Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
AKSARA Lontara adalah salah satu warisan kebudayaan tertulis yang paling berharga dari Indonesia, khususnya dari Suku Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan. Aksara ini tidak hanya menjadi sistem tulisan, tetapi juga menjadi cerminan identitas dan sejarah panjang masyarakat di wilayah tersebut.
Aksara Lontara tidak memiliki tanda baca virama (pemati Vokal) sehingga kosonan mati tidak dituliskan. Aksara lontarak terdiri dari 23 huruf untuk Lontara Bugis dan 19 huruf untuk Lontara Makasar.
Aksara Lontara digunakan secara luas dalam penulisan sehari-hari dan sastra di Sulawesi Selatan sejak abad ke-14 hingga awal abad ke-20, sebelum secara bertahap digantikan oleh huruf Latin.
Baca juga : Mengenal Aksara Bali dan Contohnya
Aksara Lontara adalah abugida, sebuah sistem penulisan di mana setiap huruf dasar secara inheren mengandung vokal. Terdiri dari 23 aksara dasar, aksara ini ditulis dari kiri ke kanan.
Menariknya, penulisan aksara Lontara dilakukan tanpa spasi antarkata (scriptio continua) dan dengan tanda baca yang sangat minimal.
Hal ini dapat menimbulkan kerancuan bagi yang tidak terbiasa, karena tanpa tanda baca virama (pemati vokal), aksara konsonan mati tidak dituliskan. Misalnya, kata "Mandar" ditulis sebagai "mdr," dan "sr" bisa berarti "sarang," "sara’," atau "sara," tergantung konteks.
Baca juga : Memahami Aksara Jawa dan Contohnya
Bentuk aksara Lontara menonjol karena kurangnya garis melengkung atau bengkok. Bentuknya didominasi oleh garis lurus ke atas dan ke bawah yang saling bertemu pada titik patahan. Patahannya melambangkan karakter masyarakat Bugis yang menjunjung tinggi kejujuran lebih baik patah daripada bengkok.
Secara teknis, aksara ini menggunakan garis tebal-tipis, di mana garis lurus ke atas lebih tebal dan garis lurus ke bawah lebih halus. Hal ini menyiratkan tekad besar untuk maju dan berkembang, sementara garis halus ke bawah menggambarkan kehalusan budi pekerti.
Ada lima diakritik dalam aksara Lontara, dan cara membacanya adalah sebagai berikut:
(Z-3)
GUBERNUR Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, secara resmi meluncurkan 27 armada Bus Trans Sulsel pada Senin (14/7), di Jembatan Toraja, Center Point of Indonesia (CPI) Kota Makassar.
DARI semua kabupaten yang dilanda bencana hidrometeorologi di Sulawesi Selatan, Kabupaten Sinjai, yang terparah, lantaran dikepung angin puting beliung, longsor, dan banjir.
BENCANA hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan angin puting beliung melanda sejumlah kabupaten, seperti Bone, Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng di Sulawesi Selatan pada Sabtu, (5/7).
Sistem pembayaran digital QRIS Tap ditargetkan mendukung percepatan digitalisasi pembayaran di Sulawesi Selatan
PEMERINTAH Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan (Sulsel), resmi memberlakukan jam malam bagi seluruh pelajar.
SEBANYAK 27 unit Bus Trans Sulsel (Sulawesi Selatan) dari DAMRI (Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia) akan dioperasikan oleh Pemprov Sulsel, pada Selasa 9 Juli 2025 mendatang
Aksara Bali terdiri dari beberapa jenis seperti Aksara Wreastra, Swalalita, Wijaksara, dan Modre, masing-masing memiliki fungsi dan karakteristik unik.
Aksara Bali adalah sistem tulisan tradisional yang berasal dari aksara Brahmi India dan memiliki hubungan erat dengan aksara Kawi serta aksara Jawa.
Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf yang membentuk suku kata dan digunakan dalam penulisan dari kiri ke kanan.
Aksara Jawa, sebagai warisan budaya yang penuh filosofi dan keindahan, terdiri dari berbagai jenis aksara yang digunakan dalam konteks berbeda.
Literasi di Indonesia saat ini rendah. Namun, peningkatan literasi di Indonesia masih terkendala oleh beberapa faktor utama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved