Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PSIKOLOG klinis dan keluarga Pritta Tyas menyampaikan anak yang mengalami tantrum karena gawai bisa jadi tanda awal kecanduan atau adiksi.
"Harus ada yang dibetulkan dulu, berarti mungkin dia sudah ada tanda-tanda adiksi, kalau sampe tantrum, ya," ujar psikolog klinis lulusan Universitas Gadjah Mada itu, Kamis (3/7) malam.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Gejala lain adiksi gawai adalah anak kehilangan minat untuk melakukan sesuatu yang biasanya diminati hingga sulit memikirkan apa yang bisa dilakukannya selain bermain dengan gawai.
Gejala tersebut timbul akibat anak kekurangan gerak, kurang bermain di luar ruangan sehingga dia hanya bisa memikirkan permainan yang melibatkan ponsel.
"Orangtuanya mungkin kurang mendampingi atau terlalu kecil usia ketika dikasih gawai," kata Pritta.
Pritta menyampaikan, ketika anak sudah mengalami gejala itu, orangtua sebaiknya mengambil gawai tersebut.
Langkah yang bisa dilakukan orangtua ketika menghadapi tantrum adalah pastikan keamanan anak hingga ikut menemaninya.
Setelah itu, biarkan anak meluapkan emosinya seperti membiarkan menangis hingga tunggu sampai dia tenang, lalu bisa memberikan bantuan secara fisik.
"Validasi emosinya, contohnya, 'Mama tahu, papa tahu kamu marah, tapi sekarang waktunya udah habis'. Tunggu sampai dia lebih tenang, baru nanti tawarkan minum atau mau mengeringkan badan," jelas Pritta.
Pritta menyarankan anak sebaiknya baru mulai menonton konten digital dengan pendampingan pada usia minimal 3 tahun, dengan durasi 15 menit sekali dan maksimal 1 jam per hari.
Kemudian, anak diperbolehkan memainkan gawai disarankan pada usia 4-5 tahun. Sedangkan untuk memiliki gawai sendiri sebagai hak milik,
idealnya pada usia 8-9 tahun, ketika anak sudah mulai sekolah dan membutuhkan perangkat pribadi untuk tugas-tugasnya.
Pritta menambahkan dalam mencegah anak mengalami adiksi gawai, hal yang bisa dilakukan orangtua adalah harus mencari alternatif kegiatan lain seperti mengajak bermain di luar ruangan atau bermain sesuatu yang tidak menatap layar, serta bisa menjelaskan pada anak terkait fitur yang akan diterapkan dalam penggunaan gawai seperti parental control (kontrol orangtua).
"Harus ada kesepakatan bahwa misalnya gawai ini tidak dibawa ke dalam kamar, hanya boleh digunakan di ruang keluarga atau di kamar orangtuanya dan batas penggunaan maksimal pada jam berapa," pungkas Pritta. (Ant/Z-1)
KEHIDUPAN masyarakat modern semakin tergantung dengan sejumlah gawai seperti telepon seluler (ponsel) tetapi juga ramah lingkungan.
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Melatonin merupakan hormon yang bikin mengantuk hingga seseorang akhirnya bisa tertidur.
Kondisi ini dikenal sebagai gadget neck, yaitu nyeri yang muncul karena posisi kepala menunduk terlalu lama, seperti saat menatap layar ponsel atau laptop.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved