Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
KONFLIK yang berkepanjangan di Laut Merah dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah berisiko berdampak buruk terhadap perekonomian global. Bahkan lebih jauh kondisi itu memicu kembali inflasi dan mengganggu pasokan energi.
Sebelum Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menyampaikan serangan udara negaranya dan Amerika Serikat (AS) terhadap Houthi di Yaman, para ekonom di Bank Dunia mengatakan krisis ini dapat memicu kenaikan suku bunga, pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah hingga peningkatan inflasi yang lebih besar.
Setelah serangan malam kedua terhadap pemberontak yang didukung Iran di Yaman, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa negaranya telah mengirim pesan pribadi ke Teheran. “Kami yakin kami sudah siap," katanya.
Baca juga: Data Ekonomi 2023 Solid, Laporan Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Indonesia 2024 Tumbuh 4,9%
Masyarakat London dan Washington menilai Sunak dan Biden yang sama-sama diujung masa kekuasaan akan terganggu dengan kondisi di Timur Tengah. Keduanya bisa tersandung untuk kembali berkuasa oleh eskalasi tersebut.
Meskipun serangan udara terhadap sasaran Houthi di Yaman mendapat dukungan luas lintas partai di Westminster, Sunak akan menghadapi pertanyaan dari anggota parlemen yang cemas mengenai konflik yang berkepanjangan dan rencana jangka panjang untuk perdamaian Timur Tengah.
Beberapa anggota parlemen dari Partai Buruh yang beraliran kiri diperkirakan akan memberikan tekanan kepada Keir Starmer mengenai alasan ia mendukung serangan militer tersebut. Karena ia mengatakan hanya akan mendukung tindakan tersebut setelah parlemen menyetujuinya.
Baca juga: Optimisme tidak Boleh Surut untuk Hadapi Tantangan Ekonomi Global
Biden juga menghadapi penolakan dari kelompok progresif di partainya sendiri, yang sudah sangat menentang dukungan militer AS terhadap tindakan Israel di Gaza. Anggota Kongres California Ro Khanna mengatakan Biden perlu datang ke Kongres sebelum melancarkan serangan terhadap Houthi di Yaman dan melibatkan Kongres dalam konflik lain di Timur Tengah.
Dalam laporan terbarunya mengenai prospek ekonomi global, Bank Dunia mengatakan krisis Timur Tengah ditambah perang di Ukraina telah menciptakan bahaya yang nyata. “Eskalasi konflik dapat menyebabkan melonjaknya harga energi, dengan implikasi yang lebih luas terhadap aktivitas global dan inflasi,” kata institusi itu.
Risiko lainnya termasuk tekanan finansial terkait dengan suku bunga riil, inflasi yang terus-menerus, pertumbuhan Tiongkok yang lebih lemah dari perkiraan, fragmentasi perdagangan lebih lanjut, dan bencana terkait perubahan iklim.
Bank Dunia juga menyampaikan serangan baru-baru ini terhadap kapal-kapal komersial yang transit di Laut Merah sudah mulai mengganggu rute pelayaran utama, mengikis kelonggaran jaringan pasokan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya hambatan inflasi. Dalam situasi konflik yang semakin meningkat, pasokan energi juga dapat terganggu secara signifikan, sehingga menyebabkan lonjakan harga energi.
Hal ini akan berdampak signifikan terhadap harga komoditas lain dan meningkatkan ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, yang pada gilirannya dapat mengurangi investasi dan semakin melemahkan pertumbuhan.
Analis di Independent Economics dan mantan kepala ekonom di Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) John Llewellyn mengatakan konflik di kawasan itu menjadi gangguan serius terhadap perdagangan dunia sebesar 30%, naik dari 10% pada minggu lalu.
“Ada perkembangan yang mengerikan dan tak terelakkan yang dapat menyebabkan situasi di Laut Merah menyebar ke Selat Hormuz dan Timur Tengah yang lebih luas," katanya.
Ekonom di Institut Studi Fiskal Ben Zaranko mengatakan krisis tersebut menimbulkan bahaya bagi ekonomi Inggris. Pasalnya penggunaan ruang fiskal dilakukan di tengah janji pemotongan pajak.
“Jika kita telah belajar sesuatu selama beberapa tahun terakhir, maka guncangan buruk bisa saja terjadi. Menghabiskan setiap sen untuk pemotongan pajak membuat Inggris tidak punya ruang untuk bermanuver jika terjadi guncangan buruk dan prospek memburuk," katanya.
Konflik di Timur Tengah melebar ketika puluhan serangan Inggris dan AS menghantam situs Houthi di Yaman. Serangan tersebut merupakan balasan atas serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah, yang telah melumpuhkan pelayaran di salah satu jalur maritim terpenting di dunia.
Kelompok Houthi mengatakan mereka hanya menargetkan kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel, dalam upaya untuk mendukung warga Palestina di Gaza. Namun banyak dari target mereka tidak memiliki hubungan dengan Israel dan juga menembakkan rudal ke wilayah Zionis.
Serangan AS terhadap lokasi radar di Yaman malam memicu ancaman Houthi akan respon yang kuat dan efektif. Itu memicu kekhawatiran akan eskalasi regional dalam konflik yang sudah terjadi di berbagai negara.
Juru bicara Houthi Mohammed Abdulsalam mengatakan serangan itu tidak berdampak signifikan terhadap kemampuan Houthi mencegah kapal melewati Laut Merah dan Laut Arab.
(The Guardian/Z-9)
Tetap up-to-date! Ikuti berita terkini yang paling viral dan banyak dibicarakan hari ini. Dapatkan informasi lengkap dan analisis mendalam, lihat selengkapnya!
KETIDAKPASTIAN ekonomi global tidak selalu identik dengan risiko. Hal tersebut salah satunya terjadi pada emas yang mengalami lonjakan harga.
KETIDAKPASTIAN ekonomi global, tekanan geopolitik, hingga tren deglobalisasi terus membayangi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
KETAHANAN ekonomi Indonesia dinilai mulai tergerus, terutama karena dampak dari kondisi ekonomi global yang dalam beberapa waktu terakhir bergerak cukup dinamis.
ANGGOTA Komisi VII DPR RI, Ilham Permana menyatakan keprihatinannya anjlonya manufaktur dan risiko serbuan produk impor.
Kinerja investasi ini juga membawa dampak positif pada penciptaan lapangan kerja, dengan serapan tenaga kerja langsung mencapai 594.104 orang
Pemerintah memastikan tidak akan mengadopsi data kemiskinan yang dirilis Bank Dunia.
AWAL April 2025, Bank Dunia melalui Macro Poverty Outlook menyebutkan pada tahun 2024 lebih dari 60,3% penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan.
Di balik status Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah ke atas, Bank Dunia mengungkapkan fakta mencengangkan: 60,3% dari total populasi Indonesia hidup dalam garis kemiskinan
Indonesia diproyeksikan hanya memiliki pertumbuan ekonomi rata-rata 4,8% hingga 2027. Adapun, rinciannya adalah 4,7% pada 2025, 4,8% pada 2026, dan 5% pada 2027.
Reformasi struktural untuk mempercepat pertumbuhan produktivitas, di samping kehati-hatian fiskal dan moneter, merupakan kunci untuk memajukan agenda pertumbuhan pemerintah.
Pengurusan izin usaha di Tanah Air masih membutuhkan waktu hingga 65 hari. Berbeda jauh dengan negara-negara maju dalam memproses izin bisnis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved