Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Para Ekonom Beda Pandangan soal Suku Bunga Acuan

Andhika Prasetyo
20/8/2025 10:19
Para Ekonom Beda Pandangan soal Suku Bunga Acuan
Ilustrasi(Antara)

Para ekonom menyamaikan pandangan berbeda mengenai arah kebijakan suku bunga acuan (BI-Rate) periode Agustus 2025. Sebagian menilai suku bunga baiknya ditahan di level 5,25%. Sebagian lainnya menganggap suku bunga masih bisa diturunkan, yang menunjukkan sinyal kebijakan moneter lebih longgar.

Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memperkirakan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Rabu ini akan mengumumkan BI-Rate tetap dipertahankan di level 5,25%. Menurutnya, pengaruh perubahan pasar global, risiko geopolitik, serta efek perang dagang terhadap inflasi, belum mereda hingga sekarang.

“Kemungkinan masih belum dulu untuk melakukan kebijakan penurunan suku bunga. Sambil BI juga kelihatannya akan melihat dampak dari implikasi kebijakan suku bunga yang mereka lakukan,” kata Myrdal di Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut, ia mencatat bahwa arah pasar keuangan global menunjukkan tren koreksi setelah momen 17 Agustus 2025. Pelaku pasar juga masih menunggu kepastian kebijakan The Fed, sementara nilai tukar rupiah masih berada di kisaran Rp16.200-an per dolar AS dan diperkirakan sulit menembus Rp16.000.

Sementara inflasi domestik tercatat naik pada Juli dan diperkirakan tetap berada di kisaran 2,30%-2,50% secara tahunan (year on year/yoy) pada Agustus 2025.

Hal senada juga disampaikan Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky.  Ia mencatat bahwa inflasi Indonesia saat ini sedang mengalami akselerasi dalam beberapa bulan terakhir, yaitu meningkat dari 1,60% (yoy) pada Mei lalu menjadi 2,37% (yoy) pada Juli 2025 dan mulai mendekati titik tengah target inflasi bank sentral.

Dari sisi eksternal, Indonesia saat ini menikmati episode derasnya aliran masuk arus modal asing dan penguatan rupiah dalam beberapa minggu belakangan. Indonesia mengalami arus modal masuk secara signifikan ke pasar obligasi dan saham masing-masing sebesar US$0,92 miliar dan US$0,16 miliar dalam beberapa minggu terakhir, dipicu oleh ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed.

Keputusan BI untuk memotong suku bunga kebijakan di bulan lalu menandai pemotongan suku bunga ketiga selama 2025. LPEM FEB UI memandang, pemangkasan suku bunga lebih lanjut cenderung meningkatkan risiko naiknya inflasi dalam waktu dekat.

“Oleh sebab itu, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 5,25 persen pada RDG di Agustus 2025 dan sembari menjaga kewaspadaan terhadap kebutuhan intervensi dalam usaha stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah potensi tekanan eksternal yang terus meningkat,” kata Riefky.

Baiknya Dipangkas

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan BI-Rate dipangkas sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5%. Alasannya, rupiah relatif stabil, inflasi masih rendah, serta kebutuhan untuk menopang pertumbuhan.

Hal serupa disampaikan Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede yang juga memproyeksikan BI-Rate dipangkas menjadi 5 persen pada RDG BI Agustus ini.

Josua mencatat bahwa inflasi dan ekspektasinya tetap well-anchored, rupiah stabil bahkan menguat sepanjang Agustus, dan kondisi di pasar uang yang mengindikasikan potensi penurunan suku bunga.

“Pertumbuhan ekonomi tetap di kisaran 5 persen dengan kredit tumbuh tinggi single digit. Pemangkasan 25 bps akan mendukung transmisi ke suku bunga kredit tanpa mengganggu stabilitas, apalagi BI tetap mempertahankan bauran kebijakan (triple intervention serta instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI) untuk meredam tekanan arus modal maupun nilai tukar,” kata Josua. (Ant/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya