SETARA Institute merilis hasil riset bertajuk Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa di 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Hasilnya, 10 PTN tersebut menjadi tempat tumbuhnya kelompok Islam eksklusif transnasional yang berpotensi berkembang ke arah radikalisme.
Menanggapi itu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menegaskan kampus sepatutnya mengembangkan nilai-nilai toleransi dan kehidupan yang inklusif. Berkembangnya ekslusifisme justru akan mencederai marwah pendidikan tinggi sebagai kawah candradimuka pembentukan nilai kebangsaan.
"Kami selalu mendorong kampus agar memupuk kehidupan kampus yang inklusif, moderat, toleran, dan gotong royong sebagai kepribadian khas bangsa kita yang takdirnya memang majemuk," ungkap Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Ismunandar, dihubungi Media Indonesia, Senin (3/6).
Baca juga : Kelompok Islam Eksklusif Picu Radikalisme di Lingkungan Kampus
Kesepuluh kampus tersebut ialah Institut Pertanian Bogor, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Brawijaya, dan Universitas Mataram.
Ismunandar mengatakan pihaknya akan mengkaji hasil penelitian tersebut dan melakukan pengecekan ulang temuan serta mendiskusikannya dengan para pimpinan perguruan tinggi terkait.
Mengenai antisipasi eksklusifisme yang berkembang, ia melanjutkan Menristekdikti Mohamad Nasir telah menerbitkan Permenristekdikti Nomor 55 Tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Bangsa dalam Kegiatan Kemahasiswaan.
Dengan diterbitkannya Permenristekdikti itu, pembinaan ideologi kebangsaan akan direalisasikan dengan pembentukan Unit Kegiatan Mahasiswa Pengawal Ideologi Bangsa (UKM PIB).
Kehadiran UKM PIB diharapkan bisa memperkaya sudut pandang mahasiswa dan tidak terjebak dalam pemikiran yang eksklusif.
Menurut Ismunandar, langkah yang paling baik untuk mencegah terus berkembangnya paham eksklusif dan intoleran di kampus ialah melalui upaya diskusi dan dialog.
"Beberapa langkah dari berbagai perguruan tinggi untuk terus memupuk atmosfer kampus yang inklusif dan toleran juga akan kami evaluasi. Langkah-langkah yang efektif akan diamplifikasi agar dampaknya lebih besar," ucapnya. (OL-8)