Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Ekonom: Suku Bunga Acuan BI Diharapkan Naik pada Semester II-2022

Fetry Wuryasti
24/5/2022 20:21
Ekonom: Suku Bunga Acuan BI Diharapkan Naik pada Semester II-2022
Logo Bank Indonesia(MI/Susanto)

GRUP Ekonom Bank Mandiri mengharapkan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan BI-7DRRR di semester II-2022 karena tekanan inflasi meningkat di tengah permintaan yang lebih kuat.

Dari sisi eksternal, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 1,00%, dan mengisyaratkan akan memulai proses pengurangan ukuran neraca secara signifikan. Beberapa bank sentral lainnya, terutama di negara maju, juga mengikuti.

Normalisasi moneter global terjadi di tengah upaya memerangi kenaikan inflasi akibat gangguan rantai pasokan global yang diperburuk oleh perang Rusia-Ukraina.bHarga pangan, energi, dan bahan bakar global sejak 22 Februari telah meningkat secara signifikan.

"Namun, kami tetap percaya bahwa BI tidak akan berada di arus untuk meningkatkan BI 7DRRR. Perang telah membuat harga komoditas dunia melonjak tinggi sehingga mendorong kinerja ekspor Indonesia, sehingga memperpanjang rangkaian surplus perdagangan," kata Ekonom Makro Bank Mandiri Faisal Rachman, Selasa (24/5).

Ini akan mendukung kondisi neraca transaksi berjalan yang menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah sentimen flight to quality atau risk-off. BI melaporkan bahwa neraca transaksi berjalan mencatat 0,07% surplus PDB pada kuartal I-2022. 

"Kami memperkirakan neraca transaksi berjalan pada 2022 mencatat surplus kecil 0,03% PDB (vs 0,28% PDB pada 2021)," kata Faisal.

Dari sisi domestik, pemerintah memutuskan untuk menambah subsidi energi di tengah meningkatnya risiko inflasi. Hal ini menegaskan bahwa harga BBM bersubsidi, elpiji, dan listrik tidak akan naik pada 2022.

Baca juga : Presiden: Inflasi terkendali karena Harga BBM-Listrik Ditahan

Keputusan untuk tidak menaikkan harga-harga yang diatur pemerintah tersebut seharusnya dapat menurunkan risiko inflasi. Oleh karena itu, tingkat inflasi 2022 berpotensi lebih rendah dari perkiraan Bank Mandiri yang sebesar 4,60%.

"Kami percaya bahwa kedua kondisi tersebut dapat memberikan ruang yang cukup bagi BI 7DRRR untuk bertahan di 3,50% untuk beberapa waktu," kata Faisal.

Untuk menjaga stabilitas, BI berkomitmen untuk melakukan normalisasi kebijakan moneter secara bertahap melalui peningkatan rasio cadangan devisa (RRR) dan pengurangan quantitative easing sebelum BI 7DRRR dinaikkan.

"Oleh karena itu, kami mengharapkan BI untuk mempertahankan BI-7DRRR pada level saat ini di semester I-2022. Kami masih melihat bahwa waktu kenaikan BI-7DRRR akan sangat bergantung pada perkembangan inflasi, khususnya inflasi inti. Kami memperkirakan inflasi akan meningkat secara substansial dan fundamental di semester II-2022," kata Faisal.

Tekanan inflasi pada 2022 memang cenderung meningkat terutama karena faktor penarik permintaan di tengah percepatan pemulihan ekonomi. Secara keseluruhan, mereka melihat BI akan menaikkan BI 7DRRR secara total 75 bps menjadi 4,25% pada 2022 (vs 3,50% pada 2021).

"Sementara itu, kami meyakini bahwa BI akan melanjutkan langkah-langkah makroprudensial agar tetap akomodatif di tahun 2022 guna mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Faisal. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya