Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Indonesia Tourisme Edu Fest 2024 Kenalkan Perguruan Tinggi dengan Program Pariwisata

Faishol Taselan, Ihfa Firdausya
24/11/2024 09:41
Indonesia Tourisme Edu Fest 2024 Kenalkan Perguruan Tinggi dengan Program Pariwisata
Ilustrasi(MI/Faishol Taselan)

Sebanyak 23 Perguruan Tinggi yang tergabung dalam Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (HLPTPI) ikut ambil bagian dalam Indonesia Tourisme Edu Fest 2024” yang diselenggarakan Institut Pariwisata Trisakti di Surabaya, Jumat (22/11).

Pameran yang akan berlangsung selama dua hari ini menampilkan sejumlah perguruan tinggi yang selama ini memiliki studi Pariwisata untuk menunjukkan kelebihan yang dimiliki di bidang Pariwisata.

Kepala Kerjasama Institusi Pariwisata  Trisakti Tri Joko mengatakan pameran ini bertujuan untuk membangiktkan kembali perguruan tinggi yang selama ini memiliki bidang studi Wisata.

Selama ini banyak perguruan tinggi yang memiliki program pariwisata belum terekspos secara maksimal, apalagi saat zaman pandemi praktis dunia wisata mati.

Karena itu, pameran kali ini Perguruan Tinggi mencoba memberikan edukasi kepada siswa SMA termasuk tenaga pendidikan, pentingnya dunia pariwisata ke depan. 

“Wisata sekarang sudah menunjukkan trend meningkat, dibutuhkan SDM yang cukup memadai, maka pameran kali ini memiliki peran strategis bagi Perguruan Tinggi yang memiliki studi wisata agar dikenal masyarakat,” katanya. 

Kedepan, pameran akan digelar di sejumlah provinsi. Tahap pertama dilakukan di Surabaya, maka berikutnya giliran daerah lain. “Nanti bisa Jakarta, Yogyakarta atau Semarang, yang pasti tiap tahun berubah tepat,” katanya. 

Sementara itu, Dosen Universitas Ciputra Surabaya Agoes Tinus Indrianto menyambut pameran tersebut, ditengah SDM wisata sangat kurang. “Selama ini kalau anak SMK mengerti kalau pariwisata, tapi anak SMA ini kurang paham tentang bagaimana ilmu pariwisata padahal sudah ada S1, S2 dan S3,” katanya.

Karena itu,  acara ini kerjasama dengan  dengan perguruan tinggi pariwisata di Indonesia anak-anak SMA paham tentang potensi dan karir bisnis di dunia pariwisata.

Saat pandemi  semua wisata turun tapi sekarang semua sudah naik banyak hotel butuh SDM yang mumpuni. “Kita harapkan dari anak-anak SMA yang lanjut kuliah pariwisata karena mereka punya kritik punya pemikiran untuk lebih kritis,” ujarnya.

Di Jawa Timur saja kebutuhan tentang  SDM, banyak hotel minta ke kampus. “Tapi, dengan adanya pameran ini hotel tahu bahwa ada banyak perguruan tinggi yang memiliki bidang pariwisata,” katanya.

Kebangkitan sektor pariwisata

Ketua Umum Hildiktipari Diena M Lemy menyampaikan bahwa permintaan tenaga kerja di industri pariwisata tak pernah surut. Setiap tahunnya, industri pariwisata selalu menunggu suplai para talenta terampil.

“Di sektor pariwisata, ketersediaan pekerjaan itu banyak sekali. Apalagi kalau generasi muda mau pergi ke berbagai daerah di Indonesia. Kekhawatiran akan menganggur setelah lulus dari (pendidikan) pariwisata seharusnya tidak ada,” kata Diena dalam perbincangan dengan Media Indonesia lewat sambungan Zoom, belum lama ini.

Di tengah ketersediaan lapangan kerja yang luas, minat anak-anak muda untuk masuk pendidikan pariwisata justru cenderung menurun sejak pandemi covid-19. Diena memaklumi efek pandemi yang menghantam pariwisata membuat orang khawatir terhadap kerentanan sektor tersebut.

Namun yang tidak disadari dan terekspose dengan baik, katanya, bahwa kebangkitan sektor pariwisata termasuk yang sangat cepat untuk pulih dari suatu krisis seperti pandemi lalu. Di Jakarta, ia mencontohkan, bisnis hotel-hotel bintang 5 bahkan sudah kembali 130% dari sebelum covid-19.

“Indonesia sudah ada beberapa kejadian (yang berdampak pada pariwisata), mulai dari Bom Bali, Bom Marriott, dan sebagainya. Kalau kita amati, itu bounce back-nya cepat sekali. Orang takut sebentar tapi jalan-jalan lagi. Jadi optimisme itu selalu ada di pariwisata,” katanya.

Selain itu, edukasi yang masih harus digalakkan adalah keluasan bidang yang dapat dijelajah ketika seseorang menempuh pendidikan pariwisata. Diena mengakui masih banyak salah persepsi di masyarakat yang menganggap sekolah di pariwisata hanya untuk kerja di hotel, menjadi pemandu wisata, atau juru masak.

Padahal sejak 2008, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan pariwisata sebagai sebuah ilmu yang sejajar dengan ilmu-ilmu lain. Dengan itu, pendidikan tinggi pariwisata bukan lagi hanya vokasi atau diploma, tapi juga S1, S2, hingga S3. Karena itu jenjang karier setelahnya juga sangat luas. Selain bekerja di industri pariwisata, ia bisa menjadi birokrat, ASN, wirausaha, hingga akademisi bergelar professor.

Diena juga menekankan, keberlanjutan industri pariwisata dalam memaksimalkan SDM tak lepas dari filosofi bahwa pariwisata itu adalah people industry atau industri yang berpusat pada manusia, di tengah gempuran teknologi dan AI.

“Indonesia dengan DNA hospilality yang luar biasa punya peluang di masa depan, kita menjadi tempat pariwisata yang masih menggunakan tenaga kerja manusia untuk melayani manusia,” ungkapnya.

Untuk itu diperlukan upaya mengedukasi masyarakat terutama anak-anak sekolah menengah atas untuk menyadari potensi dan peluang industri pariwisata. Salah satu upaya yang dilakukan Hildiktipari adalah menyelenggarakan Indonesia Tourism Education Festival (ITEF) pada 22-23 November di Surabaya, Jawa Timur.

ITEF 2024 yang pertama kali dihelat ini bertujuan memperluas akses informasi pendidikan pariwisata dan memperkuat kemitraan antara dunia pendidikan dan industri pariwisata.

Ketua Bidang IV Usaha & Pendanaan Hildiktipari Agoes Tinus Lis Indrianto yang juga ketua penyelenggara ITEF berharap melalui acara tersebut kesadaran masyarakat tentang pendidikan pariwisata meningkat. Hal itu diharapkan dapat berdampak pada tumbuhnya minat untuk berkuliah di pendidikan tinggi pariwisata sehingga suplai ke industri pariwisata bisa kembali membaik.

“Kebutuhan industri tinggi. Bahkan asosiasi-asosiasi seperti PHRI, Astindo, datang. Pak, mana lulusan? Ada gap kebutuhan industri terhadap lulusan perguruan tinggi dengan kompetensi pariwisata. Kita berusaha untuk menurunkan gap tersebut,” kata Agoes yang juga Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Ciputra Surabaya.

Dalam hal ini, Univesitas Ciputra menjadi tuan rumah ITEF 2024. Pada hari pertama 22 November, kegiatan yang dihadirkan antara lain seminar dan focus group discussion (FDG). Seminar di antaranya akan menghadirkan Direktur Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan Winner Jihad Akbar, pihak industri, hingga alumni perguruan tinggi pariwisata.

Pada hari pertama, sebanyak 200 SMA di Jawa Timur yang akan diwakili masing-masing kepala sekolah dan satu siswa akan berpartisipasi dalam seminar dan FDG.

“Setelah seminar akan dilanjut dengan FGD. Kita akan pecah menjadi 4 kelompok, kepala sekolah akan kita undang untuk diskusi dalam kelas-kelas kecil tentang dunia pariwisata,” kata Agoes.

Sementara pada hari kedua 23 November, kegiatan akan dilaksanakan di Mal Ciputra World Surabaya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pameran dari perguruan tinggi pariwisata yang ada di Indonesia. Sebanyak 25 booth bisa dikunjungi oleh masyarakat luas.

“Untuk bisa menarik minat dari generasi muda khususnya anak SMA, ada acara-acara berupa lomba, yakni story telling yang berhubungan dengan pariwisata dan modern dance,” papar Agoes.

Alasan siswa SMA dijadikan target audiens karena mempertimbangkan sejumlah hal. Selain masih minim informasi terkait pariwisata, Agoes menyoroti, salah satu problem yang dihadapi adalah anak SMA termasuk penyumbang pengangguran yang cukup tinggi.

“SMK kan sudah siap kerja, kalau SMA dipersiapkan untuk melanjutkan ke kuliah. Sedangkan tidak banyak juga anak SMA yang bisa langsung kuliah karena banyak faktor, tapi mereka tidak punya skill khusus untuk bisa langsung masuk dunia kerja,” paparnya.

Institut Pariwisata Trisakti yang juga berpartisipasi dalam ITEF 2024 menyambut baik acara tersebut. “Mudah-mudahan apa yang diniatkan betul-betul berdampak, di tahun 2025, dengan adanya acara ITEF, peminat sekolah pariwisata meningkat signifikan karena semakin banyak masyarakat, orang tua, ataupun siswa yang lebih mengetahui dan memahami tentang pariwisata,” kata Rektor Institut Pariwisata Trisakti Fetty Asmaniati.

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya