Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
BUKAN sekadar kemampuan membaca dan menulis, literasi juga mencakup keterampilan berpikir kritis, menganalisis informasi, dan mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Di era modern yang penuh dengan arus informasi, literasi menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Literasi bukan hanya menjadi tolok ukur kemampuan individu, tetapi juga mencerminkan kemajuan suatu bangsa.
Di Indonesia, meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan literasi, masih banyak kendala yang dihadapi.
Baca juga : 8 Aksara Nusantara: Kekayaan Budaya dan Warisan Sastra Indonesia
Salah satu kendala terbesar dalam meningkatkan literasi di Indonesia adalah keterbatasan akses ke pendidikan yang berkualitas, terutama di daerah-daerah terpencil dan pedalaman. Banyak daerah masih mengalami kekurangan fasilitas pendidikan, seperti sekolah, guru yang berkualitas, dan bahan ajar.
Infrastruktur yang kurang memadai, seperti jalan yang sulit dijangkau, kesenjangan ekonomi dan sosial hingga minimnya akses teknologi dan internet juga menjadi alasan besar terhambatnya akses pendidikan berkualitas.
Budaya membaca di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang. Banyak masyarakat yang lebih memilih menghabiskan waktu untuk menonton televisi, bermain game, atau menggunakan media sosial daripada membaca buku.
Baca juga : Aksara Lampung: Warisan Budaya Tulisan Suku Lampung
Rendahnya minat baca ini diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat, akan pentingnya literasi untuk peningkatan kualitas hidup dan kemajuan negara.
Rendahnya minat baca membuat masyarakat cenderung memiliki kemampuan membaca dan memahami yang rendah, serta kurang kritis terhadap informasi.
Perkembangan teknologi digital menawarkan banyak peluang untuk meningkatkan literasi, namun tidak semua masyarakat memiliki akses yang merata terhadap teknologi ini. Banyak daerah yang masih mengalami keterbatasan akses internet, perangkat teknologi, dan kemampuan literasi digital yang memadai.
Baca juga : Membangun Kecintaan Anak terhadap Literasi
Masyarakat yang tidak memiliki akses atau literasi digital yang baik cenderung tertinggal dalam memanfaatkan informasi dan pendidikan digital, yang semakin memperlebar kesenjangan literasi pada masyarakat.
Dukungan keluarga sangat penting dalam perkembangan literasi anak sejak usia dini. Keluarga adalah lingkungan pertama tempat anak belajar, dan peran mereka dalam menumbuhkan minat baca serta kemampuan literasi memiliki dampak yang signifikan.
Namun, banyak keluarga, kurangnya dukungan untuk literasi anak. Hal itu menjadi kendala utama yang mempengaruhi kemampuan membaca, menulis, dan memahami informasi.
Baca juga : 4 Cara Merayakan Hari Aksara Internasional 8 September 2024
Penting bagi keluarga untuk menyadari peran mereka dalam mendukung literasi anak dan mencari cara untuk mengatasi tantangan ini, seperti meluangkan waktu untuk membaca bersama, memberikan pujian atas usaha belajar anak, dan menyediakan akses ke sumber belajar.
Kemiskinan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi rendahnya tingkat literasi di Indonesia. Perbedaan prioritas di mana, anak-anak dalam keluarga kurang mampu lebih memprioritaskan membantu orangtua berjualan, atau mencari nafkah menjadi alasan utama mengapa kemiskinan menyebabkan rendahnya literasi.
Masalah ini dapat ditanggulangi dengan peran pemerintah, membantu keluarga kurang kecukupan melalui program bantuan pendidikan seperti, memberikan bantuan buku, perangkat teknologi, dan biaya pendidikan yang memadai.
Meningkatkan literasi di Indonesia membutuhkan upaya yang lebih besar dan berkelanjutan dari semua pihak, termasuk pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Tantangan-tantangan yang ada perlu diatasi dengan strategi yang terarah, seperti meningkatkan akses pendidikan dan buku, membangun budaya membaca, meningkatkan kompetensi guru, serta mengurangi kesenjangan ekonomi.
Dengan sinergi yang baik, diharapkan tingkat literasi di Indonesia akan terus meningkat, sehingga masyarakat Indonesia dapat lebih berdaya saing dan mampu beradaptasi dengan perubahan global. (Z-3)
Aksara Bali terdiri dari beberapa jenis seperti Aksara Wreastra, Swalalita, Wijaksara, dan Modre, masing-masing memiliki fungsi dan karakteristik unik.
Aksara Lontara adalah sistem tulisan tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan, digunakan oleh suku Bugis dan Makassar sejak abad ke-14.
Aksara Bali adalah sistem tulisan tradisional yang berasal dari aksara Brahmi India dan memiliki hubungan erat dengan aksara Kawi serta aksara Jawa.
Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf yang membentuk suku kata dan digunakan dalam penulisan dari kiri ke kanan.
Aksara Jawa, sebagai warisan budaya yang penuh filosofi dan keindahan, terdiri dari berbagai jenis aksara yang digunakan dalam konteks berbeda.
Mahasiswa diajak mengenali lebih dalam cara kerja platform fintech peer-to-peer (P2P) lending, dan mengenal risiko dan manfaat dari pemanfaatan teknologi finansial.
Sepanjang Januari hingga Mei 2025, layanan ini membukukan 443 juta transaksi, didukung oleh 1,19 juta agen yang tersebar di 67.013 desa di seluruh Indonesia.
Lo Kheng Hong menekankan mahasiswa agar tidak mudah tergiur janji keuntungan cepat. Karena itu pentingnya kesabaran dalam berinvestasi.
Orangtua, pendidik, dan berbagai lembaga kini mulai menyasar kalangan anak dan remaja untuk menanamkan literasi keuangan yang bisa menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan.
Kemenag meningkatkan pendidikan berkualitas yang merata melalui peningkatan kualitas pendidikan agama Islam (PAI) bagi guru PAI dan siswa muslim di sekolah.
Manajemen keuangan merupakan pengetahuan esensial bagi generasi muda untuk membentuk kebiasaan yang baik dalam mengelola uang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved