Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
MENGONSUMSI pemanis buatan dapat meningkatkan risiko terkena kanker. Satu studi skala besar menyimpulkan hal itu pada Kamis (26/3). Namun para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian itu mengatakan hal tersebut tidak cukup bukti untuk mempertimbangkan mengubah saran kesehatan saat ini.
Pemanis dikonsumsi oleh jutaan orang setiap hari dalam produk seperti soda diet--sebagian cara untuk menghindari penambahan berat badan dari gula--tetapi seberapa sehat pengganti ini telah lama menjadi kontroversi. Untuk menilai risiko kanker dari pemanis, para peneliti menganalisis data lebih dari 100.000 orang di Prancis yang melaporkan sendiri pola makan, gaya hidup, dan riwayat medis mereka dalam interval antara 2009-2021 sebagai bagian dari studi NutriNet-Sante.
Mereka kemudian membandingkan konsumsi dengan tingkat kanker, sambil menyesuaikan variabel lain seperti merokok, pola makan yang buruk, usia dan aktivitas fisik. Para peserta yang mengonsumsi pemanis dalam jumlah terbesar, "Di luar jumlah rata-rata, memiliki peningkatan risiko kanker 13% dibandingkan dengan nonkonsumen," ujar Mathilde Touvier, direktur penelitian di institut Inserm Prancis dan pengawas studi tersebut, mengatakan kepada AFP.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Medicine mengatakan bahwa risiko kanker yang lebih tinggi terutama terlihat dengan pemanis aspartam dan acesulfame potassium. Keduanya digunakan dalam banyak minuman ringan termasuk Coke Zero.
Dari 103.000 peserta, 79% ialah perempuan dan 37% mengonsumsi pemanis buatan. Minuman ringan menyumbang lebih dari setengah pemanis buatan yang dikonsumsi dan pemanis tabble-top mewakili 29%.
Studi ini menemukan bahwa risiko yang lebih tinggi diamati untuk kanker payudara dan kanker terkait obesitas. Touvier mengatakan, "Kami tidak dapat sepenuhnya mengecualikan bias yang terkait dengan gaya hidup konsumen." Ia menyerukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi hasil penelitian.
Institut Kanker Nasional AS dan Penelitian Kanker Inggris mengatakan bahwa pemanis tidak menyebabkan kanker. Pemanis telah diizinkan untuk digunakan oleh Otoritas Keamanan Makanan Eropa.
"Hubungan antara konsumsi pemanis buatan dan risiko kanker masih kontroversial. Ini kembali ke 1970-an ketika siklamat (pemanis) dilarang karena terkait dengan kanker kandung kemih pada tikus, meskipun ini tidak pernah terbukti terjadi pada manusia," kata James Brown, seorang ilmuwan biomedis di Universitas Aston Inggris.
Brown, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan kepada AFP bahwa itu, "Dirancang dengan cukup baik dan memiliki ukuran sampel yang mengesankan." Akan tetapi dia menambahkan dia tidak percaya penelitian saat ini memberikan bukti yang cukup kuat untuk Layanan Kesehatan Nasional Inggris mengubah izinnya dulu.
Michael Jones dari The Institute of Cancer Research, London, mengatakan bahwa hubungan yang dilaporkan dalam penelitian itu tidak menyiratkan sebab-akibat dan bukan bukti bahwa pemanis buatan menyebabkan kanker. Dia mengatakan temuan itu dapat menunjukkan bahwa risiko kanker dapat meningkat pada tipe orang yang menggunakan pemanis buatan daripada pemanis itu sendiri.
Temuan Kamis itu juga tidak berarti konsumen dapat kembali ke minuman manis. Studi NutriNet-Sante 2019 menemukan bahwa minuman manis juga terkait dengan risiko beberapa jenis kanker yang lebih tinggi.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Keempat Berikan Sedikit Manfaat terhadap Infeksi Omikron
Brown mengatakan bahwa tidak semua pemanis sama. Beberapa seperti stevia menunjukkan manfaat kesehatan. Pemanis buatan, "Mungkin masih merupakan alat yang berguna untuk membantu mengurangi penambahan berat badan saat mengganti gula jika pemanis yang tepat digunakan," katanya. (OL-14)
Peneliti mengembangkan terapi kanker baru dengan memanfaatkan bakteri untuk menyembunyikan dan mengantarkan virus langsung ke sel tumor.
Kanker menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Banyak kasusnya terkait dengan pola makan yang buruk
Kita perlu mengetahui apa saja makanan pemicu kanker yang perlu diwaspadai. Berikut makanan-makanan sehari-hari dapat memicu kanker:
Kanker payudara merupakan diagnosis yang menakutkan bagi banyak perempuan. Itu menimbulkan rasa takut dan ketidakpastian.
Terapi kanker menargetkan sel-sel yang membelah dengan cepat, sehingga folikel rambut — yang juga memiliki sel punca untuk pertumbuhan rambut — sangat rentan terhadap kerusakan.
Selain faktor genetik, pola hidup, kadar hormon, dan paparan lingkungan juga dapat berkontribusi pada munculnya kanker payudara.
Dari hasil studi terungkap sebanyak 93% responden memilih keamanan dan stabilitas keuangan sebagai prioritas hidup.
Sebuah studi di Inggris mengungkapkan konsumsi makanan rumahan membuat turun berat badan dua kali lebih banyak.
Sebuah penelitian dari Institut Max Planck untuk Pembangunan Manusia di Berlin, Jerman, menyebut ChatGPT telah secara signifikan memengaruhi cara manusia berbicara.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Studi: digital technology was inherently never democratic.
MAKAN terlalu banyak makanan berkalori tinggi dan olahan hanya dalam beberapa hari dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam respons otak terhadap insulin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved