Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
BANK Indonesia akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur bulanan pada Rabu (21/2), untuk memberi gambaran arah kebijakan suku bunga BI Rate. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI) memandang BI untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunganya.
"Dari dinamika terkini, ketahanan perekonomian domestik dan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed yang lebih rendah dalam waktu dekat, kami memandang BI perlu mempertahankan BI Rate pada level 6,00% pada rapat dewan gubernur BI bulan ini," kata Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky, Selasa (20/2).
Indikator antara lain, inflasi Indonesia tetap terjaga mendekati target baru 2,5% dengan tekanan inflasi terdekat kemungkinan berasal dari kenaikan pengeluaran pada beberapa libur akhir pekan panjang dan harga menjelang musim Ramadan.
Baca juga : The Fed Beri Sinyal Tahan Suku Bunga
Dari faktor eksternal, kecil kemungkinan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS The Fed di bulan Maret. Setelah sempat naik pada Desember 2023, laju inflasi tahunan di AS turun menjadi 3,1% (yoy) pada Januari 2024 dari 3,4% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Mengingat inflasi AS masih di atas target 2%, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya pada kisaran 5,25% - 5,50% pada pertemuan FOMC Januari 2024. The Fed telah mempertahankan suku bunga kebijakan selama empat bulan berturut-turut.
Harga hunian di AS yang berkontribusi terhadap sepertiga bobot inflasi (CPI) tercatat sebesar 6% (yoy) pada bulan Januari 2024, melambat dari 6,2% (yoy) pada Desember 2023. Selain itu, harga pangan meningkat sebesar 2,6% (yoy) pada bulan Januari 2024, sedikit melambat dari 2,7% (yoy) pada Desember 2023.
Baca juga : Pengamat: Menaikkan BI Rate, Langkah Antisipatif Jaga Rupiah Menghadapi Kenaikan Fed Rate
Di sisi pasar tenaga kerja, tingkat pengangguran di AS dilaporkan sebesar 3,7% pada bulan Januari 2024, tingkat yang sama selama tiga bulan berturut-turut setelah penambahan 353.000 pekerjaan pada bulan pertama tahun 2024.
Selain itu, rata-rata upah riil per jam naik sebesar 1,4% (yoy) antara Januari 2023 dan Januari 2024. Meski inflasi secara bertahap menurun, terdapat harapan akan terjadinya soft landing pada perekonomian karena pasar tenaga kerja yang terus kuat yang membuat perekonomian tetap bertahan.
Selama konferensi persnya, Ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan penurunan suku bunga pada bulan Maret tidak mungkin terjadi, kecuali ada jaminan keberlanjutan menuju target inflasi 2%.
Baca juga : Pengamat: BI Diharapkan Menahan Suku Bunga Sepanjang Semester II-2023
Bank sentral utama lainnya, seperti Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya masing-masing sebesar 4,5% dan 5,25%. Meningkatnya inflasi di kedua wilayah dalam beberapa bulan terakhir adalah penyebab utama tertundanya penurunan suku bunga.
Untuk domestik, meski ketidakpastian pemilu membayangi pasar Indonesia dan keputusan The Fed yang menahan suku bunga acuannya serta mengisyaratkan tidak terburu-buru menurunkan suku bunga, Indonesia masih mencatatkan aliran modal masuk.
Aliran modal masuk dalam jumlah kecil ke obligasi dan pasar saham tercatat sebesar USD150 juta, didorong oleh arus masuk saham sebesar USD770 juta sementara terdapat arus keluar obligasi sebesar USD230 juta, antara pertengahan Januari 2024 hingga pertengahan Februari 2024.
Baca juga : IHSG Menguat Seiring Bank Sentral Tiongkok Turunkan Suku Bunga
Dengan mayoritas hasil quick count memproyeksikan satu putaran pemilu presiden, ketidakpastian berkurang dan memicu aliran modal masuk ke pasar saham.
Lebih lanjut, arus modal keluar dari pasar obligasi domestik telah mendorong naik imbal hasil Surat Utang Pemerintah Indonesia tenor 10 tahun dari 6,66% pada pertengahan Januari 2024 menjadi 6,70% pada pertengahan Februari 2024.
"Terjadinya arus modal keluar ini kemungkinan dipengaruhi bergesernya konsensus pasar akan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed," kata Riefky.
Baca juga : BRI Prediksi Era Suku Bunga Rendah Usai Semester I 2024
Di sisi lain, penurunan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 1 tahun dari 6,30% menjadi 6,21% pada periode yang sama didorong oleh akumulasi kepemilikan Surat Utang Pemerintah Indonesia oleh BI, yang mendorong terjadinya pelebaran imbal hasil antara surat utang Pemerintah jangka pendek dan jangka panjang.
Sejalan dengan tren historis bahwa Rupiah cenderung melemah menjelang pemilu ditambah dengan mengecilnya kemungkinan penurunan suku bunga The Fed dalam beberapa bulan mendatang, Rupiah terdepresiasi sebesar 1,69% (ytd) menjadi Rp15.655 per USD pada 16 Februari 2024.
Melihat mata uang negara-negara tetangga terdepresiasi terhadap USD pada pertengahan Februari 2024, Rupiah menunjukkan kinerja yang kurang baik, lebih buruk dibandingkan Rupee India, Peso Filipina, dan Yuan Tiongkok.
Baca juga : Bank Indonesia Yakin Ada Ruang Penurunan BI Rate
Cadangan devisa Indonesia menyusut 0,87% (m.t.m) dari USD146,38 miliar pada akhir tahun 2023 menjadi USD145,05 miliar pada Januari 2024.
Penurunan cadangan devisa didorong oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah Indonesia. Posisi cadangan devisa saat ini setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional untuk tiga bulan impor.
"Tingkat cadangan devisa terkini dianggap cukup untuk memberikan bantalan bagi Rupiah terhadap potensi guncangan, termasuk pembalikan arus masuk modal secara tiba-tiba," kata Riefky. (Try)
DIREKTUR Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyatakan penurunan suku bunga the Fed, merupakan kebijakan yang ditunggu oleh pelaku usaha global.
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
LEMBAGA Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menilai Bank Indonesia perlu mempertahankan tingkat suku bunga acuan, BI Rate
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Kami perkirakan FFR akan turun dua kali yaitu sekitar bulan September sekali dan di bulan Desember
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved