Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Suku Bunga Acuan AS Ditahan, The Fed Terpecah

Insi Nantika Jelita
31/7/2025 08:03
Suku Bunga Acuan AS Ditahan, The Fed Terpecah
Ilustrasi(Antara)

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan untuk kelima kalinya tahun ini. Suku bunga tetap berada di angka 4,25% hingga 4,50%. Namun, keputusan kali ini tidak bulat. Dua anggota dewan gubernur The Fed menyatakan ketidaksetujuannya. Ini menjadi pertama kalinya sejak 1993 terjadi dua suara berbeda dalam pengambilan keputusan suku bunga.

Keputusan tersebut diumumkan di tengah gejolak ekonomi AS dengan pertumbuhan di kuartal II sebagian besar dipengaruhi oleh penurunan impor. Pelemahan itu terjadi menyusul aksi perusahaan-perusahaan yang sudah lebih dulu menimbun persediaan pada kuartal pertama untuk mengantisipasi tarif baru yang direncanakan pemerintahan Donald Trump.

Dalam pernyataannya pada Rabu (30/8), The Fed menyebut aktivitas ekonomi di paruh pertama tahun ini mengalami moderasi, sementara kondisi pasar tenaga kerja dinilai masih solid. Meski begitu, The Fed memperingatkan bahwa ketidakpastian terhadap prospek ekonomi tetap tinggi, ditambah dengan tekanan inflasi yang masih cukup kuat.

"Ini adalah masa yang sangat dinamis untuk negosiasi perdagangan. Kita masih cukup jauh dari titik di mana semuanya stabil," ujar Ketua The Fed Jerome Powell ketika ditanya soal kesepakatan tarif AS dan apakah hal itu memberi kepastian lebih bagi pembuat kebijakan dalam mengevaluasi dampak tarif.

Meski ada perbedaan pendapat dari dua gubernur The Fed, yaitu Christopher Waller dan Michelle Bowman, Powell menyebut diskusi berlangsung konstruktif dan menyebut pertemuan tersebut sebagai pertemuan yang baik dengan berbagai argumen yang mendalam.

Namun, kepala ekonom KPMG Diane Swonk mengkhawatirkan perbedaan di dalam tubuh The Fed. Ia khawatir lembaga tersebut akan menjadi tidak kompak seiring makin dekatnya potensi penurunan suku bunga. Tantangan terbesar yang mungkin dihadapi bank sentral, menurut Swonk, adalah jika angka pengangguran memburuk sementara inflasi justru meningkat.

“Seberapa besar pergeseran tersebut adalah titik pertentangan dan masih diliputi ketidakpastian. Hal ini menempatkan The Fed pada posisi yang tidak nyaman, seperti berjalan di tali tanpa jaring pengaman,” tulis Swonk dalam catatannya.

Sementara itu, Kepala Ekonom Navy Federal Credit Union, Heather Long, menilai Jerome Powell tampaknya mulai membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada September, meskipun belum pasti. “Ia berulang kali menyebut ekonomi masih solid dan tangguh, namun juga mengakui adanya risiko penurunan di pasar tenaga kerja,” ujarnya.

Laporan ketenagakerjaan bulan Juli dan Agustus disebut Long akan menjadi kunci bagi arah kebijakan The Fed ke depan. (AFP/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya