Headline
Istana minta Polri jaga situasi kondusif.
DIREKTUR Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Darmawan Junaidi memberikan tanggapannya soal kebangkrutan bank-bank di Amerika, termasuk Credit Suisse di Eropa, serta krisis di Deutsche Bank.
Bank Mandiri sudah melakukan kajian dan memang melihat secara keterkaitan merupakan kekhawatiran pasar yang perlu diantisipasi. Sebab saat ini pada sektor bank, yang dilihat bukan lagi bagaimana portofolionya.
Pasalnya, sebut Darmawan, tidak ada kemiripan antara apa yang dimiliki Silicon Valley Bank, maupun pengelolaan bisnis di Credit Suisse.
Baca juga : First Citizens Bank Resmi Akuisisi Aset Silicon Valley Bank
Dia bersyukur, perbankan di Indonesia lebih konservatif, dan tidak terkonsentrasi pada sektor-sektor tertentu. Nasabah dan pembiayaan perbankan Indonesia lebih bervariasi.
"Secara provisioning atau penyediaan, perbankan Indonesia sangat konservatif, walaupun tetap berhitung masih kurang. Saat ini di akhir 2022, rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Bank Mandiri mencapai 311%. Ini memberikan sinyal bahwa kondisi bangsa saat ini sangat sehat, dan permodalannya kuat," kata Darmawan, di Komisi VI DPR RI, Selasa (28/3).
Baca juga: Kacau! Utang BLBI Rp110 Triliun Baru Balik Rp28,53 Triliun
Portofolio dan penerapan manajemen perbankan Indonesia dan Amerika Eropa sangat berbeda. Perbankan Indonesia juga disiplin menjaga risiko pasar, dan memiliki protokol unrealized loss tidak bisa lebih dari 5 persen.
"Jadi kalaupun ada, secara mark to market, di kisaran yang cukup rendah antara 1 persen sampai 3 persen, (loss) bisa dikelola," kata Darmawan.
Jadi secara garis besar apa yang terjadi di Silicon Valley Bank dan beberapa bank yang membiayai startup dan kripto, begitu juga dengan Credit Suisse, itu tidak sama dengan apa yang ada di Indonesia.
"Tetapi ini lebih mengedepankan bagaimana kita melihat risiko bisnis, artinya secara sektor, sektor perbankan sekarang sedang menjadi sorotan. Itu yang kami harapkan tidak terlalu mengancam kondisi perbankan Indonesia baik dari sisi valuasi market ataupun kepemilikan saham dari Bank Mandiri ataupun perbankan di Indonesia, begitu juga terhadap dana pihak ketiga (DPK) yang ada di bank-bank di Indonesia," kata Darmawan. (Z-4)
Firma investasi kesehatan SVB Securities mengumumkan tim manajemennya akan membeli perusahaan tersebut dari Silicon Valley Bank.
UPAYA penyelamatan pada Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat, terlambat dan mengakibatkan kepanikan pasar hingga memicu penarikan dana besar-besaran dari bank.
Ada beberapa hal mendasar yang berkaitan dengan risiko, tata kelola, dan prinsip kehati-hatian yang akan menjadi pembelajaran.
Sektor non-bank saat ini menyumbang setengah dari aset seluruh sistem keuangan dunia, sehingga perlu diatur lebih ketat
Kejadian SVB dan Signature Bank di AS pada tahun ini terjadi karena terkait Dana Pihak Ketiga (DPK).
Pengamat Perbankan & Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo mengatakan penurunan BI Rate sebesar 25 bps pada Rabu (20/8), memberikan sinyal pelonggaran kebijakan moneter.
Penyelenggaraan IDBS 2025 sejalan dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, yang pada 2024 mencapai US$90 miliar dan naik 13% dari tahun sebelumnya.
PT Trimegah Karya Pratama atau UltraCorp terus mengembangkan bisnis dengan menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan termasuk perbankan.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kembali menyelenggarakan BCA Business Case Competition (BBCC), sebuah kompetisi tahunan bagi mahasiswa Indonesia.
Kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang mendorong banyak individu dan keluarga menjadikan asuransi jiwa sebagai bagian dari strategi perlindungan masa depan.
Sebagai platform investasi digital, Fundtastic terus berinovasi memperkuat posisinya dalam ekosistem keuangan di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved