Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Genjot Investasi untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 %

Abdillah M Marzuqi
28/9/2024 12:19
Genjot Investasi untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 %
Suasana kota Jakarta yang penuh gedung bertingkat dan pemukiman penduduk(MI/Ramdani)

PELONGGARAN kebijakan moneter global, pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat, dan Bank Indonesia telah menciptakan optimisme di tengah kelesuan perekonomian global.

Kepala Ekonom BCA Group, David Sumual mengatakan, pemangkasan suku bunga bisa mendorong investasi sebagai salah satu katalis pertumbuhan ekonomi.

Baca juga : Ekonomi AS Diperkirakan tidak Stagflasi, ini Alasan Yellen

David menilai Indonesia perlu investasi dari luar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada era pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Target tersebut tidak mungkin tercapai jika hanya mengandalkan investasi dalam negeri.

"Kalau berpegang dengan mengandalkan tabungan domestik, kita hanya akan bertumbuh sekitar 5 persen. Tapi kalau mau sampai 8% itu perlu investasi dari eksternal yang lebih besar lagi," ujarnya dalam  dalam diskusi bertajuk 'Menavigasi Strategi Bisnis Setelah Penurunan Suku Bunga Acuan dan Hancurnya Kelas Menengah' di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (27/9).

Menurut perhitungannya, kalau mau sampai pertumbuhan ekonomi 8% perlu investasi hingga US$650 miliar. Sedangkan saat ini nilai investasi berkisar US$120 miliar.

Baca juga : Kebijakan Moneter The Fed Kian Ketat, Perdagangan Aset Kripto Lesu

Pekerjaan lain yang dibutuhkan  ialah memperbaiki angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang cukup tinggi lantaran tingginya biaya investasi di dalam negeri.

"Jika dibandingkan negara-negara tetangga itu 3-4%, kita sekitaran 5,6 %," tandasnya.

Pada kesempatan yang sama Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah menunda kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% pada tahun depan.  

Baca juga : BPJS Ketenagakerjaan Raih Penghargaan Khusus Berkat Kinerja Investasi Optimal Selama 5 Tahun

Pasalnya, jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia kian merosot. Saat ini saja, kata Ketua Aprindo Roy Mandey, beberapa barang sudah mengalami kenaikan harga. Ia khawatir kenaikan PPN yang meski cuma 1% membuat masyarakat semakin banyak makan tabungan.

"Kenaikan PPN 1% itu bukan naik harga 1%, tapi 10x lipat dari 11%, pasti naik walaupun cuma naik 1% di angka tertulis PPN," jelasnya. 

Adapun Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Hari Ganie mengusulkan agar pemerintahan wacana pembentukan Kementerian Perumahan difokuskan di perkotaan. Pasalnya, mayoritas masyarakat di perkotaan belum bisa memiliki rumah.

Baca juga : Sinergitas LW Doa Bangsa dan BJB Syariah dalam Pengelolaan Wakaf di Daerah

Ia berharap pembentukan Kementerian Perumahan, Hari Ganie berharap urusan perumahan bisa lebih difokuskan terutama terkait permasalahan anggaran. Selama gabung dengan Kementerian PUPR.

Hari juga menyarankan agar pembangunan 1 juta rumah di perkotaan itu difokuskan di 10 kota metropolitan. (M-4)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya