Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
HUSAIN Nurisman, 49, tak merasa curiga berlebihan ketika ia mengalami BAB hingga berulang kali. Ia menduga hal itu diare biasa sehingga ia mengonsumsi obat yang dibelinya di apotek. Alih alih sembuh, kejadian terus justru kerap berulang.
Bahkan, ia mengalami BAB hingga 10 kali dalam sehari. Di waktu lain, justru ia kesulitan BAB. Permasalahan dengan BAB, lanjut dia, berlangsung berulang kali hingga hampir setahun.
"Pernah ketika BAB muncul darah, akhirnya saya periksa ke dokter," kata Husain berbagi cerita dalam dialog daring 'Kanker Usus Besar: Pentingnya Pencegahan dan Deteksi Dini beberapa waktu lalu. Dokter mendiagnosis Husain yang kala itu berusia 44 tahun sebagai kanker usus besar. "Faktor genetik juga mempengaruhi, karena saya juga memiliki saudara ada yang memiliki kanker baik dari keluarga bapak atau ibu," ucapnya.
Baca juga: KPAI: Perlu ada Payung Hukum Pengasuhan Anak
Menurut Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Prof dr Ari Fahrial Syam, kasus kanker kolorektal atau kanker usus besar seringkali ditemukan pada pasien yang usianya cenderung masih muda. Dari evaluasi selama 11 tahun di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ternyata usia 40% pasien kanker usus besar adalah 18-50 tahun.
"Ini suatu temuan yang luar biasa artinya usianya bisa dibilang masih muda. Kemudian faktor risiko untuk usia lebih muda ini terjadi pada laki-laki dengan faktor hormon, obesitas, dan riwayat konsumsi daging yang berlebihan tanpa diikuti konsumsi sayur," kata Prof Ari.
Gejala yang sering ditemui dari kanker usus besar biasanya pasien sering mengalami buang air besar (BAB) muncul darah, berat badan turun, nyeri perut dan sebagainya. Ternyata dari hasil evaluasi yang juga dilakukan oleh RSCM ketika mengalami gejala kanker usus besar pasien sering mengalami nyeri perut.
"Selain itu faktor risiko lainnya yakni merokok. Kita tahu Indonesia termasuk gagal mengendalikan rokok karena konsumsi rokok meningkat 30-35% orang Indonesia merokok, ini salah satu mesti diantisipasi karena rokok jadi salah satu faktor orang terkena usus besar," ujar Prof Ari.
Hal ini juga berlaku pada rokok elektrik, pods, dan sebagainya yang sedang digandrungi oleh anak muda juga memiliki risiko yang sama yakni munculnya kanker usus besar.
Jika anak muda tidak banyak bergerak serta didukung dengan faktor genetik atau riwayat keluarga yang juga memiliki penyakit serupa, hal ini akan mempebesar risiko kanker usus besar.
Penanganan atau pengecekan untuk penyakit ini yang paling bagus yakni dengan endoskopi karena bila pengecekan darah hasilnya bisa negatif. Setelah dilakukan endoskopi maka penanganan dilanjutkan dengan operasi, kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi.
Semakin cepat kanker usus besar diketahui maka survival rate 5 tahun ke depan akan besar sekitar 90%. Sementara untuk stadium 4 artinya penyebaran di liver atau paru-paru maka jangka waktu untuk hidup 5 tahunnya itu hanya 12-13%.
Baca juga: Kadar Proteksi Antibodi Masyarakat Terhadap Covid-19 Cukup Tinggi
Selain itu masyarakat juga diharapkan lebih peka dan tidak asal mengobati pasien kanker usus besar ke pengobatan alternatif yang belum teruji. Di dunia klinis hanya mengenal kemoterapi setelah operasi kanker usus besar bisanya dijalani 6 seri.
"Sementara jika ada klaim herbal dan ternyata tidak terbukti bisa jadi lebih parah. Sampai saat ini belum ada pasien yang berhasil dengan pengobatan alternatif tersebut. Meski ada yang lebih nyaman namun itu relatif," jelasnya. (H-3)
AXA Mandiri) menandatangani kesepakatan dengan EMC Healthcare untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan dalam program Custom Clinical Pathway.
PEMERINTAH mendorong percepatan pembangunan layanan kesehatan yang merata di seluruh wilayah Indonesia seperti Cek Kesehatan Gratis (CKG)
Sejak berdiri pada September 2023, Benih IVF Center telah melayani lebih dari 2.000 pasien dengan tingkat keberhasilan kehamilan di atas rata-rata nasional.
Rumah Sakit Dokter Hasri Ainun Habibie Parepare, Sulawesi Selatan, baru saja menghadirkan layanan nonfarmakologi terbaru bernama pelayanan asuhan persalinan dengan aroma terapi
Digitalisasi di rumah sakit bukan sekadar adopsi teknologi, tetapi transformasi budaya kerja dan keselamatan pasien
Di ranah kesehatan, Indonesia menyumbang lebih dari 60% wisatawan medis ke Malaysia setiap tahunnya (data Malaysia Healthcare Travel Council).
Ilmuwan Salk Institute menggunakan teknologi CRISPR untuk mengidentifikasi mikroprotein kunci dalam sel lemak, berpotensi jadi target terapi obesitas.
Jumlah penderita kanker hati di seluruh dunia diperkiakan hampir dua kali lipat pada 2050, jika pencegahannya tidak segara ditingkatkan.
Pola makan lebih dominan sebagai pemicu obesitas dibandingkan tingkat aktivitas fisik harian.
Hasil skrining kesehatan di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Provinsi DKI Jakarta. Pada skrining itu salah satunya ditemukan 62,09% obesitas.
Hasil pemeriksaan kesehatan ASN DKI Jakarta pada 2024 menunjukkan salah satunya, sebanyak soal ASN Jakarta yang mengalami obesitas dan masalah kejiwaan.
BANYAK mengonsumsi gula bisa berbahaya bagi tubuh untuk jangka panjang karena bisa terserang berbagai penyakit salah satunya obesitas hingga diabetes melitus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved