DOKTER spesialis anak dari Rumah Sakit Universitas Indonesia Yoga Devaera membagikan kiat mengatasi anak yang makan dalam jumlah sedikit atau susah makan, antara lain keluarga harus mampu menjadi panutan yang baik untuk anak.
"Sayangnya nggak bisa juga kita mengharapkan anak makan sehat, tapi keluarganya makannya nggak sehat, nggak mungkin. Jadi, harus ada role model (panutan) dalam keluarga," kata Yoga saat diskusi kesehatan di Jakarta, Sabtu (11/3).
Selain pentingnya panutan, Yoga mengatakan orangtua juga tidak boleh menyerah untuk memperkenalkan makanan-makanan baru kepada anak.
Baca juga: Rajin Makan Udang Ternyata Bisa Bikin Awet Muda
Jika hari ini anak menolak makanan yang disajikan, orangtua dapat mencobanya kembali dalam tiga hari atau satu minggu ke depan dengan harapan semakin sering dihidangkan, lama-kelamaan anak akan terbiasa.
"Kapan boleh menyerahnya? Kalau sudah lima belas kali mencoba anaknya nggak mau juga, baru itu namanya nggak doyan. Tapi, baru (coba) dua kali, misalnya, setiap dikasih (daging) hati nggak mau, nih, Dok. Nggak boleh menyerah, coba lagi nanti," kata Yoga.
Meskipun begitu, Yoga juga mengingatkan bahwa membina selera makan anak seharusnya dimulai sejak awal, yaitu sejak anak masih dalam kandungan dan saat fase menyusui. Ibu diingatkan untuk tidak terlalu memilih-milih makanan yang dikonsumsi.
Baca juga: Ini Penambah Nafsu Makan Alami untuk Anak
Keragaman jenis makanan bergizi yang dikonsumsi ibu hamil dan menyusui secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi anak.
"Sehingga, sejak dalam kandungan, bayi sudah terbiasa dengan rasa makanan yang dimakan oleh ibunya. Ilmu pengetahuan menunjukkan ternyata air ketuban itu ada rasanya, sesuai dengan yang dimakan ibu. Jadi, kalau ibunya terbiasa makan segala jenis makanan tentu pada saat (bayi) makan MPASI (makanan pendamping air susu ibu), dia sudah nggak asing," kata Yoga.
Anak yang kekurangan asupan nutrisi sesuai kebutuhannya dikhawatirkan dapat mengalami masalah kesehatan. Misalnya, dalam jangka pendek anak mudah terkena penyakit infeksi yang kemudian juga akan semakin mempengaruhi kurangnya nafsu makan.
"(Saat sakit) pasti nafsu makan anak turun, tingkat nafsu makan anak turun. Anaknya makin kurus, makin gampang lagi kena penyakit. Jadi itu kayak siklus lingkaran setan, ya, karena memang anak yang punya masalah nutrisi, daya tahan tubuhnya menjadi rendah," kata Yoga.
Dalam jangka panjang, kata Yoga, anak berpotensi mengalami stunting dengan risiko mengalami kemampuan belajar dan fungsi kognitif yang lebih rendah. Salah satu upaya pencegahan stunting yaitu dengan melakukan pemantauan pertumbuhan berkala sehingga dapat mendeteksi perlambatan pertumbuhan lebih awal.
Yoga juga mengingatkan orangtua untuk selalu berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan rekomendasi penanganan yang tepat untuk anak. (Ant/Z-1)