Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KESEHATAN mental sangat penting untuk tumbuh kembang anak dan remaja. Dengan mental yang sehat maka anak akan lebih mudah mengasah potensi dan kemampuannya. Sayangnya kesehatan mental pada remaja dan anak zaman sekarang tidak sekuat dulu.
Psikiater Anak & Remaja Rumah Sakit Soeharto Heerdjan, dr Suzy Yusna Dewi, Sp.KJ sehat jiwa adalah merasa bahagia dan menerima apa adanya kondisi diri sendiri dan kondisi orang lain. Kemudian selalu bersikap positif, pantang menyerah dan tangguh, jadi intinya adalah orang yang mengalami sehat jiwa adalah yang tangguh dan mempunyai kekuatan mental yang baik.
Kondisi remaja dan anak sekarang dengan gadget/gawai mereka banyak bersosialisasi sendiri, merasa aktif sendiri, dan tidak bisa menerima lingkungannya dengan baik.
Baca juga : Upaya Membebaskan Anak-anak dari Ketergantungan Ponsel
"Jadi inilah yang menyebabkan mungkin ada perbedaan dengan anak muda dulu yang bermain dengan teman seperti main karet, bekel, teklek, egrang, dan lain sebagainya di lapangan langsung menemukan tantangan secara langsung," kata Suzy dalam talkshow dengan Kementerian Kesehatan, Senin (13/5).
Setelah bermain dengan menemukan tantangan dan menghadapi kekalahan secara langsung maka anak tidak mudah untuk menyerah. Keesokan harinya ia akan melakukan rutinitas tersebut terus menerus. Sementara zaman sekarang anak menghadapi tantangan yang berbeda tentangnya.
"Tantangan atau ributnya anak sekarang lewat laptop atau lewat depan sehingga merasa jadi lebih lebih mendalam apa yang dirasakannya nah gitu itu yang berbeda. Sehingga kalau disebut sekarang ini generasi strawberi yang memiliki trauma dan rapuh itu yang menyebabkan ada perbedaan antara yang dulu dengan sekarang," ungkapnya.
Baca juga : Kenali Gejala Kecanduan Gawai Pada Anak dan Cara Mengatasinya
Pentingnya interaksi dalam pengaruh anak dan remaja. Saat ini peran dari kebijakan mengedepankan pola pendidikan yang berbasis gawai. Sehingga banyak sekolah yang memfasilitasi tugas dan pembelajaran dengan gawai. Padahal dengan gawai tersebut sangat memengaruhi kondisi mental anak.
Di sekolah biasanya anak lebih menghabiskan waktu dengan gawainya bukan dengan teman-temannya berinteraksi, membersihkan kelas, piket, dan aktivitas lainnya.
"Peran orang tua terkait gawai harus memulai pengawasan dan interaksi dengan anak. Peran kedekatan dengan anak banyak ngobrol dan interaksi harus diberikan sosialisasi terus menerus," pungkasnya. (H-2)
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Melatonin merupakan hormon yang bikin mengantuk hingga seseorang akhirnya bisa tertidur.
Kondisi ini dikenal sebagai gadget neck, yaitu nyeri yang muncul karena posisi kepala menunduk terlalu lama, seperti saat menatap layar ponsel atau laptop.
Autisme virtual menyebabkan anak mengalami kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif, dan perilaku yang tidak lazim.
PP Tunas tidak melarang penggunaan gawai. Namun, PP mengatur produk, layanan, dan fitur (PLF) yang diakses anak harus sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat mengelola limbah elektronik (e-waste) dengan cara yang lebih bertanggung jawab.
Agar lebih seru, pilih tema Ramadan untuk menggambar dan mewarnai.
Gawai sekarang telah menjadi bagian dari kegiatan pendidikan dan interaksi sosial anak, sehingga penggunaannya tidak bisa sepenuhnya dihindari.
Penggunaan gadget dalam jarak dekat berisiko tinggi menyebabkan miopia atau rabun jauh, terutama jika dilakukan dalam waktu lama.
REALME akhirnya merilis smartphone teranyar mereka yakni Realme C75 ke pasar Indonesia yang tahan air, tahan banting dan kapasitas baterai yang besar.
Penelitian National Institute of Health pada 2019 menunjukkan anak dengan screen time lebih dari dua jam sehari memiliki skor lebih rendah dalam tes bahasa dan kognitif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved