Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik. Kebijakan ini dinilai memberikan keseimbangan antara menjaga stabilitas ekonomi makro dan melindungi daya beli masyarakat.
Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menyebut kebijakan BI tersebut sebagai pendekatan win-win yang menguntungkan baik bagi dunia usaha maupun masyarakat.
"Tingkat suku bunga acuan sebesar 5,5%, satu sisi bisa mencegah capital outflow dan sisi yang lain bisa mempertahankan daya beli masyarakat," ujar Ajib saat dihubungi, Rabu (18/6).
Menurutnya, keputusan BI mencerminkan langkah yang hati-hati namun strategis dalam menjaga stabilitas likuiditas di tengah berbagai ketidakpastian yang belum mereda.
"Ini langkah konservatif yang win-win, buat dunia usaha maupun masyarakat. Karena tingkat ketidakpastian yang tinggi, serta menjaga likuiditas yang terukur di masyarakat," jelasnya.
Ajib menambahkan bahwa konsistensi BI dalam menerapkan kebijakan moneter yang terukur diharapkan mampu menjaga proyeksi ekonomi Indonesia tetap berada pada jalur yang diharapkan, termasuk dalam hal pertumbuhan kredit, pengendalian inflasi, dan pemulihan ekonomi secara umum.
Lebih lanjut, Ajib menyoroti pentingnya sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Ia juga mendorong agar pemerintah fokus dalam merancang APBN yang pro terhadap penciptaan lapangan kerja berkualitas sebagai langkah pelengkap yang tepat.
"Terkait pernyataan Menteri Keuangan, cukup fokus dengan mendesain kebijakan fiskal yang pro dengan pertumbuhan ekonomi dan fokus menjadikan APBN sebagai quality job creation," kata Ajib.
Diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa ketidakpastian dunia saat ini disebut bakal bersifat permanen dan mengubah tatanan global. Gejolak ekonomi, stabilitas geopolitik, hingga urusan keamanan tiap negara menjadi faktor pendorong utama terjadinya perubahan tersebut.
"Kita menyaksikan ketidakpastian ini akan lebih permanen. Karena sifat dari ketidakpastian itu sendiri bukan karena situasi yang sifatnya temporer, tetapi lebih kepada shifting yang kemungkinan jangkanya menengah panjang," jelasnya dalam Economic Update 2025 yang diselenggarakan CNBC Indonesia, Rabu (18/6).
Sementara itu, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan, atau BI Rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025 yang sekaligus menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,25%.
"Keputusan ini sejalan dengan tetap terjaganya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5% plus minus 1%, kestabilan nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/6). (E-3)
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan BI dan tarif impor AS.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Sudah saatnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah terjadi.
Inflasi pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% (yoy), naik dari 1,60% pada Mei 2025, namun masih berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa 15 Juli 2025, diperkirakan mengalami koreksi sementara atau pullback ke kisaran 7.055.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved