Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Pemangkasan Suku Bunga Acuan Dorong Konsumsi Domestik dan Investasi

Insi Nantika Jelita
16/7/2025 16:16
Pemangkasan Suku Bunga Acuan Dorong Konsumsi Domestik dan Investasi
Ilustrasi(Antara)

Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi. Kebijakan ini dinilai penting guna mengakselerasi pemulihan ekonomi yang terus melemah sejak awal tahun.

"Pemangkasan suku bunga ini diharapkan mampu mendorong konsumsi domestik dan investasi melalui penurunan biaya dana atau bunga kredit," ujarnya kepada Media Indonesia, Rabu (16/7).

Lebih lanjut, Josua berpandangan keputusan ini mencerminkan pergeseran arah kebijakan moneter BI dari yang sebelumnya berorientasi pada stabilitas (pro-stability) menuju pendekatan yang lebih mendukung pertumbuhan ekonomi (pro-growth). Langkah ini dinilai tepat, seiring dengan masih terjaganya inflasi dalam kisaran target dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil bahkan cenderung menguat. 

Penguatan tersebut, ungkapnya, turut ditopang oleh meredanya ketidakpastian global, khususnya setelah kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat yang mengurangi tekanan akibat perang dagang.

Meski demikian, kebijakan ini membawa implikasi yang perlu dicermati. Di satu sisi, pelonggaran moneter akan mendorong ekspansi kredit dan aktivitas ekonomi, terutama pada sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti properti, otomotif, dan UMKM. 

Namun di sisi lain, penurunan suku bunga acuan berisiko mempersempit selisih imbal hasil (yield spread) antara aset domestik. Seperti, Surat Berharga Negara (SBN) dengan obligasi global, khususnya surat utang Amerika Serikat.

"Hal ini berpotensi mengurangi daya tarik portofolio asing, apalagi di tengah ketidakpastian arah kebijakan The Fed akibat kemungkinan lonjakan inflasi AS imbas tarif baru dari pemerintahan Trump," jelas Josua.

Jika inflasi AS meningkat dan mendorong perubahan arah kebijakan The Fed, maka investor asing bisa menjadi lebih berhati-hati dan melakukan rebalancing portofolio, yang pada akhirnya bisa memperlambat arus masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.

Terkait prospek nilai tukar, Josua melihat fundamental rupiah masih cukup solid. Inflasi dalam negeri tetap rendah dan stabil, sementara cadangan devisa berada pada tingkat yang sehat. 

Namun tantangan ke depan tetap ada, terutama potensi perubahan kebijakan moneter AS dalam jangka pendek hingga menengah. Hal ini bisa membatasi ruang penguatan rupiah, meskipun stabilitas diperkirakan tetap terjaga, didukung oleh meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta sentimen positif dari kesepakatan dagang Indonesia-AS.

Senada, analis kebijakan ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menuturkan pemangkasan suku bunga acuan BI akan memperluas likuiditas di pasar dan menjaga daya beli masyarakat tetap kuat. 

"Harapannya, sektor konsumsi akan menguat dan menjadi motor penggerak untuk menjaga pertumbuhan ekonomi mencapai 5% pada kuartal ketiga 2025," ujarnya.

Ia juga memperkirakan nilai tukar rupiah akan tetap berada di kisaran Rp16.000-an, sesuai proyeksi dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2025 yang disusun pemerintah. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik