Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Durasi Bermain Gawai Bisa Picu Tantrum Anak

Basuki Eka Purnama
07/5/2024 11:01
Durasi Bermain Gawai Bisa Picu Tantrum Anak
Ilustrasi(Freepik)

ANGGOTA Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia I Gusti Ayu Trisna Windiani mengemukakan bermain menggunakan gawai dalam waktu lama dapat memicu munculnya perilaku negatif seperti tantrum pada anak.

"Anak yang menonton atau mendapatkan paparan gadget lebih dari 20 menit, 66% mengalami tempered tantrum, karena penggunaan atau paparan gadget terlalu lama akan mengubah perilaku menjadi negatif," kata dokter yang biasa disapa Trisna itu, dikutip Selasa (7/5)

Ia menjelaskan anak-anak bisa tantrum karena tidak suka ada perubahan mendadak saat melakukan hal yang disukai, yang terjadi ketika orangtua meminta anak melakukan aktivitas lain saat mereka asyik bermain menggunakan gawai.

Baca juga : Ini Metode RIDD untuk Redakan Tantrum Anak

Selain itu, ia melanjutkan, anak-anak juga bisa tantrum jika mengalami infeksi, gangguan tidur, lelah, atau lapar serta belum punya keterampilan menanggulangi perasaan sendiri.

Dokter lulusan Universitas Udayana itu mengatakan tantrum dapat terjadi pada anak usia 18 bulan sampai 4 tahun.

Menurut dia, lama dan frekuensi tantrum akan berkurang seiring pertambahan usia anak.

Baca juga : My Baby Momversity Wujudkan Generasi Tangguh Melalui Program Parenting

Trisna menjelaskan, tantrum merupakan bagian dari perkembangan emosional normal pada anak, tetapi bisa menjadi abnormal jika berlanjut dan tidak diintervensi.

Oleh sebab itu, ia mengatakan, penting bagi para orangtua untuk mengetahui tahapan perkembangan emosional anak berdasarkan usia.

Menurut dia, anak pada usia 15 bulan sudah bisa merasakan kesedihan dan emosi orang lain, pada usia 22 bulan sudah bisa menentang jika dilarang, dan pada usia dua tahun sudah bisa mengendalikan emosi.

Baca juga : Ini Dampak Kecanduan Gawai pada Anak dan Cara Mencegahnya

"Usia tiga tahun sudah bisa berbagi dengan orang lain tanpa diminta, empat tahun sudah bisa menunjukkan rasa bahagia, takut, marah, karena perkembangan emosional sudah terbentuk dengan baik," katanya.

Ia mengatakan, saat mengalami tantrum, 86% anak menangis, 40% anak berteriak, dan 13% anak merengek.

Tantrum yang berat, sering terjadi, dan berlangsung lama, menurut dia, bisa jadi merupakan indikasi adanya masalah internalisasi dalam mengontrol emosi dan masalah eksternalisasi dalam bersikap kepada orang lain.

Dia menyarankan orangtua membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk menjalani pemeriksaan jika anak mengalami tantrum lebih dari 15 menit lebih dari lima kali dalam sehari, melukai diri sendiri dan orang lain saat tantrum, dan suasana hatinya tidak segera kembali normal setelah tantrum.  

"Periksa anamnesis, apakah sakit atau infeksi atau gangguan tumbuh kembang, keterlambatan bicara, skrining pendengaran. Kalau lebih lanjut cek laboratorium untuk dilihat adanya kelebihan timbal dan ada gangguan perilaku abnormal," pungkas Trisna. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya