Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
AKSARA Jawa dikenal sebagai Carakan, adalah sistem tulisan yang digunakan untuk bahasa Jawa. Selain itu, aksara ini sering disebut Hanacaraka, yang merujuk pada urutan aksara itu sendiri.
Untuk pemahaman yang lebih baik, berikut adalah penjelasan tentang aksara Jawa, termasuk huruf, pasangan, sandangan, serta contohnya.
Aksara Jawa adalah warisan budaya tulis masyarakat Jawa yang masih dipakai hingga kini. Aksara ini juga termasuk dalam kurikulum muatan lokal Bahasa Daerah di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Baca juga : Ternyata Aksara Jawa Punya Ragam yang Menarik! Ini Dia Bedanya Murda, Swara, dan Wilangan
Aksara Jawa tidak muncul begitu saja, melainkan memiliki sejarah panjang dalam perkembangannya. Menurut berbagai sumber, aksara Jawa berakar dari aksara Brahmi di India, yang kemudian berkembang menjadi aksara Pallawa, lalu menjadi aksara Kawi atau aksara Jawa Kuno.
Aksara Kawi ini merupakan cikal bakal aksara yang berkembang di Nusantara, khususnya di tanah Jawa, termasuk aksara Jawa.
Aksara Jawa ini diperkirakan telah digunakan oleh masyarakat Jawa sejak abad ke-15, baik untuk sastra maupun tulisan sehari-hari.
Baca juga : 5 Faktor Penyebab Literasi Indonesia Rendah
Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf yang dimulai dari 'ha' dan diakhiri dengan 'nga'. Penulisannya dilakukan dari kiri ke kanan tanpa menggunakan spasi.
Aksara Jawa bersifat silabik, artinya setiap huruf menggabungkan konsonan dan vokal untuk membentuk suku kata. Sebagai contoh, 'ha', 'na', 'ca', 'ra', 'ka' adalah suku kata, bukan huruf individual seperti h, n, c, r, k. Setiap huruf juga memiliki makna mendalam, sebagai berikut:
Ini menjadikan aksara Jawa berbeda dari huruf latin yang menggunakan sistem alfabetik dengan masing-masing huruf berdiri sendiri, seperti a, b, c, d, e, dan seterusnya.
Baca juga : 8 Aksara Nusantara: Kekayaan Budaya dan Warisan Sastra Indonesia
ꦲ ꦤ ꦕ ꦫ ꦏ
ha na ca ra ka
ꦢ ꦠ ꦱ ꦮ ꦭ
da ta sa wa la
ꦥ ꦝ ꦗ ꦪ ꦚ
pa dha ja ya nya
Baca juga : Aksara Lampung: Warisan Budaya Tulisan Suku Lampung
ꦩ ꦒ ꦧ ꦛ ꦔ
ma ga ba tha nga
Selain huruf, aksara Jawa juga memiliki angka dengan simbol-simbol sebagai berikut:
꧐ ꧑ ꧒ ꧓ ꧔ ꧕ ꧖ ꧗ ꧘ ꧙ ꧑꧐
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Karena beberapa angka memiliki bentuk yang mirip dengan aksara Jawa, misalnya angka 1 menyerupai aksara 'ga', 7 mirip dengan aksara 'la', dan 9 serupa dengan aksara 'ya', maka diperlukan tanda pangkat ?...?untuk membedakan angka di dalam kalimat.
Tanda pangkat ini digunakan untuk menunjukkan angka dan ditempatkan di sekitar aksara angka.
Contoh: 'Tanggal 15 Juni' ditulis sebagai ꦠꦁꦒꦭ꧀꧇ꦒ꧕꧇ꦗꦸꦤꦶ..
Sandhangan (sandangan) adalah tanda diakritik yang berfungsi untuk mengubah pengucapan huruf dalam aksara Jawa. Ada empat jenis sandangan, yaitu sandangan swara, sandangan sigeg, sandangan anuswara, dan pangkon.
Digunakan untuk mengubah bunyi vokal dalam aksara Jawa yang awalnya berbunyi [a] menjadi vokal [i], [é], [e], [u], atau [o].
Berikut adalah nama sandangan swara beserta bunyinya:
Berfungsi untuk menambahkan bunyi konsonan pada aksara. Terdapat tiga jenis sandangan ini, yaitu wignyan untuk bunyi konsonan [h] seperti dalam kata "bah" (ꦧꦃ), layar untuk bunyi konsonan [r] seperti dalam kata "bar" (ꦧꦂ), dan cecak untuk bunyi konsonan [ng] seperti dalam kata "bang" (ꦧꦁ).
Digunakan untuk menambahkan peluluhan konsonan [y], [r], dan [w]. Péngkal digunakan untuk bunyi [y] seperti pada "kya" (ꦏꦾ), cakra untuk bunyi [r] seperti pada "kra" (ꦏꦿ), dan gembung untuk bunyi [w] seperti pada "kwa" (ꦏ꧀ꦮ).
Digunakan khusus untuk mengakhiri kalimat dalam penulisan aksara Jawa dan berfungsi sebagai tanda akhir kalimat.
Dengan demikian, penggunaan sandangan yang benar sangat penting untuk kesesuaian tata bahasa Jawa untuk memastikan pengucapan dan bunyi sesuai dengan aturan bahasa yang kompleks.
Berikut adalah beberapa contoh kalimat dalam aksara Jawa beserta terjemahannya:
1. ꦱꦧꦼꦤ꧀ꦄꦼꦱꦸꦏ꧀ꦠꦺꦴꦤꦶꦱꦫꦥꦤ꧀ꦱꦸꦱꦸꦭꦤ꧀ꦫꦺꦴꦠꦶ꧉
Transliterasi: Saben esuk Toni sarapan susu lan roti.
Artinya: Setiap pagi Toni sarapan susu dan roti.
2. ꧋ꦧꦥꦏ꧀ꦧꦸꦣꦭ꧀ꦩꦼꦚꦁꦏꦤ꧀ꦠꦺꦴꦂꦗꦩ꧀ꦮꦺꦴꦭꦸꦄꦼꦱꦸꦏ꧀꧈
Transliterasi: Bapak budhal menyang kantor jam wolu esuk.
Artinya: Bapak pergi berangkat ke kantor jam delapan pagi.
3. ꧋ꦄꦼꦱꦸꦏ꧀ꦱꦫꦥꦤ꧀ꦧꦸꦧꦸꦂꦄꦪꦩ꧀ꦥꦚ꧀ꦕꦺꦤ꧀ꦌꦤꦏ꧀ꦠꦼꦤꦤꦤ꧀
Transliterasi: Esuk sarapan bubur ayam pancen enak tenanan.
Artinya: Pagi-pagi makan bubur ayam memang sangat enak.
Ketiga contoh tersebut menunjukkan bagaimana aksara Jawa digunakan dalam penulisan sehari-hari serta memberikan wawasan tentang struktur dan penggunaan bahasa dalam aksara ini. (Z-3)
Aksara Bali terdiri dari beberapa jenis seperti Aksara Wreastra, Swalalita, Wijaksara, dan Modre, masing-masing memiliki fungsi dan karakteristik unik.
Aksara Lontara adalah sistem tulisan tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan, digunakan oleh suku Bugis dan Makassar sejak abad ke-14.
Aksara Bali adalah sistem tulisan tradisional yang berasal dari aksara Brahmi India dan memiliki hubungan erat dengan aksara Kawi serta aksara Jawa.
Aksara Jawa, sebagai warisan budaya yang penuh filosofi dan keindahan, terdiri dari berbagai jenis aksara yang digunakan dalam konteks berbeda.
Literasi di Indonesia saat ini rendah. Namun, peningkatan literasi di Indonesia masih terkendala oleh beberapa faktor utama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved