Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
DALAM debutnya sebagai penulis skenario film panjang, Junisya Aurelita menunjukkan betapa pentingnya riset yang mendalam dalam menciptakan narasi yang kuat dan menyentuh.
Bersama tim Sinemaku Pictures, Junisya tidak hanya mengandalkan imajinasi, tetapi melakukan riset langsung di lapangan, khususnya dengan support group yang menjadi inspirasi utama dalam pengembangan karakter dan alur cerita film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis.
Junisya menjelaskan bahwa film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis lahir dari pemahaman mendalam tentang pengalaman emosional dan perjuangan pribadi yang dialami anggota support group.
Baca juga : Mengatasi Kesedihan Melalui Layar, Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis Ajak Penonton Menyentuh Emosi
“Proses risetnya berangkat dari ide support group, jadi saya terlibat langsung dalam proses tersebut,” ungkap Junisya.
Meski tidak semua support group di Indonesia bisa dijangkau, ia menyempatkan waktu untuk duduk bersama beberapa komunitas yang beranggotakan orang-orang dengan beragam latar belakang dan permasalahan.
Dari pertemuan tersebut, Junisya mendengarkan langsung cerita-cerita yang dihadirkan oleh para anggota.
Baca juga : Para Pemain Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis Ungkap Tantangan dan Pembelajaran Selama Proses Syuting
"Dari sana aku berusaha memahami dan menajamkan empati. Itu sangat penting, karena membantu dalam pembangunan karakter yang ada di film," tambahnya.
Karakter-karakter dalam film ini tidak sekadar rekaan semata, melainkan lahir dari cerita nyata, mewakili berbagai emosi yang ada di kehidupan nyata orang-orang yang mencari dukungan dalam support group.
Proses penulisan skenario ini tidak berlangsung singkat. Junisya menyebutkan bahwa sejak awal ide dikembangkan, tim membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menyelesaikannya hingga tahap final.
Baca juga : Umay Shahab Ungkap Awal Mula Ide Film Bolehkah Sekali Saja Ku Kenangis
Selama kurun waktu tersebut, mereka melakukan banyak perubahan seiring dengan berkembangnya riset.
"Proses penulisannya dimulai sekitar satu tahun yang lalu, dengan perubahan yang datang melalui riset, masuk ke support group, penulisan secara online dan offline, kemudian pembuatan premis hingga sinopsis. Semua itu baru selesai pada bulan Maret," jelas Junisya.
Bagi Junisya, riset langsung dengan komunitas seperti support group memberikan perspektif baru yang sangat berharga.
Baca juga : Sutradara Reka Wijaya Berbagi Proses Mendalam di Balik Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis"
Melalui interaksi dengan orang-orang yang datang dengan berbagai macam masalah, ia belajar memahami bagaimana mereka menemukan kekuatan untuk terus melangkah. Pemahaman ini menjadi landasan kuat dalam menulis skenario yang penuh emosi dan nuansa.
Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis bukan hanya sekadar sebuah karya sinematik, tetapi juga cerminan dari realitas yang dihadapi oleh banyak individu yang merasa butuh dukungan dalam menghadapi beban emosional.
Penelitian yang dilakukan Junisya dan tim Sinemaku Pictures menjadi kunci penting dalam menyampaikan kisah yang autentik, menyentuh, dan dapat dirasakan oleh penonton.
Debut ini bukan hanya menandai perjalanan kreatif Junisya sebagai penulis skenario, tetapi juga menggambarkan betapa pentingnya mendengarkan dan memahami cerita orang lain dalam menciptakan karya yang bermakna. (Z-1)
Sutradara Joko Anwar kembali menggarap genre komedi yang dibalut elemen horor bertajuk Ghost in The Cell (Hantu di Penjara).
Film animasi Panji Tengkorak menggabungkan elemen laga, mitologi, dan drama emosional dengan visual animasi yang modern dan dinamis.
Magistus Miftah berhasil membuat Joko Anwar terkesan dengan kemampuan menari yang unik, dilakukan menggunakan sepasang sepatu hak tinggi atau heels.
Bagi para pemirsa di Rusia, sinema Indonesia masih eksotis, meskipun film-film dari negara ini kerap hadir di festival film internasional dan memenangkan penghargaan.
Tayangnya film Jurassic World: Rebirth, awal Juli ini, semakin menarik perhatian wisatawan akan Pulau Krabi di Thailand.
Ari Irham tidak memungkiri bahwa menjaga emosi tetap konsisten sepanjang proses syuting tetap menjadi tantangan besar untuk dirinya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved