental seseorang. Namun, benarkah demikian?
Kesehatan mental yang baik berawal dari kebiasaan kecil, termasuk apa yang Anda konsumsi setiap hari. Tahukah Anda bahwa makanan tertentu mampu meningkatkan mood secara alami?
PENELITIAN terbaru memperingatkan diet rendah kalori dapat memicu depresi. Pria disebut lebih rentan terhadap efek negatif dari pembatasan makan.
Musik bisa merangsang area otak seperti lobus temporal untuk pendengaran, lobus frontal untuk emosi, cerebellum untuk koneksi motorik.
Menurut sejumlah penelitian, musik bisa dikenalkan kepada anak dari usia di bawah enam tahun.
Kriteria informasi yang layak bagi anak adalah informasi yang bersifat positif, mendukung tumbuh kembang anak, serta sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Menurut Director Learning Development JMAkademi, Coach A Ricky Suroso, orangtua perlu membekali anak-anaknya di usia golden untuk tangguh dalam karakter dan punya daya juang tinggi.
Konsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas serta memicu diabetes dan gangguan kesehatan jantung.
Jika anak dalam kondisi yang prima tanpa adanya masalah pada saluran pencernaan dan dapat tumbuh serta berkembang dengan baik, pemberian probiotik tidak perlu harus rutin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved