Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
THALASEMIA adalah salah satu jenis penyakit genetik. Gejalanya pun bisa terdeteksi sejak usia dini dan dapat langsung terlihat dalam dua tahun pertama kehidupan.
Thalasemia ditandai dengan adanya kelainan pada sel darah merah (hemoglobin) yang tidak berfungsi dengan baik sehingga menimbulkan banyak komplikasi dan masalah kesehatan.
Inilah kondisi yang dialami Zamzami, 26, yang tinggal di Desa Baro Kulam Gajah, Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh Nanggroe.
Baca juga: 4 Langkah yang Harus Dilakukan Saat Terdektesi Talasemia
Setelah didiagnosa dokter menderita penyakit thalasemia, Zamzani harus menjalani ratusan kali transfusi darah sejak berusia dua tahun.
Alami Demam yang Tak Kunjung Pulih
Perjalanan panjang transfusi darahnya dimulai kala Zamzami kecil berulang kali mengalami demam namun tak kunjung pulih secara optimal.
Obat yang diberikan mantri di desanya hanya dapat menurunkan suhu tubuhnya untuk sementara waktu, namun tak selang berapa lama kemudian Zamzami kecil kembali mengalami panas demam.
Kondisi tubuh dan kesehatannya pun terus menerus memburuk. Hingga akhirnya orang tuanya memberanikan diri untuk memeriksakan Zamzami ke salah satu rumah sakit di Provinsi Sumatera Utara.
Baca juga: Komentar Direktur RSAB Harapan Kita terkait Program JKN
Setelah menjalani serangkaian tes darah dan laboratorium, diketahuilah bahwa Zamzami kecil mengalami kelainan darah atau thalasemia.
Beberapa gejala yang pada umumnya dialami penderita thalasemia antara lain adalah kulit terlihat pucat, mudah lelah, terlihat lemah, sulit berkonsentrasi, jantung berdebar bahkan sesak napas.
Oleh karena kondisi kesehatan dan kelainan darah yang dialaminya, para penyintas thalassemia membutuhkan berbagai terapi medis untuk dapat beraktivitas dengan baik.
Tidak hanya membutuhkan terapi obat kelasi besi dan multivitamin, orang dengan thalassemia juga rutin melakukan transfusi darah agar darah mereka dapat mengalir dengan baik dan organ-organ tubuhnya dapat berfungsi dengan lebih baik lagi.
Baca juga: Gunakan Program JKN, Lisnawati Mendapat Kemudahan Klaim Kacamata
“Waktu kecil saya itu merasa sekali perbedaan dengan teman-teman main saya, kok saya cepat lelah, lemah juga, nggak bisa ikut mata pelajaran olahraga kalau di sekolah. Alhamdulillah karena rutin minum obat dan transfusi darah ke rumah sakit, pelan-pelan saya bisa melakukan banyak kegiatan,” ujar Zamzami.
Kondisi kesehatannya tak membuat anak kedua dari lima bersaudara ini patah arang. Di usianya yang kini sudah cukup dewasa, Zamzami sepenuhnya telah menjalani kehidupan seperti orang-orang seusianya meskipun dengan bantuan obat dan transfusi darah.
Ia dapat menjalankan rutinitas dan perannya sebagai tenaga pengajar di Dayah Nahdhatul Ulum Bayu Aceh Utara dengan baik.
Bicara mengenai urusan kesehatannya, semua Zamzami gantungkan pada program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.
Miliki JKN, Zamzani Tak Khawatir Biaya Berobat
Terdaftar sebagai salah satu peserta yang didaftarkan oleh Pemerintah Aceh, Zamzami mengaku tenang dan tak pernah sekalipun merasa khawatir akan biaya terapi medis untuk penyakit talasemia yang dideritanya.
“Alhamdulillah karena sejak ada antisipasi dari pemerintah melalui BPJS Kesehatan yang telah membantu merespon kebutuhan kami selaku penderita thalasemia," jelasnya.
Baca juga: Jadi Endemi, BPJS Kesehatan Tegaskan Tetap Tanggung Pengobatan Covid-19
"Pelayanannya serba dipermudah, jarang sekali ada kendala di fasilitas kesehatan. Kami merasa sangat tertolong dengan adanya kepastian jaminan biaya pengobatan thalasemia yang rutin kami peroleh,” ujar Zamzami.
Apalagi menurutnya, berbagai terapi medis dan transfusi darah thalasemia ini membutuhkan biaya yang tergolong besar.
Berkat adanya JKN, ia dan banyak penderita talasemia lain tak perlu takut untuk mengakses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
Zamzami Berterima Kasih dengan Miliki Kartu JKN
Untuk itu, mewakili banyak suara penderita talasemia lainnya, Zamzami mengucapkan banyak terima kasih dan berdoa untuk keberlangsungan Program JKN
Baca juga: Dirut BPJS Kesehatan Pastikan Pengobatan Fajri Dijamin Program JKN
“Kami penderita thalasemia ini harus melakukan transfusi minimal satu kali dalam satu bulan, khususnya saya sendiri butuh tiga kantong darah setiap transfusi," ucap Zamazami.
"Bahkan dalam setahun bisa mencapai 15 kali, tak terhitung lagi berapa banyak kami terbantu dengan kehadiran program JKN," terangnya.
"Pasien thalasemia ini hanya bisa bergantung kepada BPJS Kesehatan dan layanan kesehatan oleh pemerintah," uacp Zamzani.
"Karena kebutuhannya yang sangat tinggi, biayanya tidak sanggup dibayar untuk individu, jadi jangan sampai Program JKN ini putus. Doa kami jangan sampai BPJS Kesehatan ini berhenti,” tutur Zamzami. (RO/S-4)
Ketua Komisi IX DPR RI Felly Estelita Runtuwene menyebut banyak pasien diminta meninggalkan rumah sakit masih dengan selang di hidung untuk makan.
BPJS Kesehatan tegaskan tidak ada pembatasan pelayanan dalam penanganan Demam Berdarah Dengue dalam program JKN.
Kerja sama yang akan dibangun antara BPJS Kesehatan dan Kemenkum ini juga dapat mendukung perluasan cakupan kepesertaan Program JKN.
BPJS Kesehatan kembali menghadirkan Posko Mudik 2025 untuk mendukung kenyamanan dan kesehatan para pemudik JKN maupun masyarakat umum.
Dalam sambutannya, Joko Widodo mengungkapkan perubahan drastis BPJS Kesehatan dalam menyelenggarakan Program JKN sejak awal kepemimpinannya.
Adapun ruang lingkup kerja sama yang dilakukan yaitu pengembangan sistem klaim digital dan pengembangan sistem pembayaran kepada seluruh fasilitas kesehatan.
BPJS Kesehatan meluncurkan Open Call for Research Proposal Tahun 2025 pada Senin (16/6) di Jakarta.
BPJS Kesehatan terus menunjukkan komitmennya dalam menjamin keberlangsungan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui sistem pembiayaan layanan kesehatan
MENTERI Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan kesiapan sistem Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) untuk peserta BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan memastikan bahwa seluruh peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tetap bisa mengakses pelayanan, baik layanan administrasi kepesertaan JKN maupun layanan kesehatan
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menegaskan BPJS Kesehatan tidak akan gagal bayar di tahun 2025.
JKN menjadi asa bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam mengakses pelayanan di fasiltas kesehatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved