Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DALAM konferensi pers film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis, Kamis (10/10) para pemain yaitu Antonio Blanco Jr, Ummi Quary, Widi Mulia, dan Gracia JKT48 berbagi cerita dan pengalaman mereka selama proses syuting.
Mereka berbicara tentang tantangan dalam mendalami karakter masing-masing dan pembelajaran emosional yang mereka rasakan sepanjang perjalanan tersebut.
Baca juga : Umay Shahab Ungkap Awal Mula Ide Film Bolehkah Sekali Saja Ku Kenangis
Antonio Blanco Jr, yang berperan sebagai sahabat Baskara, menggambarkan tantangan dalam membangun karakter yang netral namun tetap setia.
Dalam film ini, karakternya sering kali berada di posisi untuk mendukung Baskara menghadapi masalah pribadinya.
Antonio mengungkapkan, "Jujur, aku banyak belajar dari film ini dan lebih aware soal kesehatan mental. Kalau di film, aku lebih seringnya mendukung Baskara karena peran aku sebagai temannya berusaha membuat Baskara menyadari serta menjadi orang yang lebih dewasa lagi dengan permasalahan yang dia miliki di masa lalu."
Baca juga : Sutradara Reka Wijaya Berbagi Proses Mendalam di Balik Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis"
Antonio juga menekankan pentingnya memiliki teman yang berpengaruh positif dalam pergaulan.
"Penting banget punya teman yang punya pengaruh positif di circle pertemanan," jelasnya, mencerminkan pesan yang diangkat dalam film ini tentang kekuatan hubungan persahabatan dalam menghadapi permasalahan hidup.
Baca juga : Prilly Latuconsina Buka Suara Tentang Peran Mental Health di Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis
Ummi Quary membuat debutnya yang memukau di film drama ini. Ia memerankan karakter Icha, seseorang yang mencoba tetap lucu meskipun banyak masalah yang ia hadapi.
"Ini sebenarnya bukan cuma film panjang pertama aku, tapi juga film drama pertama aku," kata Ummi saat berbicara tentang tantangan memerankan karakternya.
"Awalnya, aku kira karakternya bakal kayak komedi, lucu aja, enggak jauh beda sama aku. Tapi ternyata setelah aku mereview ulang, aku punya rasa relate yang tinggi sama peran ini," lanjutnya.
Peran tersebut membuatnya menyadari banyak persamaan dengan kehidupan pribadinya.
"Aku juga cengeng seperti karakter Icha, dan bedanya adalah aku enggak bisa jujur sama diriku sendiri. Aku enggak bisa kasih tahu keluargaku, kakakku, kalau aku kenapa-napa. Sampai kakakku di real life sempat marah karena aku enggak pernah jujur dan cerita sama mereka," jelas Ummi, yang menambahkan bahwa film ini telah membuatnya lebih sayang pada diri sendiri dan belajar untuk lebih jujur terhadap perasaannya.
Widi Mulia memainkan peran sebagai Ibu Nina, karakter yang berperan sebagai penghubung dan penengah bagi semua permasalahan yang dihadapi para karakter di film ini.
Saat ditanya bagaimana ia mentransformasikan diri menjadi karakter tersebut, Widi menjelaskan, "Nina ini sebenarnya adalah sebuah karakter hasil kolaborasi dari semuanya sutradara dan produser. Tapi terlepas dari itu, saya mencoba untuk memahami dan menyimpulkannya jadi satu."
Bekerja dalam proyek ini memberikan pengalaman berharga bagi Widi.
"Saya merasa sangat nyaman ada dalam kolaborasi ini, karena kita bekerja sama dengan sangat baik, memberikan dampak, dan meramu semua menjadi sesuatu yang seru. Dalam produksi film ini, kita melihat dua hal, apakah film ini penting atau seru dan keduanya bisa ditemukan dalam produksi ini," ujarnya, menegaskan bahwa film ini berhasil menggabungkan elemen emosional dan hiburan.
Gracia JKT48, yang memerankan Sarah, adik Baskara, mengungkapkan meskipun ia adalah anak pertama dalam kehidupan nyata, memerankan adik membuatnya memandang hubungan kakak-adik dari perspektif yang berbeda.
"Kenyataan bahwa aku anak pertama di real life yang memainkan peran sebagai adik dengan karakter yang sebenarnya sayang banget sama kakaknya membuat aku banyak belajar," kata Gracia.
Dalam peran ini, Sarah digambarkan sebagai sosok yang dewasa dan mandiri, tetapi menyimpan banyak perasaan.
"Sebagai Sarah, aku juga jadi sosok yang kelihatannya dewasa dan independen, tapi sebenarnya banyak hal yang dipendam, kayak aku juga pengen diakui sama orang tuaku," tambah Gracia.
Proses syuting dengan Kak Dikta sebagai kakaknya membuat pengalaman ini semakin berkesan.
"Aku banyak bertanya dan dikasih masukan yang baik selama proses syuting," tutupnya.
Para pemain Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis tidak hanya menjalani peran mereka dengan sangat baik, tetapi juga mengalami perjalanan emosional yang mendalam selama proses syuting.
Film ini menyoroti isu kesehatan mental dan dinamika hubungan antar karakter, memberikan pelajaran berharga tentang dukungan emosional, pentingnya jujur pada diri sendiri, serta kekuatan persahabatan dan keluarga dalam menghadapi tantangan hidup. (Z-1)
Menurut Surya Saputra, banyak orang yang masih belum terbiasa menceritakan dirinya maupun masalahnya kepada orang lain.
Prilly Latuconsina mencoba menuangkan keresahannya terhadap isu kesehatan mental melalui film barunya, Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis.
Dalam hal membangun chemistry di layar antara Baskara dan Tari, Dikta dan Prilly mengakui prosesnya lebih mudah karena mereka sudah memiliki dasar komunikasi yang baik.
Peran Dominique Sanda dan Surya Saputra sebagai ibu dan ayah membawa tantangan tersendiri, mengingat beratnya cerita yang dibawa oleh kedua karakter tersebut.
Junisya Aurelita tidak hanya mengandalkan imajinasi, tetapi melakukan riset langsung dengan support group yang menjadi inspirasi utama untuk film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis.
Menangis, dalam konteks film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis, bukan hanya dianggap sebagai tindakan emosional, tetapi juga merupakan bentuk pelepasan yang penting untuk kesehatan mental.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved