Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
DOKTER spesialis anak konsultan endokrinologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof Aman Bhakti Pulungan mengemukakan patogen berupa virus hingga kontaminasi zat kimia ditengarai sebagai faktor penyebab kasus diabetes melitus tipe 1 pada anak yang meningkat dalam satu dekade terakhir.
"Kasus diabetes tipe 1 sekarang tinggi. Menurut IDAI, prevalensinya meningkat sampai 700 kali. Tapi, data saya meningkat sekitar 70 kali dalam kurun 10 tahun terakhir," kata Prof Aman di sela kegiatan CDiC Camp di Bogor, Jawa Barat, Minggu (16/7).
Ia mengatakan patogen, zat kimia, hingga pengaruh perubahan lingkungan karena pemanasan global ditengarai sebagai pencetus diabetes melitus, selain faktor utamanya akibat pola hidup tidak sehat.
Baca juga: 6 Kebiasaan Jelek yang Berisiko Diabetes
Misalnya, kata Prof Aman, Enterovirus (Echovirus/EV) yang kini ditengarai memiliki potensi memicu kasus diabetes pada manusia.
"Beberapa virus tertentu seperti enterivirus sebagai penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot and mouth disease/HFMD) memiliki banyak tipe. Kalau Enterovirus sudah lama ditengarai sebagai pencetus diabetes," katanya.
Ia mengatakan laporan tersebut, salah satunya datang dari Finlandia yang memiliki kasus terbanyak Enterovirus pada anak.
Baca juga: Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia Sudah Capai 19,5 Juta Orang
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Jumat (7/7), mengumumkan sebanyak 26 bayi di sejumlah negara Eropa terinfeksi Enterovirus. Delapan dari bayi tersebut meninggal setelah gagal organ dan sepsis.
Kasus infeksi Enterovirus dilaporkan dari Kroasia, Prancis, Italia, Spanyol, Swedia, dan Inggris. Sebagian besar kematian dilaporkan dari Prancis.
Kasus Enterovirus-11 diidentifikasi pada awal 2022. Setidaknya setengah dari 26 kasus dilaporkan sejak akhir musim semi 2023.
Prof Aman, yang menjabat sebagai Project Lead Changing Diabetes in Children (CDiC) Indonesia menyebut faktor lain yang juga berisiko mempengaruhi diabetes tipe 1 pada rentang usia anak sejak lahir hingga 24 tahun adalah Endocrine Disruptor Chemical atau bahan kimia pengganggu endoktrin.
"Sistem endoktrin bisa terganggu karena kimia, polusi, hingga pemanasan global. Sekarang banyak anak pubertasnya lebih cepat, kanker meningkat, anak penisnya lebih kecil. Kami perhatikan sekarang jadi tambah banyak," katanya.
Sejumlah negara di dunia saat ini mulai membatasi pemanfaatan bahan kimia yang memiliki kecenderungan mengganggu kesehatan, salah satunya Tiongkok dengan menyusun daftar produk berbahan dasar kimia yang tidak boleh dipakai ulang, tambah Prof Aman.
Ia mengatakan penelitian jurnal hewan di salah satu peternakan buaya di Amerika Serikat (AS) juga memperkuat kondisi itu dengan melaporkan terdapat pengaruh kontaminasi zat tertentu pada habitat peternakan yang memicu reproduksi buaya semakin berkurang.
"Kok tambah sedikit buaya yang lahir karena tidak ada telurnya. Saat dilihat penis buayanya ternyata kecil. Di peternakan buaya di Florida dilihat, ternyata juga begitu keadaannya ada zat yang mengontaminasi," katanya.
Prof Aman mendorong otoritas terkait di Indonesia untuk segera menyusun daftar Endocrine Disruptor Chemical dan dipublikasikan sebagai upaya mencegah dampak buruk pada kesehatan manusia.
"List of Endocrine Disruptor Chemical ini harus kita waspadai dan share ke publik. Bukan hanya yang dimakan atau tersentuh kulit, perubahan cuaca, dan CO2 juga bisa berpengaruh," katanya.
Diabetes tipe 1 disebabkan karena gangguan endoktrin saat tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin secara optimal. Hal tersebut menyebabkan glukosa dalam darah tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh, jadi tidak bisa diolah menjadi energi untuk digunakan maupun dicadangkan oleh tubuh.
IDAI melaporkan prevalensi diabetes melitus tipe 1 pada anak di Indonesia berjumlah 1.249 pasien pada kurun 2017--2019. Tapi, prevalensi penyakit itu diprediksi lebih tinggi, karena kemungkinan kesalahan diagnosis ataupun tidak terdiagnosis.
Hal itu mengakibatkan jumlah anak dengan diabetes tipe 1 di Indonesia mengalami komplikasi diabetes serius (ketoasidosis diabetikum/DKA) saat terdiagnosis menjadi meningkat dari 63% pada 2015--2016 menjadi sebesar 71% pada 2017. (Ant/Z-1)
Penemuan ilmiah terbaru mengungkap kenyataan mengejutkan: penyakit jantung, khususnya aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), bukanlah momok eksklusif zaman modern
Jaja Mihardja mengalami sejumlah penyakit seperti infeksi pernapasan, infeksi ginjal, dan diabetes.
Selain menyebabkan ruam di kulit, cacar api juga dapat menimbulkan rasa sakit ekstrem seperti terasa tersengat listrik, rasa terbakar, atau tertusuk paku.
Saat ini, covid-19 menunjukkan peningkatan di beberapa negara di kawasan Asia, yaitu Thailand, Hongkong, Malaysia maupun Singapura.
Kemenkes dan AstraZeneca dalam penanganan penyakit tidak menular (PTM), seperti diabetes, kanker, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi virus RSV, penyakit ginjal kronis.
MASYARAKAT diajak tanggap terhadap dampak kolesterol yang dapat memengaruhi kualitas hidup.
dr Ika menghimbau untuk memperhatikan apakah ada luka gores pada kaki sebelum hendak melakukan terapi ikan.
Pola gaya hidup lebih penting untuk dikendalikan daripada hanya mengendalikan faktor genetik karena anak akan mengikuti kebiasaan aktivitas dan apa yang dikonsumsi orangtua.
Sebagai langkah konkret, Dinas Kesehatan Klungkung juga aktif melakukan edukasi ke sekolah-sekolah melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Meski demikian, ia menegaskan bahwa pemeriksaan tersebut masih bersifat awal karena dilakukan dengan metode cek gula darah sewaktu (tanpa puasa).
Diabetic foot dapat menyebabkan infeksi berat, gangren, hingga amputasi jika tidak ditangani dengan tepat.
Frekuensi buang air kecil yang meningkat, terutama pada malam hari, biasanya disebabkan oleh tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved