Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
FILM Mendadak Dangdut kembali menjadi sorotan publik. Dengan tingginya antusiasme penggemar yang merindukan kisah yang sempat populer di 2006, sutradara Monty Tiwa menegaskan bahwa film terbarunya ini bukanlah hasil remake. Dengan semangat, Monty Tiwa menjanjikan cerita yang benar-benar baru dan relevan untuk penonton masa kini.
Monty Tiwa mengungkapkan meskipun judulnya sama dan karakter ikonik seperti Rizal Maduma, yang kembali diperankan oleh Dwi Sasono, Mendadak Dangdut versi 2025 menawarkan alur cerita yang sepenuhnya fresh.
"Banyak yang bertanya apakah ini reborn, reboot, atau remake? Jawabannya adalah tidak. Ini adalah cerita baru yang lebih segar," tegas Monty Tiwa di Epicentrum, Selasa (22/4).
Ia juga menjelaskan bahwa film ini hadir sebagai wadah untuk musik dangdut dalam konteks modern.
"Apa yang Anda saksikan di sini merupakan sebuah film yang mengakomodasi musik dangdut di zaman ini. Jadi, semuanya benar-benar fresh. Kami tidak mencoba mengulangi apa yang telah ada sebelumnya," jelasnya lebih lanjut.
Sutradara yang juga terkenal dengan sentuhan komedinya ini menyoroti evolusi musik dangdut dari masa ke masa. Ia menggambarkan pergeseran dari dangdut klasik ke dangdut koplo, hingga merambah ke Electronic Dance Music (EDM).
Menurutnya, saat ini, adalah waktu yang tepat untuk Mendadak Dangdut kembali ke layar lebar, mengingat musik dangdut telah diterima oleh berbagai kalangan, termasuk generasi muda di kota-kota besar.
"Ini adalah waktu yang sempurna untuk Mendadak Dangdut melakukan comeback. Saat ini, musik dangdut lebih diterima oleh berbagai kalangan dibandingkan sebelumnya," ungkap Monty Tiwa dengan optimismenya.
Salah satu hal menarik yang diungkapkan Monty Tiwa adalah bagaimana film ini akan membantu penonton memahami alasan di balik penerimaan luas terhadap musik dangdut saat ini.
Melalui perjalanan karakter Naya, yang diperankan oleh Anya Geraldine—seorang penyanyi pop yang terpaksa terjun ke dunia dangdut—penonton akan diundang untuk menyaksikan transformasi dan apresiasi terhadap genre musik yang kaya akan budaya Indonesia ini.
Dengan penekanan dari Monty Tiwa bahwa Mendadak Dangdut adalah cerita yang baru dan segar, penggemar dan penonton film Indonesia diharapkan semakin bersemangat menantikan tayang perdana pada 30 April 2025.
Cerita yang relevan dengan perkembangan zaman dan tetap menghibur, diharapkan dapat mengulang kesuksesan film sebelumnya, bahkan melampauinya. (Z-1)
Film Kampung Jabang Mayit: Ritual Maut diadaptasi dari cerita original Kampung Jabang Mayit, yang ditulis oleh Qwertyping (Teguh Faluvie) yang menjadi sebuah thread viral pada 2022.
Angga Dwimas Sasongko percaya bahwa cerita bermuatan lokal dan inovasi dengan cerita tersebut adalah kunci yang dibutuhkan untuk membuka pintu peluang perfilman nasional menembus global.
KABAR gembira bagi para penggemar film Superman. Meski film terbarunya belum dirilis, kelanjutan dari film Superman sudah mulai dibahas.
Lebih dari sekadar karakter super hero, Patrion pun hadir sebagai gerakan baru bertajuk Pergerakan Patriot Nusantara atau Patrion Movement.
TRAILER dan poster dari film horor Kampung Jabang Mayit : Ritual Maut resmi di rilis, kemarin.
Lagu Tinggal dari Mawar de Jongh akan menjadi jembatan antara rasa penyesalan, rasa takut akan ditinggal, dan berbagai lapisan emosi manusia lainnya yang cukup kompleks.
Saat audisi film Tinggal Meninggal, aktor Omara Esteghlal terlihat berbeda dengan kebiasaannya mengemut lemon, yang menurut Kristo Immanuel adalah tingkah laku yang tidak umum.
Kristo Immanuel dan Jessica Tjiu mengusung cerita yang lahir dari keresahan akan realitas sosial yang dibalut unsur komedi getir dan pakem penyutradaraan breaking the fourth wall.
Film Tinggal Meninggal produksi Imajinari tersebut akan tayang d bioskop mulai 14 Agustus.
Memproduksi film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu memberikan tantangan yang signifikan bagi Monty Tiwa.
Rizal Mantovani juga membangun nuansa horor melalui memori kolektif tentang sebuah imajinasi apa yang terjadi ketika sebuah televisi sudah tak menyala lagi di malam hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved