Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
AHLI Gizi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Fitri Hudayani, mengatakan pola makan saat menjalankan ibadah puasa, pada umumnya, sama dengan hari-hari biasa, namun hanya berbeda dalam pengaturan waktu makannya.
"Mengatur pola makan saat menjalankan ibadah puasa, pada prinsipnya, sama dengan pada hari lainnya, hanya berbeda dalam pengaturan waktu makan," kata Fitri, dikutip Rabu (5/3).
Di hari-hari biasa, sering kali makan utama dimakan sebanyak tiga kali dan makanan selingan sebanyak dua kali.
Tetapi, selama menjalankan ibadah berpuasa, Fitri mengatakan waktu makan dapat diubah menjadi dua kali untuk makanan utama dan tiga kali untuk makanan selingan.
Terkait dengan kebutuhan gizi dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu yang disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan aktivitas harian.
Meski demikian, Fitri menganjurkan masyarakat untuk berbuka dengan buah kurma dan minum air putih atau teh hangat.
Setelah melaksanakan ibadah Salat Maghrib dapat dilanjutkan dengan makanan utama yang lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah. Kemudian, setelah melaksanakan Salat Tarawih dapat mengonsumsi makanan selingan.
"Saat waktunya sahur, Anda juga dapat mengonsumsi makanan lengkap," ujar Fitri.
Secara terpisah, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Cabang Banten Dian Permatasari mengatakan, selama berpuasa, sebaiknya masyarakat lebih membatasi makanan manis. Contohnya gula, roti atau kue-kue yang rasanya amat manis.
Disarankan makanan yang dikonsumsi mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, gandum, kemudian mie sampai dengan pasta.
Selanjutnya adalah protein hewani atau nabati, yaitu berupa lauk-lauk seperti ikan, telur, ayam, tahu, tempe, atau susu.
Kemudian sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin dan mineral.
"Ini harus kita konsumsi pada saat sahur dan pada saat berbuka puasa. Jadi intinya pada saat berpuasa pola makannya ada perubahan di masalah waktu, namun sebenarnya kebutuhan nutrisi seharian itu tetap harus bisa terpenuhi," ujar Dian.
Dian menambahkan, bagi pihak-pihak yang sedang menjalankan program diet untuk menurunkan berat badan, tetap dapat melaksanakannya ketika berpuasa.
Hal yang sama juga berlaku bagi pasien yang menderita kencing manis atau diabetes mellitus ataupun pasien dengan gangguan ginjal.
"Selama berpuasa tentu saja program diet yang sedang kita jalani tetap harus berjalan, oleh karena sebenarnya tidak ada yang berbeda pada
pola makan dan hanya pada waktu makan saja," pungkas dokter, yang berpraktik di RSIA Bunda Ciputat itu. (Ant/Z-1)
Program ini menjadi bukti bahwa Ramadan tak hanya sebagai momen ritual ibadah semata, tetapi langkah nyata memperkuat solidaritas sosial.
Kesejahteraan masyarakat mengalami penurunan selama Ramadan hingga Idul Fitri 2025. Hal ini tercermin dari data Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) per Maret 2025.
Pembahasan tentang puasa Syawal terkait dalil hukum dan beda pendapat mazhab, nilainya seperti puasa setahun, orang yang tidak berpuasa Ramadan, dan niat puasa Syawal. Berikut penjelasannya.
Pada momen Ramadan dan Lebaran, kesehatan kulit harus dijaga agar tidak terpengaruh dengan pola makan, hidrasi, dan gaya hidup.
Melalui program Hampers Produk Mustahik ini, Baznas telah melakukan Kurasi Produk untuk mendukung UMKM binaannya dalam memproduksi kue-kue berkualitas.
Pernah membayangkan Ramadan terjadi dua kali dalam satu tahun? Jika melihat kalender, fenomena unik ini akan terjadi pada 2030 nanti.
Pola makan mencerminkan gaya hidup dan sangat memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada Pratiwi Dinia Sari mengatakan menjaga keseimbangan pola makan sehat dan menerapkan gaya hidup sehat bisa dilakukan selama liburan.
Studi isotop seng ungkap megalodon bukan hanya pemangsa paus, tapi pemakan oportunistik dengan pola makan beragam untuk penuhi kebutuhan energinya.
Jika selama ini anak-anak sering diberi asupan makanan yang tinggi gula, tinggi karbohidrat, dan rendah protein, rendah lemak, itu yang memicu terjadinya reaksi peradangan,
Enggak perlu diet aneh-aneh, diet OMAD, ketogenik, OCD. Selama orang itu melakukan diet yang seimbang dan dilakukan jangka panjang, hasilnya jauh lebih bagus.
Diet sehat yang kaya serat dan nutrisi dapat melindungi tubuh dari pembentukan sel-sel kanker.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved