Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
KESEHATAN mental merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini, peran seorang psikolog dan psikiater sangat dibutuhkan. Kedua profesi tersebut dapat membantu orang dengan masalah mental secara profesional.
Meski bergerak dalam bidang yang sama, kedua profesi tersebut memiliki peran dan wewenang berbeda dalam merawat pasien. Hal ini masih banyak yang belum diketahui orang-orang.
Lalu, apa sebenarnya perbedaan antara psikolog dan psikiater?
Baca juga : Bunuh Diri Dianggap Sebagai Jalan Keluar dari Masalah Hidup yang Kompleks
Dillansir dari American Psychological Association, seorang psikiater belajar untuk mendapatkan gelar medis di bidang kesehatan mental, baik untuk memperoleh gelar MD (doktor kedokteran) atau DO (doktor kedokteran osteopatik).
Setelah lulus dengan salah satu gelar tersebut, mereka mengikuti ujian untuk memperoleh lisensi untuk menjalankan praktik di bidang mereka di negara bagian yang dipilih.
Mereka kemudian diharuskan untuk melanjutkan praktiknya selama minimal empat tahun di rumah sakit di bawah pengawasan dokter senior. Psikiater juga harus memperbarui sertifikasi praktik mereka setiap 10 tahun.
Baca juga : Hari Kesehatan Mental Sedunia 10 Oktober, Apakah Itu dan Bagaimana Sejarahnya?
Seorang psikolog menempuh program pascasarjana di bidang kedokteran selama empat atau enam tahun untuk meraih gelar PhD (doktor filsafat) atau PsyD (doktor psikologi).
Mereka juga akan diminta untuk menyelesaikan ujian guna memperoleh lisensi di negara bagian yang dipilih untuk menjalankan praktik secara profesional.
Dikutip dari Mitra Keluarga, saat melakukan diagnosis, psikolog mempersilahkan kliennya untuk bercerita mengenai masalah yang dihadapi. Kemudian, psikolog mempersilahkan klien untuk melakukan cognitive behavioural test guna melihat perilaku dan emosional.
Baca juga : Gen Z Rentan Terkena Gangguan Mental, Apa Penyebabnya?
Tes tersebut bergantung pada masalah yang dimiliki klien. Model tes seperti kuesioner, tes IQ, hingga neuropsikologi guna melihat perkembangan kognitif dan memori. Jika gangguan mental semakin parah, psikolog akan merekomendasikan Anda untuk kontrol lebih lanjut dengan psikiater.
Psikiater umumnya melakukan diagnosis gangguan kejiwaan secara lebih medis. Psikiater akan mempelajari semua gejala yang dialami pasien, memeriksa riwayat gangguan kesehatan yang dialami, obat-obatan yang dikonsumsi, dan hasil diskusi dengan pasien.
Karena pemeriksaannya lebih medis, psikiater juga dapat memberikan rekomendasi obat-obatan atau jenis terapi untuk proses penyembuhan.
Baca juga : PR Mendikbud Baru: Kembangkan Kecerdasan Emosional Mahasiswa agar Tidak Gampang Depresi
Psikolog tidak bisa melakukan diagnosis gangguan mental pada seseorang. Namun, psikolog dapat membantu menurunkan intensitas gejala yang dialami oleh pasien, dengan rekomendasi pola hidup lebih sehat.
Sementara psikiater atau dokter spesialis kejiwaan, mereka mampu mengidentifikasi gangguan mental yang lebih kompleks. Misalnya, bipolar, gangguan kecemasan, anorexia nervosa, depresi, dan skizofrenia.
Perbedaan paling mencolok antara psikiater dan psikolog adalah jenis pengobatan yang diberikan.
Psikiater, sebagai dokter spesialis kejiwaan, dapat memberikan rekomendasi terapi dan meresepkan obat-obatan.
Namun, psikolog tidak dapat meresepkan obat-obatan. Psikolog hanya dapat memberikan rekomendasi terapi dan latihan. Untuk terapi yang direkomendasikan juga sebatas kegiatan dan aktivitas, semisal meditasi, menulis jurnal, olahraga, dan melatih sugesti serta pola pikir. (Z-10)
Faktor yang memengaruhi kesehatan mental antara lain genetik, pengalaman traumatis, stres, tekanan hidup, isolasi sosial, ketidaksetaraan sosial-ekonomi, dan sebagainya.
Lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi kognitif yang bisa mendadak jadi kekanakan.
DAMPAK kecanduan perilaku judi online pada otak manusia serupa dengan dampak pada kecanduan narkoba. Dampak tersebut yakni terjadi kerusakan pada bagian otak.
Kondisi remaja dan anak sekarang dengan gadget/gawai, mereka banyak bersosialisasi sendiri, merasa aktif sendiri, dan tidak bisa menerima lingkungannya dengan baik.
Polwan Brigadir Satu F-N, yang menjadi tersangka dalam kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menyebabkan kematian suaminya
Dari 314 kasus kematian akibat bunuh diri pada 2024 di Singapura, 202 kasus atau 64,3% adalah laki-laki, sementara 112 kasus atau 35,7% sisanya adalah perempuan.
Baby blues merupakan kondisi yang terjadi akibat perubahan hormon, kelelahan serta mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu.
Media sosial dapat memperburuk kondisi emosional penderita bipolar. Ketahui tiga dampak negatif utamanya.
3 masalah mental remaja: identitas diri, emosi, dan sosial. Peran orang tua krusial dalam masa tumbuh kembang usia 10–18 tahun.
Kesepian dapat memperburuk kondisi diabetes dengan meningkatkan stres dan kadar hormon kortisol, yang mengganggu sensitivitas insulin.
Kamar mandi kini dipandang tidak lagi sebagai ruang fungsional semata, melainkan sebagai bagian penting dalam mendukung kesehatan mental dan pemulihan diri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved