Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

KLH Kenalkan Konsep Lelang Sampah sebagai Inovasi Penanganan Sampah

Despian Nurhidayat
06/2/2025 13:28
KLH Kenalkan Konsep Lelang Sampah sebagai Inovasi Penanganan Sampah
Pengenalan kegiatan lelang sampah oleh Kementerian Lingkungan Hidup.(Dok. KLH)

MESKI semakin banyak dibicarakan, nyatanya ekonomi sirkular tidaklah sederhana untuk diwujudkan, terutama untuk kemasan plastik. Diperlukan keterlibatan berbagai pihak agar rantai pemilahan hingga pengumpulan di bank sampah dapat benar-benar berjalan.

 

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), sekitar 64% sampah berhasil dikelola dari 33 juta ton lebih timbulan sampah yang terkumpul dari 308 kabupaten/kota di Indonesia pada 2023. Untuk mencapai target pengelolaan sampah 100%, dibutuhkan peran aktif dan kolaborasi berbagai pihak.

 

Beberapa masalah yang kerap ditemui dalam ekosistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat diantaranya adalah kurangnya informasi dan edukasi mengenai jenis-jenis sampah, serta akses dan relasi dengan para pendaur ulang (offtaker) yang akan membeli sampah yang telah dikumpulkan dan dikelola oleh para pegiat Bank sampah.

 

Salah satu solusi yang kini dikenalkan KLH adalah kegiatan Lelang Sampah. Inisiatif yang baru ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025. Sesuai namanya, layaknya lelang barang seni, kegiatan lelang sampah dilakukan untuk menjadikan sampah yang telah dipilah dan dikumpulkan di Bank Sampah Unit (BSU) sebagai komoditas yang bernilai jual.

 

Lelang sampah ini juga sekaligus menjadi wadah yang mempertemukan BSU dengan para pendaur ulang (offtaker) yang akan mengambil dan mendaur ulang sampah tersebut. Lelang Sampah juga berperan menjadi sarana edukasi dan relasi, sekaligus memperkenalkan standar kualitas pemilahan sampah yang bernilai ekonomi tinggi kepada BSU.

 

Lelang Sampah merupakan kolaborasi KLH dengan inisiator yang merupakan sebuah perusahaan air kemasan, beserta para mitra dalam rangka menyambut Hari Peduli Sampah Nasional. Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLH/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Ade Palguna Ruteka mengapresiasi Aqua sebagai inisiator. Di Jakarta, dalam kegiatan yang dilakukan merek air mineral itu bersama 4 Bank Sampah Induk (BSI) dan 35 Bank Sampah Unit (BSU), setiap bulan berhasil dikumpulkan sekitar 15 ton sampah PET botol.

 

 

“Namun, perlu diingat bahwa perusahaan-perusahaan yang menghasilkan kemasan plastik tidak bisa hanya berlindung di balik inisiatif-inisiatif baik yang telah dilakukan Aqua. Kolaborasi yang sesungguhnya dalam penanganan sampah plastik harus melibatkan semua pihak, baik dari pemerintah maupun industri. Ke depannya, kami berencana untuk melaksanakan kegiatan ini secara rutin dan mengundang lebih banyak pihak untuk bergabung, termasuk Bank Sampah, Buyer/Offtaker, dan perusahaan penghasil kemasan plastik lainnya, guna bersama-sama menciptakan solusi yang lebih besar dan lebih berkelanjutan,” ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Kamis (6/2).

 

Sebagai wujud dari komitmen dalam pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah, AQUA turut berkontribusi membangun Recycling Business Unit (RBU) sebagai model sosial bisnis daur ulang untuk mengolah kembali sampah botol plastik menjadi cacahan plastik untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku produk daur ulang.

 

Ketua Umum Indonesian Plastics Recyclers (IPR) Ahmad Nuzuluddin mengatakan bahwa industri daur ulang membutuhkan 2 juta ton sampah plastik per tahun. Meskipun tidak pernah menolak barang yang dikirimkan oleh Bank Sampah, pengelompokan dan penyortiran yang lebih teliti masih dibutuhkan agar nilai sampah yang masuk ke industri tidak berkurang.

 

“Saat ini, industri masih kekurangan 1 juta ton sampah, sehingga membuka peluang besar bagi Bank Sampah untuk berperan lebih aktif. Kuncinya adalah kolaborasi antar sektor untuk memenuhi kebutuhan ini, namun sampah yang masuk harus memenuhi kriteria tertentu agar dapat diterima oleh industri. Dengan begitu, jika semua komponen daur ulang bergerak bersama, kita tidak hanya bisa mengurangi sampah yang masuk ke TPA, tetapi juga menggerakkan perekonomian secara lebih efektif,” ujarnya. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya