Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BANK Indonesia akan tetap pada kebijakan moneter untuk stabilitas, dan makroprudensial serta sistem pembayaran yang mengarah pada pertumbuhan. Maka BI memutuskan tingkat BI Rate tetap di 6,00% karena masih on and off nya kepastian global.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan ruang penurunan suku bunga BI Rate ke depan masih tetap akan ada. Dia menyampaikan beberapa kriterianya.
"Pertama, seberapa cepat penguatan nilai tukar Rupiah. Kedua, tetap terkendalinya inflasi, khususnya inflasi dan inflasi pangan. Ketiga, bagaimana kami melihat dukungan kredit di dalam pembiayaan ekonomi," kata Perry pada Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Januari 2024, Rabu (17/1).
Baca juga: Nilai Transaksi Digital Meningkat, Penggunaan Kartu Menurun
Kesemuanya itu mendukung pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia mengatakan tetap akan masih sabar melihat kondisi dalam negeri dan global.
"Ketidaksabaran itu akan tergantung dari bagaimana semakin meredanya kondisi global dan memastikan inflasi terkendali," kata Perry.
Baca juga: BI Perkirakan Fed Rate Baru akan Turun di Semester II 2024
BI akan terus menakar arah kebijakan pada bulan-bulan selanjutnya. Di samping kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar rupiah, Bank Indonesia akan lebih banyak fokus kepada beberapa hal.
Pertama, mempercepat pendalaman pasar uang. Sehingga semakin menarik aliran portofolio asing, melalui yang telah ada saat ini Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUBVBI).
Perry mengatakan instrumen ini semakin diminati oleh perbankan, manajer investasi, perusahaan sekuritas, dan terutama portofolio asing, yang untuk non resident (asing) sudah mencapai sekitar Rp75 triliun.
"Sehingga ini mendukung tidaknya pendalaman pasar uang tapi juga semakin menarik portofolio asing, maka akan makin memperkuat penguatan nilai tukar Rupiah," kata Perry.
Di pasar uang, Bank Indonesia dalam waktu dekat akan memberi ASI yang kita sebut primeri dealer kemudian akan memfinalisasi primary dealer, dimana pelaku pasar uang yang besar akan bersinergi dengan Bank Indonesia, untuk semakin meningkatkan aktivitas transaksi di pasar uang, baik jual beli SRBI, SVBI, SUVBI, maupun juga pengembangan produk Repo dan ke depannya dengan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).
"Sehingga pasar uang semakin likuid, transaksi semakin meluas dan menarik portofolio asing, mendukung upaya stabilisasi dan penguatan nilai tukar Rupiah," kata Perry.
Sedangkan untuk pro pertumbuhan makroprudensial, Bank Indonesia sudah menambah likuiditas makroprudensial kepada bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas.
Bank Indonesia akan meningkatkan efektivitasnya. Dari sisi permintaan, BI akan membeda sektor-sektor, korporasi yang mendukung penyaluran kredit maupun untuk pertumbuhan ekonomi. Dari sisi supply-nya, BI akan memonitor perbankan mana saja yang akan ke arah sana. Sehingga demand dan supply ini bisa semakin efektif.
"Sehingga pertumbuhan kredit itu bisa meningkat. Kami optimistis perbankan tahun ini pertumbuhan kredit akan 10-12% dan mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.
Di bidang pendanaan, Bank Indonesia mengatakan ini akan bergantung pads pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Tetapi pendanaan perbankan tidak hanya pertumbuhan DPK, tapi bagaimana surat berharga negara (SBN) yang dimiliki perbankan juga sebagai sumber pendanaan. Sehingga banyak inovasi yang dilakukan baik di moneter dan makroprudensial.
"Sehingga pendalaman pasar Repo dengan underlying market itu menjadi fokus. Sehingga akan memperluas, mempermudah pendanaan oleh perbankan. Ketergantungan pada DPK itu bisa lebih dikurangi. Bank Indonesia juga akan mengeksplor sumber-sumber pendanaan yang dari perbankan yang lain, termasuk juga sumber-sumber dari pendanaan luar negeri," kata Perry. (Try/Z-7)
ASEAN mulai menghidupkan kembali wacana pembentukan dana moneter regional demi memperkuat keamanan keuangan kawasan.
BANK Indonesia (BI) memastikan akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah untuk mendukung ketahanan ekonomi dalam negeri.
PELONGGARAN kebijakan moneter global, pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat, dan Bank Indonesia telah menciptakan optimisme di tengah kelesuan perekonomian global.
Pemerintah selaku otoritas fiskal mesti mengeluarkan kebijakan yang mendukung pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia agar perekonomian bisa bergerak secara optimal.
MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini banyak dipengaruhi oleh tekanan eksternal.
RAPAT Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 6,25% pada Juni 2024.
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Kami perkirakan FFR akan turun dua kali yaitu sekitar bulan September sekali dan di bulan Desember
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
DALAM Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa-Rabu, 20-21 Mei 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,5%.
Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang menetapkan BI Rate di level 5,75% alias dipertahankan merupakan keputusan yang tepat, antisipatif
BANK Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 5,75% untuk menjaga inflasi tetap berada pada target sasaran dan mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved