Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Mengatasi Kesedihan Melalui Layar, Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis Ajak Penonton Menyentuh Emosi

Melani Pau
11/10/2024 07:48
Mengatasi Kesedihan Melalui Layar, Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis Ajak Penonton Menyentuh Emosi
Poster film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis(Instagram @rekawijayakusuma)

FILM terbaru dari Sinemaku Pictures, Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis, menawarkan sebuah perjalanan emosional yang mendalam tentang perjuangan seorang perempuan dalam menghadapi trauma masa lalu. 

Disutradarai Reka Wijaya, film ini dibintangi Prilly Latuconsina sebagai Tari, seorang perempuan muda yang harus berjuang sendirian untuk menyelamatkan ibunya, diperankan oleh Dominique Sanda, dari ayahnya yang abusive. 

Perjalanan Tari tidak hanya menjadi kisah perjuangan fisik, tetapi juga merupakan refleksi dari perjuangan emosional yang menyentuh hati banyak orang.

Baca juga : Para Pemain Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis Ungkap Tantangan dan Pembelajaran Selama Proses Syuting

Cerita dimulai dengan latar belakang yang penuh ketegangan dan kesedihan, ketika Tari merasa terjebak dalam siklus kekerasan dan trauma yang telah membelenggunya sejak kecil. 

Setelah kakaknya meninggalkan rumah, beban yang harus ditanggungnya semakin berat. Dia merasa terisolasi dan tidak berdaya, merindukan dukungan dari orang-orang terdekat, tetapi juga terjebak dalam rasa malu dan ketakutan untuk mengungkapkan perasaannya. 

Dalam momen-momen tersebut, film ini menyuguhkan gambaran yang kuat tentang bagaimana rasa sakit yang terpendam dapat membebani seseorang sepanjang hidupnya.

Baca juga : Umay Shahab Ungkap Awal Mula Ide Film Bolehkah Sekali Saja Ku Kenangis

Bersama Dikta Wicaksono, yang berperan sebagai Baskara, seorang laki-laki temperamental yang juga merupakan anggota support group yang sama, Tari berusaha menghadapi dan mengatasi beban emosional yang selama ini ia sembunyikan. 

Baskara tidak hanya menjadi sahabat bagi Tari, tetapi juga menjadi simbol harapan dan dukungan yang sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Interaksi antara mereka menunjukkan bahwa, meskipun menghadapi kesulitan, memiliki seseorang untuk berbagi beban dapat menjadi langkah penting menuju pemulihan.

Salah satu momen paling kuat dalam film ini terjadi ketika Tari akhirnya menangis, melepaskan semua emosi yang terpendam. Adegan ini mampu menyentuh hati penonton dan membawa mereka merasakan beban yang selama ini ditanggung oleh Tari. 

Baca juga : Sutradara Reka Wijaya Berbagi Proses Mendalam di Balik Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis"

Menangis, dalam konteks film ini, bukan hanya dianggap sebagai tindakan emosional, tetapi juga merupakan bentuk pelepasan yang penting untuk kesehatan mental. 

Film ini secara cerdas mengajak penonton untuk menyadari bahwa tidak ada yang salah dengan menangis, dan bahwa mengungkapkan perasaan adalah langkah pertama dalam proses penyembuhan.

Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis juga mengusung ide yang lebih luas tentang pengakuan emosi dan pentingnya mengatasi kesedihan. 

Baca juga : Prilly Latuconsina Buka Suara Tentang Peran Mental Health di Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis

Dalam upaya untuk membangun kesadaran ini, produser Umay Shahab mengemukakan, “Kami ingin film ini menjadi platform yang kuat bagi individu yang masih berjuang dengan emosi mereka. Alih-alih mengglorifikasi kesedihan, film ini ingin menjadi pengingat bahwa setiap orang berhak untuk merasakan dan mengakui perasaan mereka.”

Sebagai bagian dari kampanye film ini, telah diadakan inisiatif Bolehkah Sekali Saja Kita Menangis, yang mengajak ribuan orang untuk berbagi dan mengolah perasaan mereka dengan bantuan konselor profesional. 

Kegiatan ini tidak hanya membantu individu mengatasi emosi mereka, tetapi juga menciptakan ruang yang aman bagi masyarakat untuk saling mendukung dan berbagi pengalaman. 

Sebuah eksperimen sosial yang diadakan sebagai bagian dari promosi film juga menunjukkan bagaimana para pemeran film membagikan pengalaman emosional mereka, memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk mengungkapkan perasaan yang selama ini terpendam.

Prilly Latuconsina, yang juga merupakan salah satu pengembang ide cerita, mengungkapkan harapannya melalui karakter Tari. 

“Saya ingin penonton memahami pentingnya tidak memendam perasaan. Menangis itu bukan tanda lemah, tetapi bukti bahwa kita adalah manusia yang memiliki emosi,” kata Prilly. 

Dia juga menekankan bahwa melalui karakter Baskara, film ini menunjukkan bahwa kita semua membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat ketika menghadapi kesulitan.

Dengan semua elemen emosional yang telah disusun, film ini diharapkan dapat memberikan harapan bagi penonton. 

Reka Wijaya, sebagai sutradara, berharap penonton dapat merasakan perjalanan Tari dan mengakui bahwa setiap orang berhak untuk sembuh dan meraih kebahagiaan. 

“Kami ingin film ini menjadi ruang yang aman bagi penonton untuk merasakan berbagai emosi. Melalui cerita Tari, kami ingin menunjukkan bahwa tidak ada yang salah dengan menangis dan mengungkapkan perasaan,” jelasnya.

Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis dijadwalkan tayang di bioskop mulai 17 Oktober 2024. Dengan harapan dapat menyentuh hati banyak orang, film ini mengajak penonton untuk tidak takut dalam mengungkapkan emosi mereka dan untuk saling mendukung dalam perjalanan menuju penyembuhan.  (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya