Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
Traveling sudah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini. Namun ketika ingin membawa si kecil bepergian, terbayang sudah kerepotan yang akan terjadi.
Terutama dalam hal mensterilkan perlengkapan makan dan minumnya, juga mainan yang kerap masuk ke dalam mulutnya seperti teether. Maklum, mesin sterilizer biasanya memiliki ukuran yang cukup besar, sehingga akan terasa kurang praktis bila harus dibawa bepergian.
Pada acara launching Mahaton Baby Max UV Portable Sterilizer yang diadakan di Fun Stage IMBEX, Jakarta, Jumat (29/11), Dr Andina Chrisnawati Rahardjo SpA, Mkes, mengatakan bahwa proses sterilisasi segala perlengkapan yang berhubungan dengan mulut bayi memang sangat penting untuk dilakukan.
“Sebab bila tidak steril, maka bayi bisa terserang berbagai penyakit. Mulai dari infeksi jamur, diare, hingga hepatitis. Nah khusus diare, apabila terlambat ditangani bukan tak mungkin lho menyebabkan kematian,” tambah dokter Andina.
Untuk itu, dokter Andina menyarankan agar proses sterilisasi baik dengan mesin listrik, microwave, sinar UV, tablet khusus, maupun air mendidih harus selalu dilakukan. Dengan demikian berbagai mikroorganisme seperti bakteri, parasit, jamur, maupun virus akan mati dan tidak mengganggu kesehatan si kecil.
Tapi untunglah sekarang telah hadir Mahaton Baby Max, portable sterilizer berbasis UV dengan ukuran sebesar termos dengan berat hanya 400 gram, yang dapat dengan mudah dibawa kemanapun juga.
“Kami menyadari jika daya tahan tubuh bayi belumlah sempurna, sehingga rentan terserang penyakit berbahaya apabila segala perlengkapan yang berhubungan langsung dengan mulutnya kurang steril,” jelas Jevin, Marketing & Sales Manager Mahaton.
“Yang menjadi masalah, mensterilkan perlengkapan bayi di rumah itu sangatlah mudah, tapi bagaimana jika sedang diluar rumah? Untuk memberikan solusinya, maka dengan bangga kami menghadirkan Mahaton Baby Max UV Portable Sterilizer, yang mampu mencapai tingkat steril hingga 99,9999% atau setara dengan medical grade sterilization,” papar Jevin.
“Dengan adanya Mahaton Baby Max UV Portable Sterilizer, maka para orangtua tak perlu risau lagi memikirkan cara mensterilkan perlengkapan makan, minum maupun mainan si kecil ketika sedang bepergian,” tuturnya.
Dengan diluncurkannya Mahaton Baby Max UV portable sterilizer, pemain film dan sinetron Tya Ariestya mengaku sangat senang.
“Ya, aku ini kan orangnya lumayan mobile. Nah biasanya ketika harus bepergian ke sana kemari, sebisa mungkin aku bawa Kanaka dan Kalundra yang masih balita. Khusus untuk Kalundra, usianya kan baru 6 bulan dan sedang senang-senangnya menggigiti teether,” kata Tya.
“Yang jadi masalah bila teether-nya terjatuh, otomatis tidak bisa digunakan lagi karena susah untuk mensterilkannya bila sedang di luar rumah,” tambahnya. (OL-09)
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Medical Check Up menjadi layanan yang paling diminati di luar negeri, menandakan potensi besar industri kesehatan domestik yang harus dioptimalkan.
Kasus Raya, anak di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal karena tubuhnya dipenuhi cacing menunjukkan standar kebersihan di masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.
Kesehatan adalah soal ideologi, bukan sekadar urusan teknis atau statistik. Kita harus bersama bergandengan tangan membangun sistema kesehatan dengan fondasi nilai keadilan.
Berjalan cepat minimal 15 menit setiap hari dapat menurunkan risiko kematian dini hingga 20%, mengurangi risiko penyakit serius.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perokok mentol cenderung lebih sulit berhenti karena sensasi dingin yang dihasilkan membuat rokok terasa lebih ringan.
Mitos seputar pemberian MPASI itu mulai dari pemberian madu untuk anak yang baru lahir, hingga larangan pemberian MPASI bertekstur hingga anak tumbuh gigi.
Studi terbaru ungkap lebih dari 17 juta bayi lahir dari fertilisasi in vitro (IVF) sejak 1978.
Susu formula harus diberikan kepada bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan atau kelainan genetik yang menyebabkan dirinya tidak bisa mencerna ASI.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Lonjakan kasus Respiratory Syncytial Virus (RSV) memicu kekhawatiran di kalangan medis, khususnya karena virus ini menyerang kelompok paling rentan: bayi dan lansia.
Bingung puting bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved