Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KESEHATAN mental sangat penting untuk tumbuh kembang anak dan remaja. Dengan mental yang sehat maka anak akan lebih mudah mengasah potensi dan kemampuannya. Sayangnya kesehatan mental pada remaja dan anak zaman sekarang tidak sekuat dulu.
Psikiater Anak & Remaja Rumah Sakit Soeharto Heerdjan, dr Suzy Yusna Dewi, Sp.KJ sehat jiwa adalah merasa bahagia dan menerima apa adanya kondisi diri sendiri dan kondisi orang lain. Kemudian selalu bersikap positif, pantang menyerah dan tangguh, jadi intinya adalah orang yang mengalami sehat jiwa adalah yang tangguh dan mempunyai kekuatan mental yang baik.
Kondisi remaja dan anak sekarang dengan gadget/gawai mereka banyak bersosialisasi sendiri, merasa aktif sendiri, dan tidak bisa menerima lingkungannya dengan baik.
Baca juga : Upaya Membebaskan Anak-anak dari Ketergantungan Ponsel
"Jadi inilah yang menyebabkan mungkin ada perbedaan dengan anak muda dulu yang bermain dengan teman seperti main karet, bekel, teklek, egrang, dan lain sebagainya di lapangan langsung menemukan tantangan secara langsung," kata Suzy dalam talkshow dengan Kementerian Kesehatan, Senin (13/5).
Setelah bermain dengan menemukan tantangan dan menghadapi kekalahan secara langsung maka anak tidak mudah untuk menyerah. Keesokan harinya ia akan melakukan rutinitas tersebut terus menerus. Sementara zaman sekarang anak menghadapi tantangan yang berbeda tentangnya.
"Tantangan atau ributnya anak sekarang lewat laptop atau lewat depan sehingga merasa jadi lebih lebih mendalam apa yang dirasakannya nah gitu itu yang berbeda. Sehingga kalau disebut sekarang ini generasi strawberi yang memiliki trauma dan rapuh itu yang menyebabkan ada perbedaan antara yang dulu dengan sekarang," ungkapnya.
Baca juga : Kenali Gejala Kecanduan Gawai Pada Anak dan Cara Mengatasinya
Pentingnya interaksi dalam pengaruh anak dan remaja. Saat ini peran dari kebijakan mengedepankan pola pendidikan yang berbasis gawai. Sehingga banyak sekolah yang memfasilitasi tugas dan pembelajaran dengan gawai. Padahal dengan gawai tersebut sangat memengaruhi kondisi mental anak.
Di sekolah biasanya anak lebih menghabiskan waktu dengan gawainya bukan dengan teman-temannya berinteraksi, membersihkan kelas, piket, dan aktivitas lainnya.
"Peran orang tua terkait gawai harus memulai pengawasan dan interaksi dengan anak. Peran kedekatan dengan anak banyak ngobrol dan interaksi harus diberikan sosialisasi terus menerus," pungkasnya. (H-2)
Menciptakan kedekatan dengan anak menjadi hal penting bagi para orangtua. Upaya mendekatkan diri dengan anak bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Jika anak tidak boleh memegang handphone, orangtuanya juga harus begitu, harus sama perlakuannya. Jangan anaknya diharuskan begini, tapi orangtuanya begitu.
Gangguan pada perkembangan fisik anak usia dini menjadi salah satu hal yang bisa terjadi akibat screen time berlebihan
"Kami menemukan bahwa anak-anak yang bermain gawai (tab) menjadi lebih mudah marah dan frustasi."
Studi menunjukkan bahwa screen time/waktu layar untuk anak-anak kecil melonjak dari hanya lima menit sehari pada tahun 2020 menjadi 55 menit sehari pada tahun 2022.
Perlindungan anak-anak dalam lingkungan online menjadi semakin penting seiring dengan peningkatan penggunaan teknologi.
Kurangi akses media digital atau elektronik dengan memindahkan perangkat elektronik ke ruang yang lebih publik. Sehingga anak-anak akan lebih mudah diawasi.
Orang tua seharusnya jadi role model penggunaan internet dan jangan sampai orang tua tidak paham dan paham konten yang diberikan anak.
Orangtua disarankan melarang anak usia di bawah satu tahun menatap layar gawai serta membatasi waktu layar anak usia satu sampai tiga tahun maksimal satu jam.
Anak-anak perlu dilatih untuk peduli terhadap lingkungan untuk keberlangsungan hidup bersama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved