Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Rasa Bahagia adalah Hak Asasi, Begini Cara Pulihkan Joy dari Depresi Tersembunyi

Thalatie K Yani
21/7/2025 11:49
Rasa Bahagia adalah Hak Asasi, Begini Cara Pulihkan Joy dari Depresi Tersembunyi
Ilustrasi(freepik)

RASA bahagia bukan sekadar pelengkap kehidupan. Menurut psikiater dan Ketua Inisiatif Perempuan dalam Kedokteran untuk Fakultas Dokter & Ahli Bedah Vagelos Universitas Columbia, Judith Joseph, merupakan hak asasi manusia. 

“Kita diciptakan dengan DNA untuk merasakan kebahagiaan. Itu adalah hak kita sejak lahir sebagai manusia,” ujar psikiater dan peneliti yang kini banyak dikenal karena risetnya tentang high-functioning depression.

Joseph baru-baru ini merilis buku High Functioning: Overcome Your Hidden Depression and Reclaim Your Joy yang mendapat banyak perhatian. Ia ingin menunjukkan depresi tidak selalu terlihat jelas.

“Depresi itu bisa berwujud berbeda,” katanya. “Ada orang yang mengalami anhedonia, ketidakmampuan merasakan kesenangan, meski tampak baik-baik saja. Anda tak harus selalu terlihat sedih untuk memenuhi kriteria depresi.”

Joseph sendiri pernah mengalaminya. Di tahun 2020, meski terlihat sukses, dia sebenarnya sedang bergulat dengan anhedonia. “Dari luar semua tampak hebat, tapi di dalam saya merasa mati rasa,” kenangnya.

Tantangan mengenali depresi tersembunyi

Banyak penderita depresi tipe ini sulit mengenali kondisinya sendiri karena hambatan psikologis seperti anhedonia dan alexithymia, kesulitan mengenali dan mengekspresikan emosi. Karena tetap mampu bekerja dan mengurus keluarga, orang sekitar sering tak menyadarinya.

Joseph menemukan kembali rasa bahagianya lewat hubungan yang erat dengan keluarga dan komunitas. Ia juga merasakan kebahagiaan saat membantu orang lain menemukan kebahagiaan mereka. Namun, proses itu butuh waktu dan kesadaran diri.

Cara mengembalikan rasa bahagia

Joseph membagikan konsep lima V untuk perlahan memulihkan rasa bahagia:

Validation (Validasi)

Sadari dan akui apa yang Anda rasakan. “Kalau kita tak bisa menamai perasaan kita, kita akan bingung, cemas, dan tidak tenang,” jelasnya.

Venting (Meluapkan perasaan)

Ungkapkan isi hati pada orang yang dipercaya. Namun, hindari “trauma dumping” pada teman atau keluarga tanpa izin. Selalu tanyakan, “Apakah ini waktu yang tepat untuk berbagi?”

Values (Nilai)

Renungkan apa yang benar-benar memberi makna dalam hidup. “Dulu saya mengejar penghargaan dan pencapaian, tapi pada akhirnya itu bukan hal yang akan saya sesali atau banggakan di akhir hayat,” ujarnya.

Vitals (Hal mendasar)

Jaga kesehatan fisik—makan bergizi, olahraga teratur, tidur cukup. Kedengarannya sederhana, tapi sulit dilakukan banyak orang.

Vision (Visi)

Rencanakan lebih banyak momen yang membawa kebahagiaan. Jangan terus-menerus menoleh ke masa lalu.

Joseph menegaskan, semua langkah ini tidak perlu dilakukan sekaligus. “Jangan bersikap high-functioning saat menjalani proses ini. Ini bukan proyek kerja. Ini tentang hidup Anda,” katanya.

Ia juga mengingatkan, kebahagiaan dan kebahagiaan sejati itu berbeda. Kebahagiaan (happiness) bersifat eksternal dan sementara—seperti rasa senang saat membeli barang baru atau memenangkan penghargaan. Sementara joy bersifat internal dan melekat.

“Anak kecil tidak perlu diajari bagaimana merasakan bahagia. Kita semua terlahir dengannya,” pungkas Joseph. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya