Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Obat Tuberkulosis Dipastikan tidak Berbahaya Bagi Ibu Hamil

Basuki Eka Purnama
21/6/2024 10:00
Obat Tuberkulosis Dipastikan tidak Berbahaya Bagi Ibu Hamil
Ilustrasi(MI/RAMDANI)

DOKTER spesialis respirologi anak RSCM Wahyuni Indawati mengatakan obat yang digunakan ibu hamil untuk mengobati tuberkulosis atau TB sudah aman dan memiliki bahaya yang lebih kecil.

"Jadi, obat yg dikasih ke ibu sudah diperhitungkan bahayanya ke anak dari panduan bidan, atau dokter penyakit dalam. Obat untuk ibu hamil sudah melalui penelitian sehingga bahayanya lebih kecil ketimbang manfaat yang diberikan," kata Wahyuni dalam diskusi daring, Kamis (20/6).

Wahyuni mengatakan tuberkulosis yang diderita ibu bisa menular ke anak tergantung kapan waktu terinfeksinya. Jika TB mengenai paru, akan menularkan dari ibu ke anak saat lahir.

Baca juga : Teknologi Formulasi Hasilkan Sediaan Obat yang Lebih Disukai Anak

Namun, jika kuman TBC masuk ke pembuluh darah, ditakutkan bayi bisa terinfeksi sejak dalam kandungan karena adanya hubungan ibu dan janin melalui plasenta.

Ia mengatakan, secara umum, kemampuan penularan TB oleh anak ke lingkungan sekitar termasuk kecil karena kumannya lebih sedikit.

Pada anak yang bukan TB berat, kemampuan batuknya juga berbeda dengan dewasa sehingga kemampuan menularnya lebih rendah.

Baca juga : Pasien Sembuh Lebih Cepat, Hanya 6 Bulan Pengobatan TBC-RO dengan BPaL/M

"Tapi, anak 0-18 taun semakin besar biasanya TB-nya lebih menyerupai TB dewasa, kalau lebih dari 10 tahun chance penularannya lebih tinggi, kalau anak yang lebih muda tapi kumannya ketemu positif dia juga cukup infeksius untuk lingkungannya," katanya.

Untuk mengetahui TB pada anak, ada beberapa pemeriksaan seperti dahak karena 90% kuman masuk melalui saluran nafas. Selain itu ada pemeriksaan tes cepat molekuler yang bisa mengidentifikasi kuman kecil sehingga bisa melihat bakteri pada anak yang sulit mengeluarkan dahak.

Pada pemeriksaan penunjang lainnya bisa dilakukan imunopatologi untuk memeriksa respon tubuh terhadap kuman dan tes mantoux.

"Kalau mantoux, kita akan suntik seperti BCG di bawah kulit nanti setelah dua hari dilihat apakah ada respon atau tidak, kalau ada respon biasanya timbul seperti bentol yang ukurannya lebih dari satu sentimeter," pungkasnya. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya