Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
INDONESIA merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai keberagaman budaya, termasuk bahasa dan aksara. Bahkan setiap daerah memiliki bahasa dan aksara berbeda, yang mencerminkan keberagaman tradisi hingga budaya setiap bangsa.
Aksara dihasilkan dari unsur tulisan tradisional bahasa-bahasa daerah yang dikenal juga sebagai aksara Nusantara. Saat ini terdapat 8 aksara nusantara yang merupakan bagian dari kekayaan kesusastraan dan budaya Indonesia.
Aksara Jawa, atau Hanacaraka, adalah salah satu aksara tradisional yang paling terkenal di Indonesia. Aksara Jawa, atau yang dikenal dengan nama Hanacaraka, mulai digunakan sekitar abad ke-9 hingga abad ke-10 Masehi. Aksara ini berkembang dari aksara Kawi, yang merupakan turunan dari aksara Pallawa dari India Selatan yang diperkenalkan ke Nusantara pada abad ke-5 Masehi.
Baca juga : Aksara Lampung: Warisan Budaya Tulisan Suku Lampung
Aksara Jawa digunakan dalam naskah-naskah Jawa kuno yang berisi cerita wayang, ajaran moral, dan sejarah kerajaan Jawa. Aksara Jawa memiliki bentuk yang artistik dan biasanya digunakan dalam karya sastra dan seni kaligrafi.
Aksara Bali mirip dengan aksara Jawa, tetapi memiliki beberapa perbedaan dalam penggunaan dan bentuk huruf. Aksara ini digunakan dalam penulisan lontar yang berisi ajaran agama Hindu, mantra, dan panduan kehidupan sehari-hari.
Aksara Bali juga sering digunakan dalam upacara adat seperti nyepi, galungan, kuningan dan odalan. Aksara Bali berkembang sesuai dengan kepercayaan dan adat di Bali, dimana aksara digunakan sebagai penulisan kalender Bali (Pawukon dan Saka) dan teks astrologi (wariga) yang menentukan hari baik dan buruk untuk berbagai kegiatan, seperti pernikahan, upacara, dan pertanian.
Baca juga : Membangun Kecintaan Anak terhadap Literasi
Aksara Sunda diperkirakan mulai digunakan pada abad ke-14 Masehi, terutama pada masa Kerajaan Sunda dan Kerajaan Pajajaran. Aksara ini dipakai untuk menulis bahasa Sunda Kuno dalam berbagai naskah dan prasasti yang berisi hukum, puisi, sejarah, dan ajaran moral. Penggunaan aksara Sunda menurun setelah masuknya aksara Latin dan pengaruh budaya asing pada masa kolonial.
Sempat menghilang, kini aksara Sunda mulai diperkenalkan kembali melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah Jawa Barat. Selain itu, aksara Sunda juga digunakan dalam papan nama jalan, dokumen resmi pemerintah daerah, dan media digital sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya Sunda.
Aksara Bugis, atau dikenal juga dengan nama Lontara, adalah sistem tulisan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan, Indonesia. Aksara Bugis berkembang dari aksara Pallawa yang diperkenalkan pedagang dan penguasa India Selatan pada abad ke-5 hingga ke-7 Masehi. Aksara Bugis memiliki karakteristik seperti terdapat 20 huruf konsonan dan huruf vokal, hingga penulisannya yang unik dari kiri ke kanan.
Baca juga : 4 Cara Merayakan Hari Aksara Internasional 8 September 2024
Aksara Rejang digunakan masyarakat Rejang di Bengkulu dan Lampung. Aksara ini ditemukan dalam manuskrip yang berisi sastra, hukum adat, dan ritual keagamaan. Aksara Rejang menjadi salah satu bukti keberagaman budaya dan bahasa di Sumatera.
Aksara Lampung adalah sistem tulisan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Lampung, dalam penulisan kaligrafi hingga alat penyebaran agama. Aksara Lampung mulai digunakan sekitar abad ke-17 Masehi. Aksara ini berkembang dari aksara Pallawa dan aksara Kawi. Penggunaan aksara Lampung diperkuat oleh pengaruh budaya Hindu-Buddha yang kuat di wilayah tersebut sebelum kedatangan Islam.
Aksara Batak adalah sistem tulisan kuno yang digunakan oleh berbagai suku Batak di Sumatera Utara, Indonesia. Aksara ini mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah masyarakat Batak yang terdiri dari beberapa sub-suku, seperti Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Angkola, dan Pakpak.
Baca juga : Mengenal Aksara Nusantara Sebagai Kekayaan Budaya Indonesia
Aksara Batak adalah simbol penting dari warisan budaya masyarakat Batak yang mencerminkan sejarah, identitas, dan nilai-nilai adat istiadat mereka.
Seiring perkembangan zaman, penggunaan aksara Batak mengalami penurunan karena pengaruh aksara Latin dan modernisasi. Melakukan pelestarian aksara Batak melalui pendidikan, seni, dan teknologi modern di sekolah hingga universitas di Sumatera Utara menjadi cara untuk melestarikan budaya aksara Batak.
Aksara Kerinci adalah sistem tulisan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Kerinci, yang berada di provinsi Jambi, Sumatra. Aksara ini merupakan bagian dari kekayaan budaya dan sejarah masyarakat Kerinci, dalam berbagai naskah kuno, sastra, dan dokumen adat.
Aksara ini berkembang di wilayah yang relatif terpencil, sehingga memiliki karakteristik unik yang berbeda dari aksara lain di Nusantara. Seperti, Bentuk huruf aksara Kerinci yang umumnya lebih sederhana dan memiliki karakteristik angular (sudut tajam). (Z-3)
Aksara Bali terdiri dari beberapa jenis seperti Aksara Wreastra, Swalalita, Wijaksara, dan Modre, masing-masing memiliki fungsi dan karakteristik unik.
Aksara Lontara adalah sistem tulisan tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan, digunakan oleh suku Bugis dan Makassar sejak abad ke-14.
Aksara Bali adalah sistem tulisan tradisional yang berasal dari aksara Brahmi India dan memiliki hubungan erat dengan aksara Kawi serta aksara Jawa.
Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf yang membentuk suku kata dan digunakan dalam penulisan dari kiri ke kanan.
Aksara Jawa, sebagai warisan budaya yang penuh filosofi dan keindahan, terdiri dari berbagai jenis aksara yang digunakan dalam konteks berbeda.
Literasi di Indonesia saat ini rendah. Namun, peningkatan literasi di Indonesia masih terkendala oleh beberapa faktor utama.
Saat ini terdapat 8 aksara nusantara yang merupakan bagian dari kekayaan kesusastraan dan budaya Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved