Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
PERTUMBUHAN ekonomi dunia cenderung lebih baik dibandingkan dengan bulan Januari 2024. Ini dilihat dari kinerja AS dan India. Namun memang perubahan ekonomi dan geopolitik global begitu dinamis.
Pangsa pasar AS masih 16 persen dari ekonomi dunia. Indonesia juga mengekspor banyak komoditas ke AS khususnya termasuk ekspor produk maritim dan hasil laut.
Demikian juga India yang memang pertumbuhannya lebih tinggi. Indonesia juga banyak mengekspor produk sumber daya alam ke sana. India juga semakin menjadi pemain dunia.
Baca juga : Cegah Inflasi, BI Perlu Pertahankan BI Rate 6%
"Itu yang mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri salah satunya adalah kinerja ekspor yang masih terus membaik khususnya ke AS dan India," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, pada Pengumuman Hasil RDG BI Bulanan Bulan Februari 2024, Rabu (21/2).
Ini terjadi di tengah permintaan Tiongkok yang melambat. Tapi ekspor Indonesia ke Tiongkok sudah lebih banyak yang berubah produk value added dari hasil hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA). Ini membuat neraca perdagangan Indonesia tetap mencatat surplus dan mendukung secara riil pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Kemudian, pada tingkat suku bunga Bank Sentral AS The Fed yaitu Fed Fund Rate (FFR), sejak awal BI memperkirakan baru akan turun pada semester II-2024, besarannya 75 bps.
Baca juga : The Fed Beri Sinyal Tahan Suku Bunga
Namun pada Januari 2024 terjadi koreksi ekspektasi pasar. Sebelumnya pada November-Desember 2023, pasar masih berekspektasi FFR bisa turun lebih cepat dan lebih banyak hingga 4-5 kali.
"Sekarang dengan data-data terbaru mengkonfirmasi perkiraan kami Fed Fund Rate baru akan turun semester II-2024, jumlahnya 75 bps," kata Perry.
Meningkatnya ketegangan geopolitik di sejumlah wilayah dunia, yang mengganggu mata rantai pasokan global khususnya pangan dan energi. Itu yang kemudian menjadikan dasar bagi Bank Indonesia merumuskan bauran kebijakan.
Baca juga : Pengamat: Menaikkan BI Rate, Langkah Antisipatif Jaga Rupiah Menghadapi Kenaikan Fed Rate
"BI rate untuk sementara waktu memang kami akan tetap pertahankan. Sabar, sampai kapan, BI baseline rencananya adalah di semester II-2024. Indikatornya,kalau inflasi tetap akan terkendali, ekonominya masih tetap tumbuh bagus, dan terutama kalau rupiah terus stabil dan bahkan cenderung menguat," kata Perry.
Bank Indonesia meyakini bahwa begitu ada kepastian penurunan Fed Fund Rate, dan berbagai kondisi ekonomi global kondusif dimana nilai dolar AS tidak akan terus menguat, serta ada kejelasan bagi investor luar negeri untuk memastikan investasi di Indonesia.
"Sehingga narasinya BI Rate tetap. Fokusnya tetap untuk stabilitas nilai tukar rupiah, agar imported inflation tetap akan terkendali," kata Perry.
Baca juga : Apindo Apresiasi Keputusan BI Pertahankan Suku Bunga di Angka 5,75%
Imported inflation atau indlasi atas barang impor dan stabilisasi nilai tukar rupiah menjadi sangat penting, untuk menyikapi gangguan mata rantai global, yang berisiko meningkatnya harga komoditas pangan.
Dampaknya di dalam negeri, koordinasi BI, pemerintah pusat dan daerah mengejar gerakan nasional pengendalian inflasi pangan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), termasuk mengatasi permasalahan jangka pendek mengenai harga pangan bergejolak/ volatile food.
"Volatile food kembali naik. Tempo hari pernah di bawah 5% lalu naik di atas 5%, menjadi 6%, sekarang di atas 7%. Itu perlu diperhatikan mengenai harga pangan. Faktornya tadi ada faktor El Nino, musiman, dan tertundanya musim panen di samping juga ada faktor-faktor global. Ini perlu diatasi dengan pemerintah dan GNPIP," kata Perry.
Secara keseluruhan BI yakin volatile food hanya berdampak sementara pada masa-masa musiman Januari, Februari dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
"Kemudian setelah musim panen di April dan Mei, harga akan turun kembali. Sehingga secara keseluruhan tidak mengganggu rancangan arah kebijakan moneter BI yang pro-stability," kata Perry. (Z-8)
GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan (BI Rate) guna mendorong pertumbuhan kredit.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Inflasi pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% (yoy), naik dari 1,60% pada Mei 2025, namun masih berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5%.
DIREKTUR Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyatakan penurunan suku bunga the Fed, merupakan kebijakan yang ditunggu oleh pelaku usaha global.
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
LEMBAGA Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menilai Bank Indonesia perlu mempertahankan tingkat suku bunga acuan, BI Rate
Presiden Donald Trump mengatakan sangat kecil kemungkinan untuk memecat ketua The Fed Jerome Powell.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada Kamis 10 Juli 2025, diperkirakan bergerak menguat Penguatan bisa terjadi karena didorong sentimen global.
BANK Indonesia memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneternya secara bertahap dalam dua tahun mendatang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 30 Juni 2025, dibuka menguat 34,91 poin atau 0,51% ke posisi 6.932,31.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 26 Juni 2025, dibuka menguat 9,71 poin atau 0,14% ke posisi 6.841,85.
IHSG hari ini, Rabu 25 Juni 2025, berpeluang bergerak menguat. Sentimen utamanya tidak lain karena seiring meredanya konflik Iran vs Israel di kawasan Timur Tengah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved