Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian menilai bulan ini, Mei 2025, jadi waktu yang tepat bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Pasalnya, nilai tukar rupiah mulai stabil. Pada perdagangan hari ini, Selasa (20/5), rupiah dibuka menguat 7,50 poin ke level 16.426 per dolar AS.
Fakhrul menuturkan pada bulan lalu BI sudah secara eksplisit menyatakan terus mencermati ruang penurunan BI-Rate lebih lanjut dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah, prospek inflasi, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Dari statement ini kita lihat bahwa saat ini nilai tukar sudah stabil dan cenderung menguat, seiring meredanya perang dagang. Sehingga, ada ruang penurunan suku bunga acuan," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (20/5).
Fakhrul menjelaskan prospek pasar saham Indonesia dalam waktu dekat cenderung positif, seiring dengan membaiknya sentimen global yang mendukung kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG). Salah satu faktor utama yang mendorong optimisme ini adalah potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI rate), yang dapat menjadi katalis signifikan bagi pergerakan pasar saham.
Lebih lanjut, Fakhrul menyoroti sektor perbankan kemungkinan besar akan menjadi penopang utama bagi penguatan IHSG. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan domestik, yang umumnya menempatkan investasi pada saham-saham berkapitalisasi besar, termasuk sektor perbankan.
IHSG diperkirakan memiliki potensi untuk mencapai level psikologis 7.300. Namun, Fakhrul mengingatkan pelaku pasar perlu tetap waspada terhadap risiko aksi ambil untung (profit taking), apabila kembali muncul sentimen negatif dari eksternal seperti ketegangan perang dagang antara negara-negara besar.
Selain tingkat suku bunga, hal yang perlu dibahas lebih lanjut oleh Bank Indonesia adalah perihal penggunaan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) setelah kestabilan rupiah ini tercapai.
"Pasar berharap Kondisi likuiditas di pasar uang bisa membaik, jika tingkat imbal hasil SRBI semakin diturunkan dan jumlah yang dimenangkan juga disesuaikan," pungkas Fakhrul. (Ins)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 30 Juni 2025, dibuka menguat 34,91 poin atau 0,51% ke posisi 6.932,31.
Apindo merespons Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,50%, tingginya suku bunga disebut menjadi penghambat lapangan kerja
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
LEMBAGA Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menilai Bank Indonesia perlu mempertahankan tingkat suku bunga acuan, BI Rate
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved