Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
SETELAH sukses dengan beberapa film bertema kesehatan mental, Sinemaku Pictures kembali hadir dengan karya terbaru mereka, Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis", sebuah film yang membahas isu kesehatan mental dan tekanan emosional dalam lingkungan keluarga.
Film ini mendapatkan perhatian luas sebelum peluncurannya, terutama karena menggali tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, yaitu trauma yang disebabkan oleh lingkungan keluarga yang tidak sehat.
Umay Shahab, selaku Produser dari Sinemaku Pictures, dalam wawancara terbaru membagikan cerita di balik lahirnya ide untuk film ini.
Baca juga : Iqbaal Ramadhan Jadi Pemeran dan Produser di Film Perayaan Mati Rasa
Menurut Umay, inspirasi film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis datang dari diskusi mendalam antara seluruh tim produksi, termasuk sutradara Reka Wijaya dan penulis skenario Junisya Aurelita.
Film ini dirancang dengan latar belakang pentingnya menciptakan ruang aman bagi individu yang menghadapi tekanan mental akibat hubungan keluarga yang toxic dan abusive.
“Ide ini berawal dari support group dan diskusi yang kami lakukan dengan seluruh tim, termasuk Prilly Latuconsina, Junisya Aurelita, Pak Reka, dan lainnya. Kami mencari topik yang ingin kami bahas dalam film selanjutnya. Jika di film pertama kita membahas soal bipolar, kali ini kami ingin mengangkat topik kesehatan mental yang lebih umum, yang lebih dekat dengan masyarakat,” jelas Umay Shahab.
Baca juga : Sutradara Reka Wijaya Berbagi Proses Mendalam di Balik Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis"
Menurutnya, Prilly Latuconsina, yang juga menjadi penggagas cerita, datang dengan ide tentang hubungan toxic antara orangtua dan anak serta lingkungan keluarga yang abusive.
Dari sana, tim produksi sepakat untuk menggabungkan tema ini dengan gagasan tentang support group—kelompok dukungan emosional yang membantu individu dalam menghadapi trauma dan masalah psikologis mereka.
"Support group di Indonesia memang sudah ada, tapi belum banyak. Kami berharap, melalui film ini, semakin banyak orang yang berani mencurahkan apa yang mereka rasakan di ruang-ruang yang aman dan nyaman bagi mereka,” ungkap Umay.
Baca juga : Prilly Latuconsina Buka Suara Tentang Peran Mental Health di Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis
Sejak kemunculannya di dunia perfilman, Sinemaku Pictures telah konsisten menghadirkan film-film yang membahas isu kesehatan mental.
Film pertama mereka, Kukira Kau Rumah, menyentuh topik bipolar, sementara Ketika Berhenti di Sini memperdalam eksplorasi seputar emosi dan hubungan personal.
Dengan peluncuran Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis, Sinemaku kembali menunjukkan bahwa kesehatan mental tetap menjadi fokus utama dalam karya-karyanya.
Ketika ditanya apakah tema kesehatan mental sudah menjadi ciri khas atau identitas Sinemaku Pictures, Umay menjawab bahwa hal itu lebih didasarkan pada upaya tim untuk tetap relevan dengan masalah yang dihadapi anak muda saat ini.
“Sinemaku Pictures selalu berusaha membahas sesuatu yang dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, terutama dengan usia yang sesuai. Kami ingin tetap jujur dan bertanggung jawab atas apa yang kami ciptakan. Jika temanya terlalu jauh dari realitas, itu akan terasa tidak alami. Itulah kenapa kami memilih untuk tetap mengangkat tema yang dekat dengan pengalaman hidup banyak orang,” ujar Umay.
Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis bukan hanya sekadar film, tetapi juga menjadi medium untuk membuka ruang diskusi mengenai pentingnya mendengarkan, memahami, dan mengekspresikan emosi.
Lewat karakter utamanya, Tari, yang diperankan Prilly Latuconsina, film ini mengajak penonton untuk lebih berani menghadapi trauma masa lalu dan melepaskan emosi yang dipendam, sebuah langkah awal dalam proses penyembuhan mental dan emosional.
Bersama Dikta Wicaksono, yang memerankan Baskara, pria dengan latar belakang temperamental yang juga berjuang dalam support group yang sama, film ini menggambarkan bagaimana dukungan kelompok dan saling berbagi pengalaman dapat membantu individu pulih dari luka batin yang dalam.
Sinemaku Pictures berharap bahwa film ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi alat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental dan pentingnya dukungan emosional, baik dari keluarga maupun dari komunitas.
Pada akhirnya, Umay dan tim Sinemaku Pictures berharap film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis dapat membantu membuka pintu bagi lebih banyak diskusi terbuka tentang trauma dan kesehatan mental di Indonesia.
“Kami ingin masyarakat tidak lagi takut untuk mengakui apa yang mereka rasakan dan mencari ruang yang aman untuk berbagi,” tutup Umay. (Z-1)
Film Host yang tayang di Prime Video menjadi interpretasi sinematik pertama dari legenda Thailand tentang Mae Sue, roh penjaga bayi baru lahir.
Film Kang Solah From Kang Mak x Nenek Gayung merupakan spin-off dari film Kang Mak From Pee Mak, yang sukses besar pada 2024.
Film itu akan menyajikan cerita perjalanan hidup Aqilla setelah merelakan anak kandungnya Baskara (Faqih Alaydrus) untuk diasuh oleh pasangan Arif dan Yumna di Surakarta.
Sosok hantu yang menyeramkan itu bakal muncul di film Kang Solah From Kang Mak X Nenek Gayung, spin off dari film Kang Mak from Pee Mak.
AKTRIS Lily Collins, pemeran utama dalam serial Emily in Paris sudah terjun ke dunia hiburan sejak masih balita, tepatnya tahun 1992 saat usianya baru dua tahun.
Film berjudul Surat Untuk Presiden mengisahkan tentang harapan, keteguhan hati, dan cinta keluarga.
Hal terpenting dalam memulai perjalanan menjalani hidup sehat terutama berolahraga adalah niat dan usaha untuk memulainya meskipun terkadang menjadi sebuah tantangan.
Nicholas Saputra menunjukkan seluruh bakatnya dalam film musikal Siapa Dia itu dengan berakting bahkan bernyanyi.
Aktor Nicholas Saputra memerankan empat karakter dari empat zaman berbeda, masing-masing dengan kisah cinta, tragedi, dan lagu utama tersendiri.
Dian Nitami mengatakan karakter fiktif hakim Hanum dalam film Keadilan: The Verdict diceritakan ingin memberikan keadilan yang setara dari situasi yang kurang adil buat semua pihak.
Oka Antara membagikan pengalamannya bekerja sama dengan Baim Wong dalam film horor misteri Sukma.
Aktor Fedi Nuril hadapi tantangan baru dalam kariernya lewat film horor Sukma garapan Baim Wong.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved