Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

IMF Khawatir atas Krisis Properti di Tiongkok

Wisnu Arto Subari
10/10/2023 19:59
IMF Khawatir atas Krisis Properti di Tiongkok
Bangunan tempat tinggal yang sedang dibangun oleh pengembang realestat Vanke di Nanjing, Provinsi Jiangsu, timur Tiongkok.(AFP.)

IMF pada Selasa (10/10) memperingatkan bahwa pemulihan kepercayaan terhadap industri realestat Tiongkok termasuk hal yang penting. Para pejabatnya sangat cemas mengenai dampak sektor ini terhadap stabilitas keuangan.

IMF merevisi turun perkiraan pertumbuhan Tiongkok pada Selasa pagi, karena krisis realestat yang mengancam negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. "Kami sangat prihatin dengan stabilitas keuangan di Tiongkok," kata Tobias Adrian, direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF.

Ia memperingatkan bahwa pasar perumahan berada di bawah tekanan dalam beberapa tahun terakhir. Pihak berwenang telah, "Mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan pasar perumahan," tetapi pemerintah daerah tetap terekspose, ditambah bank-bank lokal, khususnya bank provinsi, serta produk pengelolaan kekayaan ke pasar realestat."

Baca juga: WTO: Inflasi, Suku Bunga, Perang Hambat Perdagangan Global

"Jadi memastikan bahwa sistem keuangan terus berfungsi, rumah tangga terus memiliki pandangan positif terhadap perekonomian sangat penting bagi pertumbuhan dan stabilitas keuangan khususnya di masa depan," tambahnya.

Perekonomian Tiongkok kini diperkirakan tumbuh sebesar 5,0% pada tahun ini. Angkanya turun dari 5,2% sebelumnya. Ini semakin melambat menjadi 4,2% pada 2024 atau turun dari 4,5%.

Baca juga: Laba Peritel Terbesar Inggris Tesco Meroket karena Pangkas Biaya

Fabio Natalucci, wakil direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal, mengatakan saat ini sangat penting untuk memulihkan kepercayaan pada sektor realestat. Dua prioritas tersebut ialah menyelesaikan proyek perumahan yang ada dan merestrukturisasi pengembang yang lemah.

Sebelumnya pada Selasa, kepala ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, menyerukan tindakan segera dari Beijing untuk memastikan bahwa ketidakstabilan di sektor realestat tidak mengganggu stabilitas sistem keuangan. Banyak pengembang properti terkemuka di Tiongkok mengalami tekanan keuangan yang semakin besar selama beberapa tahun terakhir dengan tingkat utang yang sangat besar sehingga menimbulkan kekhawatiran akan kebangkrutan di sektor yang sudah terdampak oleh pandemi virus korona dan perlambatan ekonomi yang lebih luas di Tiongkok.

Raksasa yang dibebani utang, Country Garden sebagai salah satu pengembang properti terbesar di Tiongkok, mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya tidak memperkirakan akan memenuhi seluruh kewajiban pembayaran luar negeri tepat waktu. Ini karena perusahaan tersebut berpotensi mengalami gagal bayar (default).

Country Garden memiliki utang yang diperkirakan mencapai 1,43 triliun yuan (US$196 miliar) pada akhir 2022. Saingannya, pengembang properti Evergrande, memiliki utang yang bertambah hingga lebih dari US$300 miliar dan gagal bayar pada 2021. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya